Part 43

28K 1.8K 107
                                    

HAPPY READING

HAPPY BIRTHDAY BUAT PARA PISCES

🍒

"KAKAK CANTIKK!!!"

Keisya baru memasukki kediaman keluarga Addison langsung disambut putri bungsu keluarga itu. Ara, gadis kecil tersebut memeluk kakak iparnya erat.

"Halo cantik," Keisya mengelus surai rambut panjang Ara.

Ara mengurai pelukannya, ia menatap takjub perut Keisya. "Waw! Makin besar," Ara melangkah mundur. "Aku takut meletus kayak balon." ujarnya polos. Ara pernah dijahili teman dengan meledakkan balon di dekat telinga. Sekarang Ara jadi takut melihat balon ataupun sesuatu yang mudah meledak.

Kenan tergelak mengangkat tubuh Ara ke udara. Dia berputar - putar membuat Ara menjerit. "Adek nya siapa sih ini, pengen abang pites aja."

"Ara!!! Kamu dimana sayang?" Sofi berlari dari lantai dua menghampiri asal suara Ara. Ia panik takut terjadi apa-apa sama anak terakhirnya.

Sofi merubah ekspresi kala melihat Kenan dengan santainya masih berputar meski Ara menangis menjerit. Langsung saja, Sofi menjewer telinga Kenan. "KENAN!!! KAMU APAIN ADIK KAMU SAMPE NANGIS?!"

Sontak Kenan mengaduh kesakitan, kepalanya ikut miring sebelah akibat jeweran Sofi di telinganya. "Ampun, ampun!"

Ara kini berpindah di gendongan Sofi. Gadis itu masih meringis merasa pusing di kepalanya.

"Bun, Kenan dateng bukannya disambut. Malah dijewer," dengusnya.

"Cih, siapa kamu kalo dateng mesti disambut? Presiden bukan, beban iya."

Kenan mengelus dadanya sabar. "Astagfirullah Bunda, gini juga Kenan jadi owner coffeshop sendiri loh,"

"Hilih, kalo usaha dari rintisan sendiri Bunda baru bangga."

"Memang bukan rintisan Kenan dari nol. Doa'in Bun, biar coffeshop nya punya cabang,"

"Iya Bunda doa'in," suara Bunda terdengar sedikit lembut dari sebelumnya.

"Ayah Mana?" Kenan mengedarkan pandang menjelajahi seisi rumah.

"Ada apa cari Ayah?" Mario. Pria paruh baya itu menuruni tangga mengenakan pakaian formal.

"Rapih amat bos, lembur nih?"

Mario mengangguk. Biasanya ketika weekend Mario libur bekerja. Tetapi karena ada projek yang harus diurus, Mario terpaksa masuk kantor.

"Anak cantik kenapa nangis?" Mario bertanya pada Ara yang duduk di pangkuan istrinya.

"Hiks... a-abang jahat," tunjuk Ara ke arah Kenan. Kenan malah mengalihkan pandang.

"Gak boleh bilang jahat ke abang ya? Maafin abang kalo Ara anak baik. Belum tentu Ara bisa main bareng sama abang saat anaknya abang lahir, sekarang puas-puasin main sama abang," jelas Mario.

"Berarti abang gak sayang aku lagi. Semuanya pasti akan lebih sayang sama adik itu setelah adiknya lahir." Kali ini Ara menunjuk perut Keisya. Gadis kecil itu takut posisinya digantikan oleh anak Kenan.

Semuanya terkejut dengan penuturan Ara. Sofi menatap tajam suaminya berbicara asal.

"Kita semua sayang kamu Ara. Kamu gak boleh bicara gitu nanti adiknya nangis, nanti gak dibolehin main bareng sama anaknya bang Kenan lho," Sofi mencoba memberi pengertian. "Kamu sayang kan sama adiknya?"

KEINAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang