Aku akan update part selanjutnya kalau komen sudah 270. Yep, ini chapter yang panjang!
Malam itu merupakan tamparan telak bagi Kim Yerim bahwa tidak ada orang di dunia ini yang akan menerimanya dan anak dalam kandungannya dengan kesungguhan. Mereka semua seolah bermain-main dengan apa yang sedang menimpanya.
Hanya ada satu sandaran kokoh yang menggenggamnya erat saat itu, Jeon Jungkook.
Malam hari, malam kepergiannya dan Jungkook dari Gurye adalah malam itu.
Setelah mengetahui keluarga yang memandang tidak terima secara terang-terangan, mengetahui seorang Kakek yang masih menyiksa cucu perempuannya yang bahkan jiwanya sudah nyaris sekarat dengan bayi dalam kandungan, Jeon Jungkook membawa Kim Yerim ke rumahnya. Mendesak Ayah dan Ibunya agar menerima Yerim dan membiarkan mereka tinggal di sana, termasuk menerima bayi dalam kandungan gadis itu yang merupakan darah daging pemuda Jeon.
Saat itu Tuan Jeon mengulurkan tangannya, meskipun berat, dia menerima Yerim di sana. Membiarkan Yerim tidur di sebuah kamar tamu dan memerintahkan para pelayan rumah agar memperlakukan Yerim dengan baik. Yerim tak lupa bagaimana Nyonya Jeon turut merawatnya juga dalam keadaan tersebut, mencoba berperilaku sebagai sosok Ibu yang baik.
Namun pada malam itu juga, sesuatu yang ternyata sudah direncanakan menghancurkan pendar kehangatan yang sempat sesaat Yerim terima.
Tengah malam, Jeon Jisu, satu-satunya murid yang berteman dekat dengan Yerim di sekolah barunya yang mana juga merupakan adik Jeon Jungkook sendiri, menyelinap masuk ke dalam kamar tamu tempat Yerim tidur. Kedua tangan dibalut sarung tangan, wajah ditutupi masker dan topi hitam. Pada jarak tepat di samping Yerim yang sedang setengah terlelap, Jisu berusaha mencekikkan tangannya menggunakan seluruh tenaga pada leher Yerim. Berharap akhir dari perlakuannya adalah kematian Yerim.
Namun Yerim yang sontak terbangun, di tengah-tengah tenggorokannya yang amat tercekat kesulitan bernapas, rasa terbakar pada lehernya, berusaha menarik lepas masker yang Jisu kenakan. Air mata Yerim sukses mengalir dengan rasa sesak luar biasa menyebut lirih nama Jisu.
Dia memang tidak bisa mengharapkan lebih pertemanannya dengan Jisu yang memang mendekati Yerim hanya karena Yerim anak kota yang keren dan cantik. Yerim tidak ingin berharap banyak sejak awal. Tetapi Yerim tentu juga tidak mengharapkan dibunuh oleh teman tersebut setidaknya.
Jisu terengah ketika Yerim berhasil menarik lepas masker yang menutupi sebagian wajahnya. Cekikkan tangannya pada leher Yerim mengendur, dan gadis itu sukses terjungkal ke belakang atas perbuatannya sendiri. Jisu nampak sangat terkejut, ketakutan sudah tertangkap basah. Gadis itu berlari keluar kamar meninggalkan Yerim yang tersenggal hebat tepat setelah cekikkan tangan Jisu dilepas.
Langkah kaki Jisu dan rintihan Yerim saat itu langsung mengundang atensi Jungkook yang tidur tak jauh dari kamar tamu. Sejujurnya malam itu Jungkook sedang tidak bisa tidur, sehingga pemuda itu lantas segera berlari mengunjungi kamar Yerim dan menyaksikan gadis tersebut terduduk sambil berusaha meraup banyak oksigen dengan leher yang sudah memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...