Motor hitam ini melaju sangat jauh. Dikendarai kencang, tidak berhenti sekali pun. Yerim mengerti, memang ini strateginya. Supaya Yerim tidak nekat lompat dari motor, makanya motor ini melaju sangat kencang.
Tetapi Yerim memang tidak akan senekat itu lompat dari atas motor yang sedang melaju meski menyadari Jeon Jungkook yang sedang mengendarai motor dan membawanya pergi jauh keluar Seoul.
Entah tepatnya di daerah mana. Dia dibawa pergi dari keramaian. Sebuah jalanan lurus yang dikelilingi padang bunga Azalea dan Lavender berwarna keunguan. Nampak sangat indah dipadu dengan cahaya langit yang kekuningan.
Yerim tidak memberontak selama perjalanan. Di dalam hatinya terisi berbagai macam perasaan hingga sulit diungkapkan. Kemarahan, kesal, kecewa, sesak, termasuk rindu yang tak ingin diakui, hingga nostalgia masa lalu ketika dirinya dan Jungkook dalam perjalanan pergi ke Jeju. Saat itu, mereka juga melewati sebuah padang bunga yang indah dan mengendarai sebuah motor.
Nyaris persis seperti sekarang.
Terlalu banyak perasaan yang berlomba-lomba mendominasi batinnya hingga Yerim tidak mengerti harus mengungkapkan yang mana.
Dia hanya diam selama motor ini melaju. Bahkan ketika Jeon Jungkook menarik tangannya ke depan agar melingkar di pinggang pria itu, Yerim menurut pasrah. Jungkook menggenggam tangan Yerim erat di depan perutnya sampai memastikan Yerim tidak melepaskan lingkaran tangannya. Setidak suka apapun Yerim dengan keadaan ini, wanita itu tetap harus berpegangan agar tidak mengalami hal-hal yang tak diinginkan, terjatuh dari motor misalnya.
Yerim mencoba menenangkan diri. Dalam satu waktu, untuk sesaat saja, memandang punggung kokoh di hadapannya, wanita itu terlena ingin menjatuhkan kepala untuk bersandar di sana. Memejamkan mata dan membiarkan bulir bening yang ditahan sekuat tenaga mengalir bersama rindu yang membaur tanpa kendali.
Sebab walau bagaimana pun, pria ini pernah menjadi pilarnya yang paling kokoh. Dan dari lubuk hatinya yang terdalam, sebanyak apapun kebencian bertabur selama sepuluh tahun, Yerim masih merindukan sosok ini.
Tetapi, tidak. Yerim menahan kepala dan keinginannya untuk jatuh pada punggung Jungkook. Yerim menahan kuat isak tangisnya yang tersendat di kerongkongan. Dia tidak ingin menunjukkan sisi terlemahnya pada pria ini. Tidak untuk sekarang.
Menanjak di sebuah ujung bukit, motor hitam ini berhenti di sebuah tebing yang tak terlalu tinggi. Sukses menjauhkan diri dari keramaian. Sebab jalanan ini terlihat sepi, belum ada kendaraan yang lewat selain kendaraan mereka. Entah bagaimana cara Jungkook mengetahui tempat seperti ini, ini pasti sudah menjadi rencananya agar Yerim tak kabur seperti di rumah sakit. Dan jika sekalipun Yerim bersikeras kabur, Jungkook pasti bisa dengan mudah menggapai Yerim karena Yerim tak punya kendaraan untuk pergi sendiri. Ah, dasar licik kamu Jeon.
Namun Yerim masih punya cara nya sendiri untuk melindungi diri.
Ketika motor itu berhenti, Yerim perlahan turun. Sosok pria berlapis jaket kulit hitam yang sudah Yerim yakini sebagai Jeon Jungkook itu juga turun, membuka helm hitam sialan yang sukses membantu pria itu nampak misterius, menggelengkan kepala sekali untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...