"Tidak."
Keningku mengkerut.
"Ini pertama kalinya aku berendam bersama orang lain, apalagi perempuan."
Seketika badanku berubah menjadi panas dingin. "Nanti kita jadi 'kan ke pasar?"
"Kenapa kau senang sekali mengubah topik pembicaraan, Kirana?" Hayam Wuruk terkekeh.
Aku berdehem, menyembunyikan rasa gugup yang kian melanda.
"Aku berharap kita bisa berendam bersama lagi."
"Aku tidak ingin berendam di sini lagi!" balasku yang sangat berlawanan dengan ucapannya.
"Kenapa?"
"Karena ada kau, Hayam Wuruk."
Hayam Wuruk menghela napas. Ekspresinya kembali serius yang membuatku tidak suka. "Menikahlah denganku, Kirana."
Aku hanya menunduk, menatap dasar kolam yang dapat dilihat dengan jelas karena saking jernihnya air yang mengisi tempat ini. "Kita tidak bisa menikah. Kau akan menikah dengan Sudewi."
"Bagaimana kau bisa menyimpulkan jika aku akan menikah dengan Sudewi?"
Aku tersenyum tipis. "Ya, aku tahu. Kau akan menikah dengan Sudewi, lalu mempunyai anak bernama Kusumawardhani dan mempunyai menantu Wikramawardhana-" Menyadari jika aku telah membocorkan hal tersebut, aku segera menutup mulutku. Bagaimana ini? Seharusnya aku tidak boleh mengatakannya sekarang.
Takut jika nantinya Hayam Wuruk malah bertanya-tanya perihal kalimatku tadi, aku pun mendekat dan mencium pipi kirinya sekilas, membuat laki-laki itu terkejut. Dengan apa yang kulakukan tadi, semoga Hayam Wuruk melupakan apa yang kuucapkan barusan. Kemudian, dengan gerakan terburu-buru aku beranjak dari kolam, lantas mengambil selendang serta kembenku yang ada di atas bebatuan besar pinggir kolam.
"Aku harus pergi," pamitku usai memasang selendang merah di bahuku.
Ya Tuhan! Aku pasti sudah gila!
***
Setelah berganti pakaian, aku mengempaskan diri di tempat tidur. Kedua mataku terpejam, sedang telapak tanganku menutup wajah. Mengingat kejadian di mana aku dengan berani-beraninya mencium sang Maharaja Majapahit sungguh membuatku malu.
Aku bingung dengan diriku sendiri. Entah apa yang aku pikirkan hingga bisa-bisanya mencium Hayam Wuruk.
Memukul pelipis kanan berulangkali, aku berusaha mengenyahkan ingatan tersebut. Menyakinkan diri bahwa tadi hanyalah imajinasiku belaka. Setengahnya aku mencoba melupakan kejadian memalukan itu, tiba-tiba saja pintu kamarku diketuk oleh seseorang. Langsung saja aku bangkit dari tempat tidur untuk membukanya karena aku yakin, itu pasti Wangi.
"Kau sudah siap?"
Aku terkejut. Tentu saja. Kupikir, yang mengetuk pintu kamarku adalah Wangi, tetapi aku salah. Lihatlah, laki-laki yang berendam bersamaku di kolam pemandian tadi tengah berdiri di hadapanku dengan pakaian yang berbeda. Pakaian yang ia kenakan jauh dari kata mewah, malahan seperti rakyat biasa. Tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi ketampanannya.
"Siap apa?" ulangku tak mengerti, ditambah lagi dengan penampilannya yang membuatku semakin bingung saja.
"Kita akan pergi ke luar keraton." Ia lalu mengamati penampilanku. "Wangi, bisakah kau membantu Kirana untuk berganti pakaian yang lebih sederhana?" Hayam Wuruk menoleh ke belakang.
Eh, sejak kapan perempuan itu berdiri di sana?
"Baik, Baginda." Wangi menunduk, lantas memintaku untuk mengikutinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/246423673-288-k379866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Sri Rajasanagara
Historical FictionDewi Kirana Candramaya, namanya. Gadis pindahan dari Jakarta yang sama sekali tidak menyukai pelajaran Sejarah, tiba-tiba muncul di masa kerajaan agraris terbesar di Nusantara, Kerajaan Majapahit. Kirana tidak percaya dengan adanya cinta. Namun, kep...