29. HARI BARU

1.3K 51 5
                                    

Pengabdian tidak harus menjadi tentara ataupun polisi. Tidak harus selalu mengangkat senjata untuk berperang. Tidak harus selalu berlaga di medan pertempuran. Menjadi seorang ibu dan istri adalah salah satu dari banyaknya arti pengabdian.

Justru lebih sulit menjadi seorang istri dan ibu dari pada menjadi seorang tentara yang mengangkat senjata dengan beban berat berkilo-kilo. Menjadi seorang istri dan ibu harus selalu mengutamakan suami dan anaknya terlebih dahulu, barulah dirinya. Harus rela berbesar hati untuk memaafkan kesalahan anaknya. Walaupun sering kali dibentak anaknya seorang ibu tetap akan menyayangi anaknya. Sungguh, baik sekali hati seorang ibu.

Sehingga saya memberikan predikat terbaik kepada istri saya sebagai Pahlawan, yah istri saya Meylina Fransisca telah sadar dari koma selama tiga bulan. Dia adalah pahlawan hidupku, ibu Persitku. IKKT Pragati Wira Angginiku, penyempurna hidupku.

Itu mengingatkanku pada kejadian setahun yang lalu, membawaku menemukan pernyataan dari sahabat Nabi saw.
Pernyataan dari Ali bin Abi Thalib, "Saya meminta sesuatu kepada Allah. Jika Allah mengabulkannya untuk saya maka saya gembira sekali saja. Namun, jika Allah tidak memberikannya kepada saya maka saya gembira sepuluh kali lipat. Sebab, yang pertama itu pilihan saya. Sedangkan yang kedua itu pilihan Allah swt."

Saya telah ikhlas dan pasrah saat itu, tapi rencana Allah memang yang terbaik. Memang benar, untuk mengerti rencana Allah swt. itu butuh waktu. Jika saya tahu dari awal rencana Allah, saya akan tahu betapa sayangnya Allah padaku. Jika saya tahu bagaimana Allah Azza Wa'Jalla mengatur jalan hidupku, saya akan selalu bertambah mencintai-Nya.

Dan detik itu juga saya menyadari, bahwa hidup tidak selamanya bahagia. Bahwa hidup tidak harus selalu mengejar kebahagiaan. Jika kita hidup hanya berambisi mengejar kebahagiaan, maka yang kita dapatkan dari hidup hanyalah hampa.

"Apakah kita hidup hanya untuk tumbuh muda menjadi tua?"

"Apakah hidup hanya berlomba-lomba mencari uang dan harta sebanyak-banyaknya?"

"Apakah hidup hanya untuk cinta dan jodoh yang idaman?"

"Apakah hidup hanya untuk mencari kesenangan demi kesenangan didunia?"

Hidup tidak hanya untuk itu semua. Mencari kesenangan demi kesenangan tapi lari dari tujuan hidup. Hidup tidak sesederhana itu, tumbuh hanya untuk menjadi tua.

Hidup itu penuh makna. Apa makna kehidupan yang sesungguhnya?

Pertanyaan itu membuatku mengingat pada buku yang dibacanya kemarin dengan judul "Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja" karya dari bang Alvy Syahrin: 'Segala sesuatu akan kembali kepada muaranya, sumbernya, pencetusnya, seperti air hujan yang selalu kembali ke laut, seperti pepohonan yang selalu kembali pada akarnya, seperti.... kita, manusia-manusia ini yang akan kembali kepada Sang Pencipta.'

Kejadian Meylina, istriku membuat saya menyadari bahwa hidup itu seperti roda yang selalu berputar. Kadang diatas, kadang dibawah, kadang suka, kadang duka. Karena hidup sejatinya didunia ini hanya untuk transit sebelum kembali pada Sang Pencipta Allah Azza Wa Jalla.

See, dia hadir kembali dalam hidupku bukan sebagai kebahagiaan selamanya melainkan sebagai pelengkap asam manis kehidupan yang sesungguhnya. Inilah awal dari jalan baru hidupku, membuka lembaran baru dengan keluarga kecil kami.

"Ma-ma." panggil Yudha kecil pada seorang wanita yang tengah duduk membelakangi Jamari.

Meylina menoleh tersenyum, beranjak menggendong putranya yang merangkak. "Bunda sayang.. Bun-da." ejanya mengajari Yudha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Danru PaspampresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang