"Tuan, Nona Yerim keluar rumah sejak pukul empat sore sampai sekarang pukul delapan malam belum kembali."
Sehun seketika mengalihkan pandangan dari iPad di tangannya menatap sekretarisnya, "Apa kau yakin?"
"Ya, Tuan. Saya memeriksa dari CCTV di sekitar rumahnya. CCTV yang saya pasang atas perintah anda satu bulan yang lalu."
"Oke. Kerja bagus. Aku akan menghubunginya." Sehun memberi kode cukup dan menyuruh sekretarisnya keluar ruangannya.
Dia segera mengambil ponselnya di atas meja dan menghubungi Yerim.
Dua kali panggilan tidak juga di angkat. Sehun cukup cemas. Terus berusaha menghubungi.
...
Sementara di tempat lain, pada saat yang sama, terlihat seorang gadis muda tertidur dalam posisi duduk di atas sebuah bangku tunggu rumah sakit.
Tertidur sampai terantuk-antuk. Tidurnya nampak sangat tidak nyaman. Wajahnya terlihat kelelahan dan kurang tidur. Sementara bagian depan tubuhnya dibalut baby wrap dengan seorang bayi mungil yang juga tertidur di dalamnya.
Hal itu mengundang perhatian seorang dokter muda wanita. Lebih tepatnya seorang psikiater yang kebetulan lewat, menatap terharu dan memberanikan diri menghampiri gadis muda dengan seorang bayi di gendongannya itu. Hanya berdua di antara bangku tunggu yang lenggang.
Pertama, psikiater itu hanya mencoba membangunkan karena barangkali gadis itu sedang mengantre pasien dokter, takutnya malah tertinggal antrean.
"Nona, nona." psikiater itu mengguncang lembut bahu gadis yang terlihat lebih muda darinya. Bahkan terlihat seperti gadis SMA dilihat dari ukuran tubuhnya.
Tidak butuh waktu luma atau berulangkali panggilan, gadis itu langsung membuka mata karena tidurnya sendiri jelas tidak nyaman.
Bahkan psikiater itu berpikir, gadis yang ia bangunkan ini sebenarnya tidak berniat tidur. Namun, tidak sengaja tertidur saking tidak kuat menahan kantuk karena kurang tidur.
Psikiater itu tersenyum dan langsung mengambil duduk dengan ramah di samping si gadis muda.
"Sedang menunggu antrean? Barangkali sudah waktunya anda masuk ke ruangan dokter?"
"Oh, terimakasih." gadis itu menyadari baru saja tertidur dan wanita berjas putih khas dokter yang kini duduk di sampingnya itu baru saja membantunya bangun. Dengan cepat mengumpulkan kesadaran, mengusap surai ke belakang, menatap bayi-nya dalam gendongan baik-baik saja, gadis itu menghela napas lembut dan melanjutkan, "Saya sudah selesai dengan dokter. Hanya sedang menunggu resep obat. "
Psikiater itu mengangguk-angguk mengerti. "Dokter apa?"
"Dokter spesialis gastroenterologi."
"Ah, pasti dokter Seungwan ya?" psikiater itu menebak akrab. Mengingat dokter gastroenterologi atau dokter yang mempunyai keahlian khusus dalam mengobati berbagai macam gangguan pada saluran pencernaan di rumah sakit ini yang paling terkenal adalah Dokter Seungwan.
"Iya." dan si gadis muda menjawab seadanya.
Tidak begitu tertarik untuk akrab dengan orang asing. Yang ia pikirkan hanya ingin melindungi bayinya. Dia menjadi cukup banyak ragu dengan orang asing dan sulit mempercayai orang, karena dia mengalami tekanan dari banyak orang telah salah paham dengan hidupnya. Menuduhnya macam-macam. Membuatnya tidak suka bertemu banyak orang, atau berdekatan dengan orang asing. Bukan hanya tidak suka, tapi perasaan takut dan terancam. Pada siapapun itu yang menurutnya asing. Sekalipun seorang dokter yang mencoba ramah dengannya ini.
"Nona Kim Yerim." suara panggilan apoteker terdengar menyebut nama sang gadis muda membuat gadis muda itu seketika berdiri dan menuju tempat pengambilan obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...