9. MY WEEDING

987 34 0
                                    

Pagi hari pukul 08.00 WIB sang penghulu memimpin upacara ijab kabul pernikahanku di saksikan tiga orang saksi secara tertulis dimasjid Bogor.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Meylina Fransisca..."

Suara mas Jamari diluar lantang sekali mengucapkan nama perempuan yang saat ini akan menjadi istrinya.

Meylina tersenyum dari balik salah satu ruangan dimasjid mendengar suara itu.

"Sah?" Tanya pak penghulu kepada para saksi.

"Sah"

"Alhamdulillah."

Hatiku bergetar hebat, tak sadar air mataku luruh seketika kini aku telah sah menjadi seorang istri dari Sertu Jamari Yusuf Wijaya Prawira.

Aku diantar kedepan penghulu oleh bunda Wijaya dan mbak Zoya, duduk berdampingan dengan Mas Jamari.

Mas Jamari mengulurkan tangannya untuk kusalami dan cium punggung tangannya. Dan untuk pertama kalinya mas Jamari mencium dahiku 'My first kiss' dari suamiku surgaku.

Lalu mas Jamari menatapku dalam dan kami berdua pun tersenyum. Tiba-tiba bunda Wijaya memelukku.

"Bunda." Ujarku

Ah, bahagianya aku mendapatkan sosok ibu mertua yang baik menerimaku apa adanya. Bunda Wijaya mengingatkanku akan sosok almarhumah ibu, sampai aku menangis tersedu-sedu dipelukannya.

Aku melepaskan pelukan bunda Wijaya. Lalu kami menandatangani buku nikah.

Setelah selesai dengan buku nikah, kami berdua sungkem.

***

Malam harinya dilanjutkan upacara militer Tradisi Korps Sangkur Pora. Tim inti terdiri dari 13 Bintara Tim sangkur, anggota Kesatuan Paspampres, melaksanakan suatu tradisi yang menjadi kebanggaan prajurit TNI.

Tradisi sangkur Pora yang sudah menjadi tradisi Satuan adalah suatu bentuk perhatian dan suatu wujud kepedulian sekaligus rasa hormat dari Pimpinan (Komandan).

Kesiapan Tim Sangkur Pora, antara lain adalah Tim inti terdiri dari 13 pasang Tim Sangkur, dan 13 personel Drumband kebanggaan Paspamres. Rangkaian urutan dari acara tradisi ini diawali sejak pengantaran mempelai pria oleh Danru Paspampres.

Acara resepsi dilaksanakan disalah satu hotel diBogor.

Dekorasi dan hidangan telah tersedia. Lampu-lampu kristal mahal tergantung cantik menyinari hangat diatas atap, pendingin ruangan dipasang berpuluh-puluh. Mempelai wanita sedang dirias disalah satu kamar hotel.

Kemudian mempelai pria yang tak lain mas Jamari akan menjemput mempelai perempuan dari kediaman mempelai perempuan dengan menggunakan mobil dihias sebagai mobil pengantin.

Meylina menatap pantulan dirinya dicermin. Dia sangat cantik menggunakan kebaya brukat syar'i berwarna hijau berhias title cantik dengan bagian bawah dan kain krudung yang menjuntai sampai lantai.

"Masyaalloh, cantik sekali adek mbak ini." Ujar mbak Zoya masuk keruang rias pengantin.

"Masa si mbak?"

"Iya. Kamu sudah siap kan?" Tanya mbak Zoya.

"Insyaalloh siap." Ucapku bergetar.

"Kamu jangan tegang ya dek. Ayo turun, Jamari sudah menunggu." Mbak Zoya membantuku berdiri dan mengangkat kain krudungku.

Seketika aku menegang, tapi aku harus tetap relax.

"Masyaalloh, cantik sekali istriku ini." Ucap mas Jamari membuatku tersipu.

Mas Jamari mengulurkan tangannya untuk membantuku masuk kedalam mobil dan kami bersiap berangkat menuju gedung hotel.

Prosesi selanjutnya, kemudian kedua mempelai bersama rombongan menuju tempat resepsi. Sampai ditempat resepsi kedua mempelai akan turun dan disambut untuk kemudian diarak menuju tempat laporan Komandan Tim Sangkur Pora.

"Komit Korps Bintara Komando Pasukan Pengamanan Presiden TNI AD akan mempersembahkan acara Tradisi Korps kebanggaan kami 'acara Tradisi Korps Sangkur Pora'." Ucap MC.

Aku menggandeng tangan mas Jamari yang memakai seragam PDU. and then, aku tidak lupa mengenggam se bouket bunga mawar merah cantik.

Komandan tim pasukan upacara memberikan hormat kepada mas Jamari dan meminta izin untuk memulai prosesi upacara Sangkur Pora.

"Lapor upacara tradisi Sangkur Pora siap!" Lapor Komandan tim.

"Laksanakan!" Jawab mas Jamari tegas.

"Laksanakan!" Balas Komandan tim.

Posisi sangkur terhunus melambangkan bahwa, dengan bersikap dan berjiwa ksatria, kedua mempelai akan selalu siap untuk mengatasi segala rintangan hidup, yang akan menghalangi dan akan menghambat perjalanan bahtera kehidupan mereka.

Kedua mempelai kemudian harus melalui gerbang, dengan formasi berbanjar, sebagai gambaran yang mengandung arti bahwa, pintu gerbang yang baru dilalui merupakan awal dari suka dan duka dalam menempuh kehidupan yang baru, sebagai keluarga bahagia.

Lalu kedua mempelai berjalan diiringi Tim Sangkur Pora dengan formasi melingkar, melambangkan bahwa antara anggota Paspampres, masih terjalin hubungan ikatan batin yang kuat sebagai kakak, rekan dan adik, dengan hati yang rela melepaskan kedua mempelai untuk berjuang menempuh bahtera kehidupan yang baru.

Kemudian melakukan formasi melingkar membentuk payung. Usai melaksanakan, kemudian dilanjut pemasangan cincin dan penyerahan pakaian Persit oleh Komandan dan ibu Komandan.

Pemasangan cincin mengandung arti ikatan batin yang kokoh, bahwa mempelai akan selalu bersama-sama dalam mengarungi bahtera kehidupan yang baru. Adapun penyerahan seperangkat pakaian Persit kepada mempelai wanita, menandakan telah sahnya sebagai istri prajurit sejati.

"Inilah pernikahan yang aku impikan sedari dulu. Masyaalloh, Allah swt. punya rencana." batinku.

Setelah selesai prosesi upacara Sangkur Pora kami berdua duduk dipelaminan.

Teman seletting mas Jamari menaiki pelaminan untuk bersalaman dan memberi selamat.

"Happy wedding bang dan istri. Semoga sakinnah, mawadah, warohmah. Jangan lupa bang kasih aku ponakan." Ujar Serda Bagaskara mengerling jahil, yang membuatku melotot sempurna dan tersipu.

"Terima kasih bro. Aamiin. Itu pasti." Jawab mas Jamari

Setelah bersalaman dilanjutkan sesi foto dan pelemparan bunga.

Tiba-tiba olifia datang dan langsung naik ke pelaminan. "Happy wedding Mei dan suami. Semoga langgeng pernikahannya dan segera dikasih momongan." Ujar Olifia.

"Makasih. Kok kamu telat lif." Ujarku dengan tampang masam.

"Maaf Mei tadi gue baru pulang kerja."

"Iya udah nggak papa. Makasih ya udah dateng." Ucapku sembari memeluk Olifia.

"Sama-sama. Gue makan dulu ya." Ujarnya sambil melangkah turun.

Aku kembali duduk dengan mas Jamari. Dia memandangku, sedari dulu mas Jamari tak berani memandangku lebih dari lima detik. Alasannya karena kami berdua memang belum halal.

Itulah kenapa perempuan harus memilih pria yang baik untuk menjadi pendampingnya. Karena apa? Perempuan itu mulia dan berharga untuk dimiliki dan tidak seremeh serta segampang itu didapatkan oleh seorang pria.

💂💂💂💂💂💂💂

Catatan :
Pedang Pora untuk Perwira.
Sangkur Pora untuk Bintara.
Hasta Pora untuk Tamtama.

Find me :@febrianaas_

My Danru PaspampresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang