Aku memilih bungkam. Bibirku benar-benar lelah untuk menanggapi ocehan Candra. Sembari menunggu Abimanyu selesai memancing, aku sibuk melempari batu-batu kecil ke sungai sejauh yang aku bisa.
Hingga pada akhirnya, aku mendongak dan sedikit tersentak ketika mendengar salah seorang petani berseru hormat. "Baginda raja!"
Abimanyu dan Candra buru-buru berdiri menghadap ke belakang, lantas menunduk takzim. Aku yang ikut bangkit kini menoleh ragu. Dan benar saja, di depan tak jauh dariku ada Hayam Wuruk beserta empat prajuritnya.
Seketika aku menjadi linglung. Apa yang laki-laki itu lakukan di sini?
Dengan tergesa-gesa aku berdiri di belakang Abimanyu, berharap Hayam Wuruk tidak melihat keberadaanku.
"Ada apa, Baginda Raja?" Salah seorang petani bertanya sopan, masih dalam keadaan menunduk. Sama sekali tidak berani untuk mengangkat wajah jika tidak disuruh.
"Apa kau melihat seorang gadis berada di sekitaran sini?" Suara berwibawa Hayam Wuruk terdengar jelas di indra pendengaranku seiring dengan jantungku yang seakan imgin meledak-ledak.
"Apakah gadis itu, Baginda?" Petani yang lain menunjuk ke arah kami. Aku sudah sangat ketar-ketir di belakang punggung Abimanyu.
Petani itu tidak menunjukku 'kan?
"Bukan dia. Gadis yang aku cari memiliki rambut sepanjang pundak."
Aku semakin gugup dan cepat-cepat menarik rambutku ke belakang supaya terlihat panjang melebihi pundak jika dilihat dari depan.
"Apakah baginda mempunyai petunjuk lain karena kami sama sekali tidak melihat ada gadis yang memiliki rambut hanya sepanjang pundak."
Hayam Wuruk terdiam sejenak. Dia lantas berkata, "Dia sangat cantik, bulu matanya panjang dan lentik, kulitnya seputih susu, serta ada sebuah bekas luka bakar di punggung tangan kanannya."
Aku menggigit bibir. Wajah-wajah kebingungan para petani dapat kulihat dengan jelas. Abimanyu bahkan mulai melirik ke arahku.
Apakah dia mulai sadar jika ciri-ciri perempuan yang disebutkan oleh Hayam Wuruk adalah aku? Apakah dia akan memberitahu Hayam Wuruk jika gadis yang tengah sang maharaja cari sedang bersembunyi di belakangnya?Menunduk dalam-dalam, aku terbelalak kala melihat ada banyak semut merah yang berkeliaran di dekat kakiku. Beberapa dari mereka bahkan sudah menaiki punggung salah satu kakiku.
"Aw..." Aku meringis tertahan tatkala merasakan gigitan semut merah tersebut di mata kaki kananku. Segera aku mundur, menjauh dari segerombolan semut-semut tersebut, hingga tanpa sadar aku telah keluar dari persembunyianku.
"Kirana?"
Seketika aku menunduk sembari memalingkan wajah. Kedua tanganku mencengkeram erat jarik bagian sisi samping tubuh. Aku saat ini benar-benar bergerak tak nyaman.
"Apa Baginda mengenalnya?" Abimanyu bertanya sopan.
Hayam Wuruk terus menatapku. "Dia adalah seseorang yang kucari," balasnya sembari melangkah mendekat hingga kami hanya berjarak lima meter.
"Kesalaham fatal apa yang telah kau perbuat hingga para prajurit Majapahit mencarimu, Dewi?" Candra bertanya sinis setengah mendesis.
Aku melotot ke arah Candra.
"Kau pasti seorang penjahat, Dewi." Candra kembali berulah, membuatku menggeram dalam hati.
"Kirana bukan penjahat. Dia adalah calon permaisuriku." Tak kusangka, Hayam Wuruk mendengar desisan Candra. Syukurlah. Aku juga sungguh sebal dengan gadis itu. Akan kubuktikan bahwa aku tidak seperti apa yang Candra pikirkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/246423673-288-k379866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Sri Rajasanagara
Historical FictionDewi Kirana Candramaya, namanya. Gadis pindahan dari Jakarta yang sama sekali tidak menyukai pelajaran Sejarah, tiba-tiba muncul di masa kerajaan agraris terbesar di Nusantara, Kerajaan Majapahit. Kirana tidak percaya dengan adanya cinta. Namun, kep...