6. TWINS IN AUTUMN

10.1K 1.5K 258
                                    

9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9.25 PM

Malam kini telah kembali menyapa. Gemerlap lampu kota Ontario yang begitu indah membuat Yennifer betah berlama-lama berdiri di depan jendela—memandangi kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang di bawah sana.

Tak ada pikiran apapun yang masuk ke dalam kepala Yennifer saat ini. Wanita yang mengenakan piyama satin berwarna silver itu hanya berdiam diri sambil sesekali mengusap kedua lengannya yang terasa dingin karena semilir angin yang masuk ke dalam celah-celah ventilasi udara. Wajah cantiknya yang natural terpantul dengan begitu sempurna di kaca jendela sangkar emas milik Pieter itu.

Yennifer yang tenggelam dengan keindahan dan suasana kota pun tidak menyadari kehadiran Pieter yang sejak tadi sudah berdiri menatapnya dari ambang pintu. Entah sudah berapa lama dia berdiri memandangi punggung rapuh wanita itu, namun yang pasti Pieter sepertinya 'menikmati' pemandangan yang ada di hadapannya.

Tanpa mau menunggu lebih lama lagi, Pieter pun melangkahkan masuk kakinya ke dalam kamar. Tak lupa ia menutup pintu kamar secara perlahan sebelum akhirnya berjalan mendekati Yennifer secara diam-diam.

Mendengar suara langkah di belakangnya, Yennifer langsung mengalihkan pandangannya ke arah pantulan cermin. Setelah tahu siapa yang datang, Yennifer kembali mengalihkan pandangannya ke objek semula—bersikap seolah tidak menyadari kehadiran pria bernetra biru yang ternyata adalah suaminya.

"Apa yang membuatmu begitu terhanyut hingga tidak menyadari kedatanganku, Oakley?" bisik Pieter tepat di telinga Yennifer saat ia telah berhasil memerangkap wanita itu dalam dekapannya. Namun Yennifer hanya diam—malas menanggapi pertanyaan Pieter yang pasti akan menuntunnya pada sebuah pertengkaran dan siksaan.

"Kenapa kau jadi sangat pendiam sejak keluar dari rumah sakit Oakley? Apakah kau kehilangan pita suaramu saat tertusuk pisau?" tanya Pieter yang mulai tidak menyukai keterdiaman Yennifer yang semakin menjadi.

Mendengar pertanyaan itu, Yennifer pun langsung berbalik—menatap wajah suaminya.

Ah, suami... Entah kenapa rasanya sulit mempercayai bahwa mereka masih terikat pada hubungan yang suci itu.

"Kau pulang?" tanya Yennifer yang lagi-lagi tidak menanggapi pertanyaan Pieter sebelumnya. Pieter yang mendengar pertanyaan itu pun mengulas senyum tipis. Dengan gerakkan perlahan, Pieter pun menangkup wajah Yennifer dengan sebelah tangannya.

"Kenapa? Apa kau tidak senang aku kembali setelah sekian lama?" tanya Pieter dengan sindiran halus yang menyiratkan ketidaksukaannya pada pertanyaan Yennifer.

Yennifer menggeleng pelan.

"Aku tidak bermaksud begitu," jawab Yennifer yang kemudian mendorong pelan bahu Pieter dan keluar dari dekapannya.

"Sudah makan?" tanya Yennifer sembari mencoba mengikat rambutnya yang terurai. Pieter tersenyum sinis.

"Aku tidak butuh basa basi yang seperti itu, Oakley!" tegas Pieter yang kali ini tak dapat lagi menahan amarahnya.

Autumn In The CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang