Absen yuk, kalian dari kota mana aja?***
"Uhuk! uhuk!" Aku meraih batu besar yang ada di tepi sungai. Tubuhku seketika terasa lemas. Dadaku terasa sesak. Sepertinya ada banyak air yang kuhirup. Dalam hati aku terus mengucapkan syukur, untung saja aku dapat berenang, bagaimana jika tidak? Nyawaku pasti sudah melayang tadi.
Tunggu!
Aku ada di sungai?
Mengusap wajah, aku melihat ke sekeliling. Dan benar saja, aku tengah berada di sungai yang terdapat beberapa bebatuan besar. Airnya mengalir dengan cukup deras, seperti tak tersumbat oleh apapun. Selain itu, air sungai ini juga bersih dan sangat jernih, sampai-sampai dasar sungainya yang terdapat bebatuan kecil terlihat begitu jelas di mataku. Ah, bahkan aku juga dapat melihat ada beberapa ikan kecil yang berenang dan bersembunyi di dekat semak-semak yang tumbuh di pinggiran sungai. Pemandangan yang sungguh langka untuk dilihat pada zaman sekarang.
Berhenti terkagum-kagum, aku kembali mengedarkan pandangan.
Aku ada di mana?
Apakah aku berhalusinasi?
Tidak mungkin kan jika aku tiba-tiba terdampar di sebuah sungai yang seperti tak tersentuh oleh tangan-tangan jahat manusia?
Daripada terus berpikir, aku memilih untuk segera beranjak dari sungai. Kondisiku basah kuyup sekarang.
Di saat aku hendak naik ke atas permukaan tanah yang ada di tepi sungai, tak sengaja pandanganku tertuju ke arah lelaki yang menurutku berpenampilan aneh. Jarak kami hanya sekitar lima meter. Laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi tegap itu berdiri membelakangiku. Dia saat ini tengah memandangi hamparan persawahan yang berada di depannya sambari meletakkan tangan di punggung bawah. Terlihat sangat berwibawa.
Saat aku menatap ke bawah, tepat di dekat kakinya, kedua mataku sontak terbelalak ketika melihat ada seekor ular yang bersembunyi di dalam tanaman padi. Ular berwarna cokelat dengan ukuran yang sedang itu terus mengamati kedua kaki milik lelaki yang berdiri membelakangiku itu.
Ingin sekali aku menjerit untuk memperingatinya, tetapi lidahku terasa kelu karena saking panik. Untuk pertama kalinya, aku melihat ular secara langsung. Selama hidupku, aku hanya melihat hewan reptil itu di sebuah acara yang disiarkan di TV saja. Lagi pula, aku tidak pernah memiliki niat untuk bisa melihatnya secara langsung, terlebih lagi dalam jarak yang cukup dekat seperti sekarang ini. Sungguh menjijikan sekali.
Saat ular tersebut mendekati kaki lelaki yang ada di depanku, buru-buru aku naik ke atas permukaan tanah dan berlari ke arahnya. Kemudian, aku langsung menarik tangan kanan laki-laki itu untuk menjauh dari ular yang sedari tadi mengincar. Karena tak seimbang dan tarikanku tadi begitu kuat, alhasil aku terhempas ke tanah dan laki-laki itu juga ikut terjatuh sehingga tubuh kami sama-sama limbung.
Terparahnya, tubuh laki-laki itu berada tepat di atasku. Untung saja kepalaku menumpu lengan kirinya, jadi tidak terkena langsung oleh tanah tepi sungai yang tertutupi oleh rerumputan pendek.
Ah, tampan sekali. Aku terdiam atau lebih tepatnya terpesona saat melihat wajahnya dari jarak yang sangat dekat. Kedua mata kami saling tatap untuk beberapa saat. Kedua netra laki-laki itu yang begitu teduh seakan menghipnotisku supaya tidak berhenti menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Sri Rajasanagara
Historical FictionDewi Kirana Candramaya, namanya. Gadis pindahan dari Jakarta yang sama sekali tidak menyukai pelajaran Sejarah, tiba-tiba muncul di masa kerajaan agraris terbesar di Nusantara, Kerajaan Majapahit. Kirana tidak percaya dengan adanya cinta. Namun, kep...