Shubuh tadi perutku terasa mual luar biasa, pusing, dan lemas. Aku bolak-balik masuk keluar kamar mandi sampai mas Jamari khawatir melihatku. Setiap aku isi makanan selalu mual, sampai aku lemas karena perutku kosong, semua isinya aku mutahkan.
"Dik, mas antar kerumah sakit ya?" Tawarnya.
"Selesai mas apel aja. Nanti telat lho." Ujarku lemas.
"Iya sudah. Sabar ya sayang mas apel dulu, nanti mas pulang cepat. Adik istirahat saja."
"Iya mas hati-hati ya. Maaf ngga bisa antar mas." Kataku merasa bersalah.
"Tidak apa sayang." Mas Jamari mencium keningku lantas pamit. "Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Setelah mas Jamari berangkat dinas aku mengambil benda kecil yang berbentuk tipis dan memanjang berwarna dominan putih dan kombinasi biru. Aku curiga karena bulan ini aku telat datang bulan 1 minggu. Ah mungkin..
Menunggu beberapa menit didalam kamar mandi, sambil merapalkan doa. Bulan lalu masih negatif semoga saja ini adalah rezeki ku dan hadiah untuk mas Jamari. Jantungku berdetak tak beraturan saat kulihat hasilnya ternyata dua garis biru.
"Alhamdulillah, terima kasih Ya rabb." gumamku.
Aku meneteskan air mata terharu, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu sambil mengelus perutku yang masih rata. Rasanya sudah tidak sabar menunggu kelahirannya, mendengar dia memanggilku mama, berlari-lari kesana kemari.
"Sehat-sehat ya sayang, sampai nanti kamu siap untuk dilahirkan."
***
Mas Jamari pulang dengan wajah gelisah.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam. Sudah selesai apel mas?" Tanyaku.
"Sudah."
Singkat sekali jawabannya. Tak biasanya mas Jamari seperti ini, ia nampak gelisah dan tidak tenang. Seperti sedang menutupi sesuatu.
"Mas kenapa?"
"Dik."
Mas Jamari tak menjawab pertanyaanku, sepertinya akan mengatakan sesuatu tetapi ragu.
"Iya mas."
"Ah tidak jadi. Mas antar kerumah sakit ya?"
"Ngga usah lah mas, udah mendingan kok." Jawabku.
"Udah mendingan gimana, itu muka adik masih pucet."
"Iya mas, aku ganti baju dulu ya." Aku melenggang masuk kedalam kamar.
"Iya."
"Surat tugas turun nanti, tapi bagaimana aku sampaikan ke dik Meylina. Pasti dia sedih, ini kan pertama kalinya aku berangkat misi setelah menikah." Ucap mas Jamari dalam batin.
"Mas ngga ganti seragam dulu?" Tanyaku setelah selesai berganti baju.
Mas Jamari diam saja, sambil melamun.
"Mas." Tanyaku sekali lagi.
"Ah iya dik?"
"Ada yang dipikirin mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Danru Paspampres
Romance^^My First Story^^ Takdir yang membawaku padanya, bagaikan ikan di air dan sayur di gunung. Walaupun ikan yang jauh dilaut dipertemukan dengan sayur didarat dalam satu piring. Ibaratkan jodoh walau terbentang jarak berkilo kilo meter jika memang jod...