EPILOG

48.9K 2.1K 623
                                    

HAPPY READING


A few years later

"MAMIIII!!!!"

Bocah laki-laki berumur empat tahun terlihat berlari menghampiri ibunya. Siapa sangka, Kale kini sudah pintar berbicara dan tumbuh aktif, saking aktifnya membuat Keisya mumet.

Kale menarik-narik apron barista yang dipakai Keisya, kesal Maminya itu tidak menyahut. Ya, Kale hari ini ikut bekerja di coffeshop. Lebih tepatnya ikut merecoki orang kerja. Ada Liam, Elang, Anna, Bella yang part time di coffeshop Keisya. Itung-itung buat tambahan uang mereka karena akan digaji tentunya.

"MAMII DENGERIN AKU!!!" Kale mencak-mencak.

"Sebentar ya sayang," Keisya mengelus rambut anaknya singkat, kemudian melanjutkan membuat kopi.

"Ish!! Mami sebelin, semuanya sebelin. Papi sibuk, Mami sibuk!" Kale bersedekap memalingkan wajah.

Keisya menghela nafas, Kale jika sudah merajuk akan sulit dibaikinnya. "Kak Alin, tolong lanjutin bikin kopi buat pesenan meja nomor delapan dong. Anak aku ngambek."

Sekarang Keisya menggendong Kale, membawa ke salah satu meja yang kosong. "Kale mau ngomong apa?"

Kale menutup mulut, pura-pura ngambek.

"Kale kalo gak ngomong Mami kerja nih?"

Tangan Kale menahan Maminya yang hendak beranjak. "Jangan kerja terus, nanti tipes."

Keisya menganga mendengar lontaran anaknya. Siapa lagi yang mengajarkan Kale bicara seperti itu kalau bukan teman-teman Kenan? Atau bisa jadi, bapaknya yang ngomong gitu terus Kale ngikutin.

"Kale mau ngomong apa sih?"

Tiba-tiba Kale kesemsem sendiri, dia terlihat malu-malu. Tentunya mengundang kernyitan di dahi Keisya. "Aku ganteng gak?"

Keisya menaikkan alisnya, jadi ini yang mau Kale bicarakan? "Ya ganteng lah, anak Mami." katanya merasa bangga.

"Mami mau gak jadi pacar aku?"

Pernyataan Kale sontak membuat Keisya terkejut. Mana ada sejarah anak mengajak pacaran ibunya sendiri? Hanya Kale rasanya. "Kale! Siapa yang ngajarin pacar-pacaran?" tegasnya.

"Jodi." Hanya pada Jodi lah Kale memanggil nama, Liam dan Elang dipanggil Om.

Keisya meraup wajahnya frustasi. "Kale, dengar Mami, gak boleh pacar-pacaran ya?"

"Tapi Jodi pacaran, Om Elang pacaran, Om Liam pacaran, Mami pacaran sama Papi, semua pacaran. Kok aku gak boleh?" protes Kale sampai bibirnya maju lima senti.

"Itu beda, kamu masih sangat kecil. Kalo udah besar baru boleh."

"Besar itu seberapa, Mi? Sebesar raksasa kah? Wow!" Kale membentangkan kedua tangannya lalu bertepuk tangan. Membayangkan besarnya raksasa yang terdapat di buku dongeng.

"Bukan sayang. Intinya kamu gak boleh pacar-pacaran, titik!"

Kale merengek memeluk lengan Keisya. Kale makin mirip sama Kenan jika seperti ini. "Aaa... Mamiii!! Aku kan mau kayak Jodi."

"Kamu anak Jodi? Ya udah sana, tinggal sama Jodi. Kamu bukan anak Mami-Papi berarti ya?"

"Huaaaa! Papiii! Mami nakal!!" Kale memekik menangis histeris sampai tangisannya terdengar seisi coffeshop. Lantas Keisya membopong Kale ke ruangan owner, malu didengar pelanggan.

KEINAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang