04 | Another Person

1.9K 383 186
                                    

Kebakaran? Kebun keluarga Jungkook kebakaran.

"O-oppa yakin?"

"Ya, tentu. Saat itu sempat mendapat perhatian media dan diberitakan. Tetapi alasan terjadinya kebakaran tidak disebutkan dengan pasti oleh keluarga Jeon. Sepertinya mereka mencoba menutupinya dari luar lingkup keluarga sendiri. Sekarang sedang mencoba melakukan pemulihan. Mereka punya kebun ribuan hektar, jadi tidak akan hancur dalam semalam karena penanganannya sendiri cukup cepat saat itu. Tapi kerugiannya cukup terasa."

Yerim sukses menahan napas mendengar penjelasan Minho.

"Satu lagi Yerim."

Ketika Minho hendak menambahkan, Yerim merasakan sebuah firasat buruk dari suara Minho.

"Laki-laki itu ... dia pergi dan tinggal di luar negeri. Kamu, jangan berharap lagi. Dia benar-benar meninggalkanmu dan anakmu."

Sulit bagi Minho untuk mengatakan fakta yang ia temukan itu. Kendati hal tersebut jelas dapat mengirim Yerim rasa sakit yang luar biasa hebat. Mematahkan harapan yang setidaknya sedikit berkilat agar pria itu kembali.

Tapi ternyata, pria itu ke luar negeri.

"Oppa yakin?" suara Yerim bergetar tak menyangka. Seperti ingin menolak untuk percaya. Tetapi Minho menjawab dengan sangat yakin dan Minho tidak salah informasi.

"Oppa ... jangan coba membohongiku. Kamu pasti salah--"

"Jeon Jungkook pergi melanjutkan pendidikannya, Yerim." Minho mengaskan meskipun sangat pahit. Minho tidak ingin Yerim berharap pada harapan kosong lebih lama lagi.

Yerim sukses terduduk di lantai dengan airmata yang mengalir. Dadanya sesak bukan main. Membiarkan ponselnya merosot ke lantai.

"Tidak .. Tidak." Yerim memegangi dadanya sendiri yang terasa sangat sesak. Meremat kuat sweater rajut yang dikenakannya. "Jungkook ...."

Menangis tersedu-sedu. Saat ini Yerim sangat ingin berteriak murka. Memecahkan seluruh barang-barang yang ada di sekitarnya. Namun, Yerim menahannya mati-matian karena tak ingin bayinya mendengar kegaduhan.

Yerim menahan kuat gejolak amarahnya dengan mengepalkan tangan erat sampai kukunya sendiri menusuk kulit telapak tangannya. Perih tusukan itu terasa jauh lebih baik dari pada rasa sakit dan sesak di dadanya yang tiada tara menghujam.

Yerim tumbuh menjadi wanita yang paling tahu caranya menyimpan amarah sekaligus rindu dalam dada. Sampai amarah dan kerinduan itu membusuk dari waktu ke waktu.

...

Yerim mendengar suara tangisan kencang bayi. Ketika membuka mata dan perlahan menegakkan tubuh, sinar matahari telah masuk melalui celah jendela. Yerim tersadar bahwa dirinya ketiduran di lantai kayu ruang tamu.

Bungkusan makanan masih ada di sisinya tergeletak begitu saja tanpa di sentuh. Yerim melewatkan makan malamnya semalam. Dia terlalu banyak menangis dan menahan amarah hingga ketiduran di atas lantai.

Tangisan bayi dari dalam kamar semakin memekakkan telinga, Yerim segera bangkit berlali menghampiri putrinya.

"Sayang .." Yerim menghampiri bayi yang berusaha berguling di atas kasurnya. Mengambil alih untuk digendong dan ditenangkan. Bersyukur semalam putrinya sudah minum susu. "Maafkan Mama tidak tidur di sisimu." gumam Yerim ketika putrinya mulai tenang.

Dengan satu tangan menggendong, tangan Yerim yang lain membawa bungkus makanan yang ada di atas lantai untuk diletakkan di pantry dan memanaskannya di microwave. Ketika membuka isinya, itu adalah ayam goreng dan cap jay. Sehun membelikan itu untuknya dan putrinya. Tapi putrinya ini masih belum bisa makan makanan keras.

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang