16. MISI

589 24 1
                                    

Hari ini suamiku berangkat misi. Kami para persit IKKT PWA tidak akan mengantar para suami dilanud atau markas. Ya ini misi rahasia tidak ada pelepasan tidak ada juga penyambutan nantinya, aku melepas suamiku sampai depan gerbang perumahan saja. Sedih?sudah pasti tapi apa hak kita jika negara memanggil, rela tidak rela kita harus melepas suami demi negara. Tetapi dalam lubuk hati terdalam seorang istri prajurit pasti ada rasa bangga karena bisa mendampingi ksatria negara untuk menjamin keamanannya.

Aku hanya bisa berdoa agar Allah Azza Wa'Jalla melindungi bukan hanya suamiku tetapi semua anggota yang berangkat misi hari ini. Aku tak pernah bertanya kemana mas Jamari akan ditugaskan dan berapa lama waktunya. Itu semua tidak penting, yang terpenting mas Jamari sepenuhnya konsisten dan amanah dalam tanggung jawabnya menjalankan misi dan pulang dalam keadaan selamat.

"Hati-hati ya mas. Aku menunggumu, kembalilah demi anak kita dengan selamat." Ucapku berusaha mati-matian menahan air mataku.

"Insyaalloh dik jika Allah menghendaki mas akan berusaha. Jaga anak kita baik-baik." Mas Jamari memelukku.

"Pasti mas."

Mas Jamari jongkok mensejajarkan wajahnya didepan perutku. "Anak ayah yang kuat ya, ayah pergi dulu. Assalamualaikum." mengusap lembut perutku.

"Mas berangkat dik. Assalamualaikum." menciumku dalam.

"Iya mas. Ma fi Qalbi Gairullah. Wa'alaikumussalam."

Mas Jamari mengangguk.

Ma fi Qalbi Gairullah (Semoga Allah swt. senantiasa melindungimu). Indah sekali bukan kata perpisahan kali ini.

Aku menatap punggung itu sampai menghilang dan masuk kedalam mobil bercat hijau tua. Setelah itu aku masuk kerumah.

"Mau masak apa ya?Oh iya lupa mas Jamari kan berangkat tugas." Kataku sambil menepuk jidat.

Semenjak aku hamil daya ingatku rendah sekali, mungkin memang bawaan baby.

"Assalamualaikum."

"Siapa ya?" Gumamku sendiri.

"Wa'alaikumussalam, sebentar." Ucapku sambil memakai hijab.

"Nak." Senyumnya mengembang saat ku buka pintu.

"Bunda."

Iya yang datang adalah bunda nya mas Jamari. Beliau jarang sekali berkunjung akhir-akhir ini karena kegiatan persit dan mendampingi ayah bertugas.

"Bagaimana kabarmu nak?" Tanya bunda.

"Alhamdulillah baik, masuk bun. Ayah mana?" Tanyaku melihat kedepan pintu.

"Ayah tidak sempat mampir jadi cuma antar bunda saja."

"Bunda mau minum apa?" Tawarku.

"Tidak usah nak. Tadi sebelum Jamari berangkat misi dia kerumah bunda bilang kata nya dia ditugaskan dari markas beberapa bulan terus bunda disuruh nemenin nak Meylina tidur disini." Jelas bunda.

"Aishhh, mas Jamari itu merepotkan saja ya bun." Ucapku tak enak pada bunda.

"Tidak lah nak, kan bunda sudah anggap nak Meylina anak bunda sendiri. Jamari juga bilang kalo nak Meylina sedang hamil, betul itu?" Bunda melihatku menunggu jawaban.

"Terima kasih ya bun sudah menganggap aku sebagai anak bunda sendiri. Iya bun Meylina hamil."

"Alhamdulillah, sudah berapa bulan." Tanya beliau sambil mengelus perutku.

"Baru 2 bulan bun." Jawabku.

"Dijaga baik-baik ya nak."

"Iya bun. Mas Jamari dulu sebelum menikah sering ditugaskan bun?"

My Danru PaspampresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang