Part 28

33.8K 2.1K 94
                                    

HAPPY READING


"Americano satu sama croisant." Pesan seorang lelaki berseragam SMA yang berdiri di depan kasir.

Alin masih bertugas menjadi kasir sementara saat ini, sesekali membantu Keisya membuat kopi. Gadis itu belum menatap orang yang memesan, ia mengotak atik layar mesin kasirnya. "Americano sama croisant, ada tambahan lagi? Atas nama siapa? Untuk pengambilan pesanan nanti kami panggil."

"Udah itu aja, atas nama Liam."

Seketika Alin menatap lekaki di depannya. Raut wajahnya terlihat senang. "Tumben baru kesini lagi, kemana aja lo?" Liam termasuk pelanggan setia coffeshop ini. Dulu lelaki itu setiap hari tidak pernah absen berkunjung, namun belakangan ini Liam jarang ke coffeshop lagi. Dan Alin-- merupakan barista favorit Liam, karena buatan kopi Alin selalu pas dilidahnya.

Alis Liam hampir bertautan. "Kok lo jadi kasir? Bosen jadi barista ya?"

"Nggak kok, gue ngegantiin sementara,"

"Tapi kalo gue request yang bikinin kopi gue itu lo, boleh kan? Soalnya kopi buatan lo itu dabest banget."

Alin tersenyum malu. "Boleh kok. Kenapa lo selalu pesen americano sih? Kopi nya kan pahit banget,"

"Kalo yang ngebikinin kopi nya itu elo, berubah jadi manis." Gombalnya.

"Dasar. Totalnya jadi 57.000," Begitu Alin menotalkan pesanannya, Liam menyerahkan selembar uang kertas berwarna pink.

"Aduh kak, maaf ya aku lama ke toilet nya. Ada pesenan yang terlewat nggak?" Keisya datang ke kasir mengambil apron nya yang ia titipkan ke Alin.

Liam kenal suara itu, dari samping dia dapat mengenali orang tersebut. "Keisya." Panggil Liam ragu, takut salah orang.

Merasa namanya dipanggil, Keisya menoleh ke sumber suara. Ia menyapa Liam dengan sedikit terkejut karena kehadiran cowok itu disini. "Eh, hai Liam." Katanya seraya memasang apron.

Cowok itu terlihat bingung, kenapa Keisya memakai apron barista. "Lo kerja?"

Saat ingin menjawab, Alin terlebih dahulu menyela. "Dia pemilik coffeshop ini sekaligus bos gue, tapi dia nggak mau di panggil bos." Ia terkekeh.

Alin menepuk bahu Keisya. "Kamu nggak usah bikin pesenan Liam, biar aku aja." Lalu berjalan menuju tempat barista.

"Demi apa lo bos nya disini? Gue sering banget kesini tapi nggak tau pemiliknya siapa."

Keisya tersenyum canggung. "Baru beberapa hari ini sih menyandang sebagai owner di coffeshop ini, sebelumnya punya Mama."

"Oh gitu, jadi lo izin nggak masuk sekolah beberapa hari ini karena sibuk ngurusin coffeshop ya?"

"Ya gitu deh," Keisya menggaruk tengkuknya.

Liam membasahi bibir bawahnya sebelum berkata. "Kei, gue boleh ngomong sesuatu?

"Ngomong apa? Mendingan ngobrol sambil duduk deh," Keisya keluar dari bar mengajak Liam duduk di meja sebelah jendela.

Liam tampak mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Setelah itu, ia menyodorkan ke Keisya.

"Lolipop?" Kening Keisya mengkerut.  "Eh iya, gimana lo udah tau siapa yang naruh lolipop di laci meja gue?" Keisya menopang dagu menatap lelaki didepannya.

"Udah."

"Siapa?" Tanya nya penasaran.

"Gue."

"Hah?" Beo Keisya tak mengerti.

"Iya gue, gue yang tiap hari naruh lolipop di meja lo. Gue rela dateng subuh supaya nggak ada yang tau,"

KEINAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang