Sejak jam sembilan pagi, Runa menghabiskan waktunya di dalam ruangan Dokter Irene yang memikili bau khas rumah sakit bercampur lavender. Runa cukup suka baunya. Ketika teman-temannya membenci bau rumah sakit, entah mengapa Runa malah suka baunya. Segar begitu. Tidak ada bau yang buruk yang harus ia benci.
Bermain papan puzzle milik Dokter Irene, menyusun Lego, bermain game di ponsel, menonton serial Kungfu Panda dalam bahasa inggris, Runa melakukan semua itu sambil menunggu Mama. Mama akan menjemputnya ketika jam makan siang nanti.
Sekolah Runa sedang libur. Ketika Mama tidak bisa menemani di rumah, Runa akan dititipkan di rumah Paman Minho atau tempat Dokter Irene, atau bersama Uncle Sehun. Hari ini Paman Minho dan Uncle Sehun sibuk, Dokter Irene sedang memiliki waktu luang, jadinya Runa dititipkan di tempat Dokter Irene.
Di tengah kegiatan Runa dan Irene yang sedang menyusun puzzle, seseorang mengetuk pintu ruangan dan melangkah masuk.
"Dokter Jeon?" sapa Irene sedikit terkejut melihat sosok pria tampan, tinggi, dibalut jubah dokter memasuki ruangannya.
"Kan aku sudah bilang kalau di ruangan ini tidak perlu memanggilku dokter, Noona."
Irene menelengkan kepala, "Itu berlaku kalau tidak ada siapa-siapa selain kita. Tidak lihat ada anak kecil? "
"Eh?" Pria itu terkejut baru menyadari ada sebuntal gadis cilik tengah bermain puzzel di atas karpet. Tubuhnya yang mungil itu tertutupi meja. Tidak bisa dilihat dari ambang pintu jika tidak melingukkan kepala, makanya dia baru menyadarinya, "Hei gadis manis."
Si kecil tersenyum sopan melihat dokter pria itu mendekat.
"Runa, coba sapa Dokter Jeon. Dokter ini teman aunty." ucap Irene pada Runa.
Runa langsung berdiri kemudian membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat, "Halo, Dokter. Namaku Runa."
Tubuh mungilnya tidak lebih tinggi dari dokter pria yang kini tengah berjongkok di hadapanya.
"Oh, namamu Runa. Nama yang cantik. Runa .. Luna―" ketika dokter itu mengarahkan tangannya untuk menggenggam tangan mungil Runa, ucapannya terputus. Sesaat terdiam dan hatinya seperti tiba-tiba merasakan suatu getaran yang tak masuk akal. Ucapan si kecil selanjutnya memecah isi kepalanya.
Seperti tahu ke mana ucapan sang dokter akan mengarah, Runa berbicara.
"Dokter tahu Luna? Mate seorang Alpha. Pasangan abadi Alpha, setara dengan Alpha. Namaku Runa berasal dari Luna. Mama berharap dengan namaku ini, aku bisa jadi gadis kuat sekuat Alpha!"
Sang dokter sedikit tercengang, Luna? Alpha?
"Bagaimana Runa tahu tentang Alpha dan Luna? Runa suka Werewolf?" tanyanya kemudian.
Runa mengangguk dengan senyuman ceria, "Ne. Ketika ke toko buku, Runa sering membeli buku dongeng tentang serigala. Runa suka semua kisahnya. Mama Runa juga suka. Hampir setiap malam, Mama selalu membacakan buku dongeng Alpha dan Luna untuk Runa."
Dokter itu tersenyum terkejut, "M-mama mu juga suka Werewolf?"
"Ne. Mama yang membuat Runa jadi suka."
"Wah, Dokter juga suka, lho."
Menemukan secara langsung orang-orang di sekitarnya yang menyukai cerita seperti itu cukup mengejutkan. Sebab dia jarang tahu ada orang yang suka sama sepertinya. Mungkin karena ia sendiri tidak pernah bercerita pada siapapun tentang kesukaannya pada cerita fiksi fantasi tersebut. Kecuali kepada satu orang. Dulu sekali.
"Sepertinya kalian mudah akrab ya." celutuk Irene tersenyum seraya memeriksa daftar pasiennya untuk besok di sebuah buku catatan. Dia diam-diam mendengarkan percakapan Runa dan teman dokternya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...