20 | A Mess

1.7K 347 169
                                    

Jangan lupa votes and comments ya! Hihi, selamat membaca ♡

○○○

Jika ditanya adakah momen dalam hidupmu di mana kau merasa sangat bahagia tanpa takut terluka sendiri sebab kau memiliki seseorang yang sangat kau percaya serta selalu menjagamu, tak pernah melepas genggamanmu, memberi sebuah bentuk afeksi yang tidak pernah didapat sebelumnya, mengirim sensasi ribuan kupu-kupu menggelitik perut di setiap pagi dan malam, memberi harapan kehidupan yang dijalani penuh cinta tanpa takut dibiarkan mengalami suka duka sendirian, maka memori nya akan memikirkan kenangan 9 bulan kehidupannya di Jeju. Bersama seseorang tersebut dan sebuah nyawa dalam kandungannya.

Masa-masa sulit selama 9 bulan sekaligus sebuah pengalaman pertama dalam hidupnya yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, nyatanya memiliki eksistensi nyata menjadi kenangan paling manis serta hangat yang melingkup lekat di hatinya. Tak kan pernah luntur oleh waktu. Akan selalu melekat kuat dalam hati dan ingatannya.

Tentu saja kenangan manis yang sedang dibicarakan ini sudah terukir sebelum sebuah peristiwa ketika ia ditinggalkan sendirian di dalam apartemen dengan perasaan kosong dan jiwa yang terasa hancur berantakan terjadi.

Sayangnya, meski merasa hancur sedemikian rupa, kenangan yang telah melekat jelas akan selalu membekas meski rasa manisnya dialiri getir yang tak berkesudahan.

Kenangan penuh hangat itu tak bisa hilang tak peduli seberapa keras ia mencoba melupakan. Sebab ketika ditinggalkan, rasa cinta nya pada seseorang itu telah mengakar hebat di hati yang paling dalam.

Setiap detik, setiap menarik napas, setiap mengedipkan mata, hati dan memori akan selalu mengenangnya, memikirkannya.

Kini, seseorang tersebut kembali dan menggenggam erat tangannya setelah sepuluh tahun meninggalkannya dengan luka. 

Mengabaikan pesta relasi yang masih berlangsung, Jungkook berhasil membawa Yerim pergi dari tempat tersebut setelah mendengar bisikan lirih Yerim bahwa wanita itu masih merindukannya. Jungkook merasa semakin bersemangat dan yakin bahwa masih ada kesempatan untuknya. 

Memandang satu sama lain dengan linang air mata, Yerim merasakan Jeon Jungkook menggenggam kedua tangannya yang sedang terkepal di atas paha.

Seakan menguatkan, meyakinkan, tiada dusta, tiada keraguan, pria itu berbisik lirih dengan suara berat mengirim kalimat pada rungu sang wanita,

"Sebelum aku mulai menceritakan, sebelum kamu mendengarkan semuanya, kamu berhak melampiaskan seluruh amarahmu padaku, Yerim,"

Wanita itu tidak terisak, tidak termagu-magu, tetapi air matanya tak berhenti mengalir. Tangannya gemetar dalam genggaman kuat Jungkook, begitu pula bibirnya yang digigit kuat menahan sensasi mendidih dalam dada dan kepala.

"Lampiaskan semuanya padaku malam ini. Hancurkan aku, hancurkan semua yang kamu mau. Tunjukkan padaku betapa kecewa, marah, dan benci dirimu padaku. Tunjukkan padaku semua yang kamu pendam selama ini serta penderitaan-penderitaan yang tidak pantas kamu dapat. Lakukan itu, Yerim."

Yerim menunduk, menarik napas, menatap ruang tamu apartemen Jungkook yang bernuansa hitam dengan cahaya lampu yang tak sepenuhnya dinyalakan.

Benar, ini pertama kalinya Yerim menginjakkan kaki di apartemen pria itu. 

Memandang sekeliling ruangan yang barangkali akan menjadi sasaran pelampiasannya. Sebab jika ia diminta menunjukkan seluruh luapan emosi yang terpendam, maka Yerim siap menunjukkan sosok wanita gila.

Tetapi memang, ini yang Yerim inginkan juga. Yerim ingin Jungkook tahu seluruh penderitaan yang sudah pria itu ciptakan pada hidup nya selama ini.

Maka, di hadapannya, memandang Jeon Jungkook yang juga memandangnya penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun, seolah siap dicincang hingga dibunuh oleh luapan amarah sang wanita, tangan Yerim semakin terkepal kuat hingga kuku-kuku nya terasa menusuk telapak tangan nya sendiri.

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang