23 | How far?

1.5K 287 143
                                    

Denting notifikasi ponsel berbunyi. Tertera nama Irene yang baru saja mengirim pesan. Yerim memang sedang menunggu pesan dari Irene untuk mengetahui kabar Runa.

'Aku dalam perjalanan menjemput Runa, Sera dan Eric. Runa akan tetap di rumah ku, jangan khawatir. Selesaikan saja keperluanmu dengan baik.'

Yerim membalas dengan perasaan lega, 'Terima kasih banyak eonnie.'

Jemari Yerim menggulir layar ponsel membuka galeri. Kedua matanya berbinar dan bibirnya segera melengkung membentuk senyuman manis memandangi foto-foto Runa di galeri nya. Tidak sedikit juga Yerim dan Runa mengambil selfie bersama dengan filter telinga kelinci, beruang, hidung kucing, menggemaskan.

Hati Yerim berdesir menghangat memandangi wajah manis mungil putri nya serta senyuman hangat Runa yang selama ini menguatkannya. Tidak menyangka bahwa ia bisa sampai sejauh ini bersama Runa. Yerim bersyukur bahwa selama ini putri nya itu seorang gadis manis yang banyak tersenyum, meski di hati kecilnya pula memendam banyak rasa penasaran dan kebuntuan sendirian.

Yerim teringat ucapan-ucapan Irene tempo hari.

"Jungkook tidak datang untuk menyakitimu lagi. Jungkook datang untuk memperbaiki semuanya."

"Anak kecil itu memendam banyak pertanyaan besar sendirian di dalam kepalanya, di hati kecilnya. Dia membutuhkanmu dan Jungkook untuk menjawab semuanya."

"Runa perlu tahu perasaan Mama dan Papa nya yang sesungguhnya."

"Dengarkan dia. Kemudian buat keputusanmu, menerima dia lagi atau tidak."

Tanpa sadar air mata Yerim menetes, tersenyum getir masih memandang wajah manis Runa di layar ponsel nya. Batin Yerim berbisik tulus, "Maaf Mama tidak cukup baik untukmu. Terima kasih sudah menjadi kuat untuk Mama, sayang."

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Yerim segera menghapus air matanya dan menutup ponsel. Menata ekspresi saat terlihat Ryujin melangkah memasuki ruangannya.

Gadis muda itu membungkuk seraya tersenyum pada Yerim, "Apa aku mengganggu waktumu, eonnie?"

"Tidak, tidak." Yerim menggeleng membalas senyuman Ryujin.

Ryujin pun melanjutkan ucapannya, "Eonnie, aku, Haechan dan Jaemin mau pamit makan siang di kedai ujung jalan. Apakah eonnie mau pesan sesuatu? Biar kami belikan," tawar Ryujin mengingat kondisi Yerim yang memakai kursi roda.

"Eum, tidak. Terima kasih, Ryujin-ah. Kalian makan saja."

"Benar, eon—'

Ucapan Ryujin terputus ketika seseorang menginterupsi masuk ke dalam ruangan tersebut. Ternyata Jaemin dan di belaknag pemuda itu muncul sosok Oh Sehun yang seketika membuat Yerim terkejut.

Jaemin mengantar Sehun yang baru saja datang. Ryujin dan Jaemin memahami situasi, keduanya segera undur diri memberi ruang untuk Yerim dan Sehun. Mereka sudah mengenal sedekat apa hubungan sosok Oh Sehun dengan Yerim dan Runa.

"O-oppa—" Yerim bangkit perlahan dengan wajah kaku.

Ada lingkupan canggung yang membalut atmosfer keduanya. Yerim sadar diri bahwa dialah penyebabnya. Dia berlari dari pesta relasi tanpa mengucapkan sepatah kata pada pria ini, meninggalkan Sehun dengan tanda tanya besar.

Dan Yerim tahu bahwa Sehun tidak bodoh untuk tidak menyadari jika Yerim sedang menyembunyikan sesuatu yang amat penting dari pria itu. Bahkan bukan hanya di pesta relasi dua hari yang lalu, tetapi sudah sejak ketika Yerim bangun pagi di rumah pria itu setelah mabuk berat semalaman.

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang