Sudah menjadi rutinitas Jamari, bangun pukul 04.00 pagi untuk lari satu jam sejauh 10 kilometer. Setelah lari, dia menunaikan ibadah shalat subuh, dilanjutkan renang sebelum berangkat ke kantor.
Tapi pagi ini tidak seperti biasanya suasana menjadi dingin seperti es dikutub, tidak ada ucapan, tidak ada kecupan. Bahkan tidak ada sapaan dari Meylina, tapi dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Tetap menyiapkan kebutuhan Jamari, hanya saja Meylina tetap dengan diamnya.
Jamari sangat memaklumi sikap Meylina. Tapi tidak membetulkan sikap Meylina yang mendiamkan suami apalagi sampai tiga hari. Dalam islam bukankah tidak diperbolehkan. Jamari tahu Meylina sangat marah, kecewa tapi bukannya diselesaikan malah terus menghindar dari masalah. Puluhan maaf pun sudah Jamari ucapkan dan Meylina bilang telah memaafkan tapi sikapnya demikian.
Tapi Jamari tidak akan putus asa untuk terus berdoa agar rumah tangganya kembali harmonis seperti dulu. Demikianlah seorang mukmin, tatkala kita hidup senantiasa berharap kepada Allah dan tidak boleh berputus asa, bagaimana mungkin Allah akan memberi jika kita tidak meminta, bagaimana kita akan mendapatkan jika kita tidak meminta.
"Dik, mas berangkat ya." menyodorkan tangannya.
Meylina hanya mengangguk tanpa berkata tapi tetap menyalami tangan Jamari.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam." Sangat dingin bukan tidak seperti biasanya. Tidak ada senyuman untuk mengantar dinas Jamari.
Seperti biasa seluruh anggota Paspampres, sebelum melakukan latihan, latihan bela diri juga menembak setiap harinya akan melaksanakan apel terlebih dahulu. Kegiatan latihan itu berupa latihan fisik dan teori. Seperti latihan pengawalan dan teknik sistem pengamanan, terkadang latihan bersama tingkat unit, tingkat tim, dan tingkat detasemen.
Selesai apel pagi Jamari menghadap danki di depan kantor pejabat staff markas.
Jamari hormat kemudian dibalas hormat oleh danki.
"Izin danki."
"Ada yang ingin bertemu dengan kamu didalam." ujar danki.
"Siap! Izin petunjuk danki."
"Jenderal bintang dua." danki menatap jam nya sambil berlalu pergi.
Dalam hati Jamari bertanya-nya ada gerangan apa jenderal ingin menemuinya. Danki hanya menyebut pangkat tanpa menyebut nama.
Jamari hormat pada beberapa tentara yang berjaga didepan, lalu masuk ke dalam ruang pejabat staff. Sampai didalam Jamari kaget ternyata jenderal yang ingin bertemu dengannya adalah komandannya dulu yang sekarang menjabat sebagai Panglima Kostrad, Mayjen Dirgantara Wiraatmaja ayah dari Letda (K) Siwi Arumukti Wiraatmaja.
Jamari hormat masih dengan sikap siap.
"Duduk!" titah jenderal.
"Siap!" jawab Jamari.
Jenderal didepannya menatap tajam ke Jamari. "Ternyata kau sudah pindah kesatuan?!"
"Siap sudah!" tegas Jamari.
"Lama tidak berjumpa. Bagaimana kabar kau?" tanya Jenderal.
Jamari menatap Mayjen Dirgantara. Heran, jenderal didepannya datang jauh-jauh menemui Jamari hanya untuk bertanya kabar. Perihal penting apa sampai Perwira tinggi datang sendiri ke markas Komando Paspampres.
"Siap!baik ndan, izin petunjuk?"
"Saya ingin menyampaikan sesuatu.." Mayjen Dirgantara menjeda ucapannya.
"Sertu Jamari!" tegas Mayjen kembali.
"SIAP!" Jamari tak kalah tegas.
"Pegang pangkat saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Danru Paspampres
Roman d'amour^^My First Story^^ Takdir yang membawaku padanya, bagaikan ikan di air dan sayur di gunung. Walaupun ikan yang jauh dilaut dipertemukan dengan sayur didarat dalam satu piring. Ibaratkan jodoh walau terbentang jarak berkilo kilo meter jika memang jod...