21. MAAF

9.1K 1.2K 357
                                    

"Hmm, dia saudara kembar Yhein, Oakley

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmm, dia saudara kembar Yhein, Oakley. Putera kita masih hidup...."

Dan di detik berikutnya, Yennifer langsung beringsut menjauh. Wanita itu menatap Pieter dengan tatapan tidak percaya. Sorot kekecewaan dan amarah yang tak terbendung jelas terpancar dari balik wajah cantiknya.

"Oakley...."

"Kau-.... Bagaimana bisa kau memisahkannya dariku?" gumam Yennifer dengan dada yang terasa begitu sesak. Pieter yang sudah menduga reaksi wanita ini pun pada akhirnya hanya bisa diam, tidak berniat menjawab dan menanggapi pertanyaan yang keluar dari dalam mulut Yennifer.

"Baiklah, anggap kau telah memisahkannya dariku, tapi..... Bagaimana bisa kau berbohong tentang keberadaannya Pieter? Bagaimana bisa kau berbohong kepada seorang wanita yang hampir mati karena mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan mereka ke dunia?" bisik Yennifer hingga setetes air mata mulai jatuh membasahi pipinya.

Melihat Pieter hanya diam, Yennifer pun kembali mendekati pria itu. Dengan tubuh yang gemetar hebat,  karena rasa sesak dan amarah yang tertahan, Yennifer perlahan mengangkat tangannya. Wanita itu menangkup rahang tegas Pieter dan mengusapnya dengan begitu lembut.

"Beritahu aku, apakah ada seorang wanita yang pantas menerima semua ini?" bisik Yennifer dengan isakan yang tertahan di ujung mulutnya.

"Apakah ada, seorang wanita yang mampu menahan semua rasa sakit ini, Pieter? Tolong, beritahu aku..., " ujar Yennifer sebelum air matanya jatuh dengan begitu deras.

Pieter yang mendengarnya pun hanya mampu terdiam dengan mata yang mulai memerah. Namun, pria itu terlalu hebat membangun tembok emosi yang begitu kokoh hingga Yennifer pun tak dapat melihat jika sebenarnya Pieter telah diliputi rasa bersalah.

"Kendalikan dirimu Oakley."

Hanya satu kalimat dengan nada dingin itu yang akhirnya keluar dari dalam mulut Pieter. Yennifer yang sejak tadi tertunduk menahan isak tangis pun, kembali mendongak—menatap Pieter dengan kekecewaan yang mendalam. Netra biru itu selalu membawa kesakitan yang nyata untuk dirinya. Hingga sebuah pertanyaan hingga di kepalnya.

Bagaimana jika Pieter juga berniat membunuh putera mereka?

Bukankah Pieter yang membunuh Yhein tanpa perasaan? Apa itu berarti dia juga bisa membunuh putera mereka dengan cara yang sama?

Dan saat menyadari jika Pieter mungkin akan membunuh puteranya untuk menbuatnya menderita, Yennifer langsung menjauh.

Dia harus melindungi puteranya!

Dia harus mencari cara agar Pieter tidak  membunuh anaknya kali ini.

Melihat perubahan sikap Yennifer dalam sekejap, Pieter pun berinisiatif untuk segera membawa wanita itu keluar.

"Oakley-..."

Prang!

"OAKLEY!"

"JANGAN MENDEKAT!!!"

Autumn In The CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang