"Olif!Aku ke toilet bentar ya. Pengin pipis. Kamu tolong gantiin aku." Meylina beranjak.
Ia berjalan tergesa-gesa. Mencari toilet yang entah kenapa tiba-tiba ia lupa letaknya.
Langkahnya semakin memburu. Hingga ia tak memperhatikan jalan didepannya.
Bruk.
Ia menabrak dada orang tinggi tegap. Hampir saja ia terjungkang.
Meylina mengusap dahi nya yang sakit akibat tubrukan dengan dada seseorang.
"Maaf pak, saya benar-benar ngga sengaja." ucap Meylina menyesal dan rasa takut menyelimuti.
"Makanya kalo jalan lihat-lihat dong." seru pemuda lelaki itu.
Suara bariton membuat Meylina memberanikan diri menatap wajahnya. Seorang pria dengan seragam loreng dan baret biru muda nya berdiri tepat didepan nya.
Meylina sekarang lupa caranya bernafas dengan baik, bukan karena apa tapi karena melihat wajah ganteng bapak tentara didepannya ini membuatnya tahan nafas.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Pak tentara.
Meylina gadis itu tersentak sedikit, lalu meringis menggaruk belakang kepalanya. "Ah? Iya, maaf pak."
"Kamu tidak apa-apa?" tanya pak tentara itu sekali lagi.
"Iya saya nggak kenapa-napa." ucapnya dengan nada gugup.
"Saya Jamari." Ia menunjukan nametag seragamnya yang sama sambil mengulurkan tangannya didepan Meylina.
Meylina bingung. Tiba-tiba ada abang loreng ganteng yang mengajaknya kenalan, mimpi apa ia semalam?
Sebenarnya ia ingin sekali merasakan tangan kekar Jamari yang sangat kokoh, keras dan berotot.
"Aduhh, gimana ya rasanya tangannya dipegang abang loreng."
Meylina tak berkedip melihat wajah tampan Jamari.
"Yaampun, abang satu ini manis banget si senyumnya. Boleh dibungkus nggak si."
"Adik kenapa?" tanya Jamari
"Wah dipanggil adik udah. Tinggal menghadap komandan buat urus pengajuan." teriaknya dalam hati.
"Ahiya, saya Meylina." ucapnya gugup. Ia tersadar dari lamunannya.
"Oh dik Mei itu dahinya merah. Saya obatin ya. Tunggu disini!" Jamari masuk ke kamar hotel
Jamari kembali dengan tangan yang membawa kotak obat.
"Saya bantu obatin ya." tawarnya
Seketika pipi Meylina bersemu, lalu mengangguk cepat dan menutupi pipinya yang memerah dengan hijabnya.
Jamari mengeluarkan obat merah dan menuangkannya diatas kapas.
Ia bangkit dari duduknya mengubah posisi berjongkok dihadapan Meylina.
"Maaf." tangannya dengan telaten dan lembut mengobati luka didahi Meylina hingga selesai.
"Terima kasih pak." ucapnya berterima kasih dan tersenyum manis.
"Jangan panggil 'pak' kesannya saya terlalu tua."
"Terus saya harus panggil apa pak?eh!" cengirnya
"Panggil abang, mas, kak boleh. Panggil sayang pun boleh." ucapnya sambil tersenyum.
"Aampun deh ini abang, lesungnya. Astaghfirullah khilaf Mei!"
Tanganku meninju pelan lengan pak tentara. Sambil tertawa.
"Becanda deh masnya." Meylina yang tersadar hampir tersedak. "Em..maaf, maksudnya kak." Ia mengubah panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Danru Paspampres
Romance^^My First Story^^ Takdir yang membawaku padanya, bagaikan ikan di air dan sayur di gunung. Walaupun ikan yang jauh dilaut dipertemukan dengan sayur didarat dalam satu piring. Ibaratkan jodoh walau terbentang jarak berkilo kilo meter jika memang jod...