11. KENALI AKU, OAKLEY

9.3K 1.3K 355
                                    

Canada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Canada

6.25 AM

Langit malam kini telah beranjak dari peraduannya, tergantikan dengan sang mentari pagi yang perlahan mulai menaiki takhta, saat Pieter duduk di pinggir ranjang, memperhatikan Yennifer yang sejak tadi hanya terdiam menatap lurus ke arah dinding kosong.

Wanita itu mendadak menjadi pendiam setelah bangun dari tidurnya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Pertanyaan itu akhirnya keluar dari dalam mulut Pieter setelah keheningan panjang yang melanda mereka. Yennifer yang tengah bersandar di ranjangnya pun hanya bisa mengangguk pelan—tak berniat menjawab pertanyaan Pieter secara langsung.

Pieter yang menyadari perubahan sikap Yennifer sejak wanita itu terbangun dari pingsannya pun mencoba untuk tetap bersabar—seakan tak ingin memancing emosinya sendiri.

"Kita akan berangkat jam sepuluh nanti, aku harap kau bisa bersiap-siap secepatnya," sambung Pieter sebelum ia beranjak meninggalkan kamar dan berjalan menuju balkon.

Yennifer yang melihat kepergian Pieter pun pada akhirnya juga ikut turun dari ranjang—membersihkan diri dan mempersiapkan segalanya.

Sedangkan dari tempatnya berdiri, Pieter yang dapat melihat pergerakkan Yennifer tepat setelah ia keluar pun hanya bisa bersikap acuh tak acuh. Pria bernetra biru kemudian mengeluarkan sebatang cerutu dan korek api dari balik saku jasnya. Dia mulai membakar gulungan utuh daun tembakau yang
telah difermentasi itu dan menghisapnya dengan tenang.

Suasana pagi di Canada memang sangat pas jika dihabiskan dengan sebatang cerutu dan segelas whiskey. Suhu kota yang dingin dipadukan dengan after taste whiskey yang daoat menghangatkan tubuh adalah sesuatu yang digemari oleh Pieter.

Pieter kemudian menghembuskan napas pelan, menatap ke arah gedung bertingkat dalam diam. Pikirannya sedang berkelana ke kejadian tadi—saat ia menemukan Yennifer tergeletak pingsan di lantai kamar mandi.

Entah apa yang terjadi, tapi wanita itu selalu berteriak ingin ikut di dalam tidurnya. Yennifer bahkan menangis hebat saat pertama kali Pieter membawanya ke ranjang. Wanita itu bersikap seolah ia sedang berbicara dengan seseorang di dalam mimpinya.

Pieter kembali menghisap cerutunya dan menmbuang asapnya ke udara.

"Siapa yang dia temui di dalam mimpinya?" gumam Pieter yang mulai menerka-nerka. Ingatan Yennifer yang belum pulih seutuhnya, terkadang membuat Pieter was-was, jikalau wanita itu mendapatkan kilasan memorinya di masa lalu.

Ada banyak rencana yang belum terlaksana, dan jika Yennifer sampai mengingat masa lalunya dengan detail, maka bukan tidak mungkin jika rencana yang telah Pieter susun selama bertahun-tahun akan berakhir dengan kegagalan.

Pieter terus berpikir hingga suatu yang logis hinggap di kepalanya.

Seseorang yang mungkin saja dekat dengannya dan Yennifer...

Autumn In The CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang