Part 48

28.8K 1.9K 323
                                    

HAPPY READING

Tengah malam, Kale terus menangis membuat Keisya kelimpungan. Dikasih ASI, Kale menolak ingin di gendong. Kesempatan waktu belajar Keisya makin sedikit, padahal besok hari pertama ujian nasional tapi malamnya Kale rewel.

Kenan terusik dengan suara tangis Kale yang khas,  netranya menangkap Keisya menimang Kale sambil menepuk-nepuk pantat bayi sebulan itu.

Keisya menyanyikan lagu pengantar tidur, lumayan bisa meredakan tangis Kale. "Stt ... bobo ya sayang."

"Nangis terus, ya?" Suara serak Kenan menginterupsi.

"Heem,"

"Sini biar aku gendong, kamu capek pasti dari kemarin diselingin momong sama belajar buat UN." Kenan mengambil alih Kale secara perlahan.

"Beneran?"

"Iya, asalkan kamu istirahat."

Wanita itu mengangguk, memang badannya sekarang remuk butuh rebahan.

Keisya tersenyum melihat pemandangan ayah dan anak di depannya. Tidak lama ia menguap hingga hilang kesadaran beralih ke alam mimpi.

"Kale bobo, ooo .... Kale bobo, kalau tidak bobo di gigit bagong." Kenan menyanyikan lagu versinya sendiri. "Wayolo, digigit bagong. Stt...sttt... bobo makanya." Ia menyumpalkan dot berisi ASI Keisya ke mulut Kale.

"Pentol ayam bikin tentram.. pentol puyuh kembang luyuh.. pentol sapi bikin kamu hepi.. pentol kasar bikin kamu sabar~" Kenan bersenandung lagu apa saja yang terlintas di otaknya dan berharap Kale tertidur. Untung Kale gak sawan dinyanyikan lagu queen pentol.

Kale mengulet tidak nyaman, dengan segera Kenan mengubah posisi gendongan tegak, dimana kepala Kale di atas bahu menghadap belakang. Mungkin Kale terganggu dengan suara sember papi nya. Kasihan Kale sepertinya tertekan.

"Nyanyi apa lagi ya?" Ia mengelus punggung Kale seperti Keisya yang suka di elus-elus semasa hamil agar cepat tidur.

"Lihat hidupku, penuh dengan dosa-" Kenan hendak bernyanyi menggunakan nada 'lihat kebunku', namun seketika ia terdiam. "Gak boleh cerita keburukan gue ke anak."

Kenan berdiri di depan kaca untuk mengecek Kale lewat pantulan kaca, apakah Kale sudah tertidur atau belum. Sebab tidak ada lagi suara ringikkan bayi itu. Ternyata Kale belum tidur.

"Kale anak pinter, gak boleh sering nangis ya? Kalo nangis terus, Papi masukin ke panti asuhan nih," Seakan mengerti, Kale menjerit kuat.

"E-eh, Papi bercanda. Stt... diem ya," Kenan buncah menenangkan anaknya. Andai bocah sekecil ini doyan kinderjoy, rasanya setiap Kale menangis ia ingin memberikan satu pack kinderjoy biar anteng.

"Ngantuk kamu nih, makanya nangis mulu." Kenan memberikan dot berisi ASI Keisya.

Perlahan mata Kale memberat, lama kelamaan tertidur di dada papi nya. Kenan hendak menidurkan Kale di kasur tengah-tengah antara Keisya dan dirinya, belum menyentuh kasur Kale menangis lagi.

Kenan bersandar di kepala ranjang sembari menepuk bokong Kale agar tertidur. Dan berhasil, dalam sekejap Kale langsung terlelap. Mau tidak mau, Kenan tidur dengan posisi duduk bersandar, tak apalah demi anak.

KEINAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang