Yerim membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya ketika bias cahaya matahari telah menembus tirai kamar adalah wajah tampan Jeon Jungkook yang berbaring berhadapan dengannya.
Pria itu sudah bangun entah sejak kapan. Pakaiannya telah berubah menjadi turtle neck putih tulang berlengan panjang. Aroma segar wangi menguar dari tubuh Jungkook. Membuat Yerim berasumsi bahwa pria di hadapannya ini sudah mandi. Sementara Yerim baru saja bangun dari lelapnya yang panjang.
Wanita itu mengerjap, setengah terkejut dengan perasaan berdebar dalam keadaan seperti ini yang sudah tidak ia rasakan selama sepuluh tahun.
Begitu pula dengan sang pria yang enggan bangkit dari posisi nya meski sudah terbangun lebih dulu empat jam yang lalu. Setelah mandi dan menyiapkan sarapan, memilih kembali bergabung dengan ranjang menikmati pemandangan serta perasaan berdebar yang hadir setiap detik nya sejak semalam. Jungkook sangat merindukan momen ini.
"Jangan pergi-pergi lagi. Kumohon." sekelebat ingatan semalam kembali hadir dalam benak Yerim.
Serta jawaban sang pria yang membalasnya seraya mendekapnya kelewat erat,
"I will never give up on you. Ini bukan hanya sekedar ucapan dan janji. Kamu dan Runa tujuan hidupku, Yerim." bisik Jungkook tepat di telinga Yerim yang sedang ia dekap sangat erat, tak ingin kehilangan lagi, tak ingin berpisah lagi.
Setelah itu, Yerim ingat betul ia sudah merasa tak memiliki tenaga lagi. Tenaga nya sudah terkuras habis oleh letupan emosi, rasa sakit yang mendera, tangis yang tak berhenti mengalir, teriakan ungkapan perasannya yang terpendam, hingga dekapan hangat kerinduan.
Semua itu membuatnya lelah dan terjatuh tanpa tenaga dalam dekapan satu-satunya sosok yang menjadi penyebab seluruh kerinduannya.
Hingga terbangun pada pagi yang sama dan ranjang yang sama ini.
Yerim menahan napas ketika tangan Jungkook bergerak lembut meletakkan helai rambut sang wanita ke belakang telinga.
"This is the best part of waking up in the morning that i miss a lot for ten years," suara serak basah Jungkook mengantarkan getaran pagi mendebarkan, "Seeing your beautiful face, my Sunshine,"
Yerim menunduk, Jungkook menggeser tubuh semakin mengikis jarak. Memberi kecupan di dahi Yerim tanpa penolakan sang wanita.
"I miss us," lirih pria itu di atas dahi Yerim, "I miss to see you in the morning like this. Beside me. With me."
Yerim memejamkan mata, bisikan itu melesak ke dalam hatinya, dan Yerim tahu di dalam dirinya ia ingin membalas kalimat yang sama. Betapa ia merindukan kehangatan Jeon Jungkook, dekapan pria itu, dan perasaan terlindungi yang selalu Jungkook berusaha berikan padanya. Tetapi kerongkongannya tercekat kuat, sulit baginya mengeluarkan suara meski hanya sepatah kata.
Meski sebagian besar perasaan terpendamnya telah ia luapkan semalam dalam wujud emosi luar biasa yang sanggup menghancurkan segalanya. Meski hatinya tergoncang hebat setelah mendengar seluruh cerita Jungkook yang tidak ia ketahui selama ini. Masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan. Salah satunya mengenai kekhawatiran Yerim pada keluarga Jeon Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...