Jika ada typo, mohon ditandai ya. Biar nanti kuperbaiki.
***
"Dewi!"Aku yang tengah berjalan di taman keraton bersama Wangi menoleh. Kulihat Nertaja berjalan menghampiriku, diikuti para dayangnya. Seperti biasa, raut perempuan itu sangat ceria, tetapi masih terlihat elegan.
"Ya?" balasku.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya yang memasang raut khawatir saat berdiri di depanku.
"Aku baik-baik saja." Aku melentangkan tangan, meyakinkan bahwa aku memang baik-baik saja.
"Syukurlah. Kukira kamu masih sakit. Kau tahu, waktu makan malam Kakanda sangat mengkhawatirkanmu. Dia hendak meninggalkan ruang makan saat itu, tapi Ibunda memintanya untuk tetap tinggal."
Aku terkejut. "Benarkah?"
Nertaja membalas dengan anggukan kepala.
"Seberapa khawatir Kakandamu itu?" Aku cukup tertarik untuk menanyakan hal itu.
"Entahlah ... bisa kulihat dari wajahnya, Kakanda ingin sekali menemuimu. Ia juga makan sedikit dan sering melamun saat makan malam."
Sebisa mungkin, aku menahan diri untuk tidak tersenyum. Kenapa raja itu sungguh manis? Jika kutahu kalau Hayam Wuruk sangat mengkhawatirkanku, aku tak akan bersikap seperti kemarin malam. Seharusnya aku lebih lembut.
"Di mana Kakandamu itu?" tanyaku.
"Sedang ada di Balai Manguntur bersama para rakyan, ada pertemuan di sana. "
Perlahan kedua bahuku merosot. Rasanya kecewa sekali. Itu berarti, aku tidak bisa bertemu dengannya hari ini. Padahal ia juga berjanji akan menemaniku pergi ke pasar.
"Ada apa?" Nertaja mengerutkan kening. Suaranya yang lembut membuat lamunanku terbuyarkan.
Menghela napas berat, aku pun membalas dengan kedua bahu yang merosot lemas. "Hanya saja Kakandamu telah berjanji menemaniku untuk berbelanja ke pasar."
"Kakanda berjanji akan pergi denganmu?" Nertaja tampak begitu terkejut. Langsung saja aku menatap dia tak mengerti. Apakah aku salah berucap? Apakah sebelumnya Hayam Wuruk tidak pernah berjanji kepada seseorang? Hmm... ini sangat membingungkan.
"Iya." Aku mengangguk ragu.
"Sepertinya Kakanda memang menyukaimu, Dewi. Sebelumnya ia hanya pergi bersamaku. Itu pun kalau aku memintanya. Sedangkan kau, diajak langsung olehnya." Nertaja mengerucutkan bibir. Sisi manja-nya sedikit terlihat.
Lagi-lagi aku tersipu malu. Tunggu, ada apa denganku ini? Jangan bilang kalau aku jatuh cinta kepada sang maharaja. Tidak, tidak. Aku tidak boleh jatuh cinta kepada laki-laki itu.
"Dia tidak mungkin menyukaiku. Dia hanya akan menyukai dan mencintai Sudewi," gumamku dengan lesu. Sungguh sedih ketika mengingat fakta bahwa Hayam Wuruk akhirnya menikah dengan Sudewi.
"Tidak, Dewi. Kakanda tidak menyukai Sudewi."
Aku memilih untuk pura-pura percaya karena tidak ingin pembahasan ini berlanjut semakin panjang.
"Kalau begitu, aku pergi, Dewi. Ada sesuatu yang harus kukerjakan," ucap Nertaja yang langsung kuangguki, lantas aku melambaikan tangan kepadanya. Namun, kedua alis gadis itu malah hampir menyatu. Mungkinkah dia tidak tahu makna dari gerakan tangan yang kulakukan tadi?
"Oh, ini tanda seorang teman yang sedang berpisah dengan teman lainnya," jelasku yang membuatnya tersenyum. Dengan sedikit ragu, Nertaja mengangkat tangan kanannya, lalu ikut melambaikannya ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Sri Rajasanagara
Historical FictionDewi Kirana Candramaya, namanya. Gadis pindahan dari Jakarta yang sama sekali tidak menyukai pelajaran Sejarah, tiba-tiba muncul di masa kerajaan agraris terbesar di Nusantara, Kerajaan Majapahit. Kirana tidak percaya dengan adanya cinta. Namun, kep...