26. SALAM PERPISAHAN

12.5K 1.2K 272
                                    

Bagi yang membenci emak nya Yennifer dan gasuka cerita flashback skip aja y.

________________________________

Wyoming, Amerika Serikat

Malam itu, hujan yang begitu deras mengguyur kota Wyoming dengan sangat hebat. Suara gemuruh langit yang saling bersahut-sahutan, seolah menjadi nyanyian yang merdu untuk semua orang yang ingin beristirahat  malam ini. Namun hal itu tidak berlaku bagi Axille yang sejak tadi tidak bisa tertidur karena memikirkan nasib puterinya. Sejak tadi, Axille hanya duduk duduk di depan perapian, menikmati kehangatan yang menjalar ke tubuhnya dengan tatapan kosong.

"Aku harus pergi Axille." Rion yang baru saja menerima laporan jika puterinya berada di Los Angeles pun langsung memberitahu Axille yang saat itu masih terduduk diam sehabis pertengkaran mereka. Niatnya kembali ke Wyoming untuk beristirahat, terpaksa Rion tunda demi keselamatan Yennifer yang ada di Los Angeles.

Melihat Rion bersiap dengan begitu tergesa sehabis menerima telepon, Axille lantas beranjak dari tempat duduk dan mendekatinya.

"Rion, ada apa? Kenapa kau harus pergi lagi? Apa Yennifer sudah ditemukan? Apa kau—"

"Dia ada di Los Angeles, bersama keturunan terakhir Wellington yang masih hidup, Axie."

Deg!

Perkataan itu, sontak membuat Axille terdiam, tak mampu melanjutkan kata-katanya. Berbagai macam pikiran buruk langsung berputar di kepala Axille saat memikirkan nasib malang puteri bungsunya yang cantik. Dengan tatapan kosong, Axille menatap Rion.

"A-apa puteriku sudah—"

"Shttt..." Rion langsung menangkup wajah Axille dan menatapnya dengan seksama.

"Dia baik-baik saja, Axille. Aku berjanji akan membawanya kembali ke sini secepat mungkin. Jadi kau tenang saja dan jangan berpikir macam-macam."

Sekilas memori tentang kejadian tadi siang terlintas di benak Axille, membuat hati wanita itu semakin gusar. Setelah mendapatkan kabar jika puteri mereka berada di Los Angeles bersama dengan keturunan terkahir Wellington, Rion memang langsung bergegas pergi meninggalkan Wyoming menuju LA. Pria itu melarang Axille ikut karena menurutnya Axille bisa saja terluka, mengingat yang mereka hadapi adalah keturunan terakhir Wellington yang ternyata masih hidup.

"Kenapa rasanya gusar sekali?" Axille bertanya pada dirinya sendiri. Rasa gelisah yang tidak biasa, entah kenapa memenuhi relung hatinya malam ini. Seumur hidup, Axille tidak pernah merasa segusar ini.

Merasa tak kunjung mendapat ketenangan, Axille pun bangkit dari tempat duduknya. Wanita itu mulai berjalan keluar, menuju kamar puterinya. Suasana mansion yang temaram nan sepi, tak lantas membuat Axille merasa takut. Kegelisahan akan keadaan sang puteri, nyatanya telah menuntun Axille ke depan pintu kamar Yennifer yang berwarna putih. Perlahan, tangannya mulai terulur, menyentuh knop pintu dan memutarnya dengan pelan hingga pintu itu terbuka dan...

Autumn In The CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang