Ribuan kalipun dia menyebut kata maaf, jelas tetap tidak cukup untuk menukar semua rasa sakit yang Yerim alami karenanya.
Jungkook tahu betul betapa terluka wanita itu setiap menatapnya dengan sengatan lara, serta melontarkan kalimat dengan suara yang mewujudkan manifestasi nyata dari nelangsa. Juga di sana, Yerim sama sekali tidak main-main dengan ucapannya. Jungkook total merasakan dadanya dihimpit kuat hingga merasa lupa bagaimana caranya bernapas, asa yang digenggamnya kuat seolah ditarik lepas.
Dalam lubuk hati yang terdalam, Yerim telah menyadari seluruh penyesalan yang tercipta dari bagaimana Jeon Jungkook memandangnya dengan pandangan bertabur depresi, kesulitan bernapas, begitu nanar dan terluka ketika Yerim menyelesaikan kalimat terakhirnya bahwa pria itu merupakan perantara putri mereka dengan berbagai rasa sakit.
"Well, yes you are." Suara Yerim menekan gemetar ketika mengucapkan itu bersama setetes air mata mengalir. Berusaha keras tak membiarkan wajahnya melunak sedikitpun meski Jungkook jelas memandang dengan pandangan paling sakit yang pria itu miliki.
Tak kuasa kedua matanya memandang obsidian yang dibendung kepedihan terdalam, Yerim memutus kontak mata dengan Jungkook segera.
Mengikuti hal tersebut, tanpa Yerim prediksi sama sekali, Jeon Jungkook menekuk lutut, berlutut di depan kaki wanita itu. Yerim sontak mundur satu langkah.
"Tak terhingga nelangsa yang kamu alami karenaku selama bertahun-tahun, aku meninggalkanmu beban sendirian yang seharusnya kita tanggung bersama, yang seharusnya menjadi tanggung jawab besarku. Menunjukkan betapa bersalahnya aku bahkan tak kan sanggup membayar semua luka mu. Maka Yerim, apa pun akan kulakukan untuk menebus semuanya. Kamu dan Runa adalah tujuanku di sini. Aku akan melakukan apapun yang dibutuhkan untuk memperbaiki semuanya, asalkan kita bisa bersama-sama kembali. Jadi, kumohon jangan seperti ini. Jangan menghindariku."
Yerim menggigit kuat bibirnya yang gemetar, "Aku tidak mau berurusan dengan keluargamu. Aku harus melindungi Runa."
Wajah Jungkook diselimuti keyakinan yang menegaskan setiap kalimatnya tanpa keraguan sekecil pun, "Aku berjanji akan melindungi kalian. Tak kan kubiarkan Ayah mengusik kehidupan kita. Aku tak akan meninggalkan kalian lagi, aku berjanji Yerim."
Namun sayang, usaha nyata pria itu tak cukup sanggup menyusun kembali kepingan harapan yang dulu telah dihancurkan paksa. Yerim tak punya keberanian sebesar itu untuk menerima janji dari bibir itu lagi. Wanita tersebut menggeleng lemah,
"Jangan membuat janji yang tidak bisa kamu tepati, Jeon." Suaranya lirih menusuk telak ulu hati Jungkook, "Sepuluh tahun yang lalu kamu menjanjikan hal yang sama. Tapi pada kenyataannya, janjimu tak ada artinya."
Yerim tidak mau lagi dibodohi, Yerim tidak mau lagi menggantungkan harapan pada sosok yang telah melepas semua harapannya di saat sosok itu adalah satu-satunya yang ia miliki dulu. Bagaimana jika Jungkook tak bisa memenuhi ucapannya lagi ketika Runa sudah tahu siapa Jungkook sebenarnya serta terlanjur memberi harapan figur seorang Ayah bagi Runa, namun kemudian pria itu meninggalkan mereka lagi, maka Runa akan mendapatkan luka lagi. Gadis cilik itu bisa menderita sama seperti Ibunya, bahkan lebih. Dan Yerim tidak mau Runa mengalami itu. Lebih baik Runa tak mengenal Jungkook sama sekali. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Yerim saat ini.
Bagi Jeon Jungkook, fakta tersebut bagaikan mesiu yang dilesatkan tepat di tengah dadanya. Janji yang tidak pernah ditepati.
Ah, sial. Jungkook tahu betul janji-janjinya hanya menjadi boomerang yang menghancurkannya. Janji-janjinya hanya membuat luka semakin bertebaran bagi wanita itu. Jungkook sudah kelewat bajingan dengan membangun sebuah janji besar untuk wanita ini tetapi pada kenyataannya ia tidak pernah sanggup menyelesaikan janji tersebut. Maka jelas itu menciptakan sebuah tragedi yang paling tak diinginkan serta rasa bersalah yang semakin meradang.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...