30 | Your Eyes Tell

4.1K 385 231
                                    

Runa masih sangat terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Runa masih sangat terkejut. Ia nyaris tidak percaya. Namun, perasaan Dokter Jeon yang terasa disalurkan padanya dengan cara paling dalam, pandangan yang merasuk dalam, pelukan erat, hangat seolah memberi perasaan bahwa pelukan itu adalah tempat paling aman serta nyaman di dunia, Runa tidak bisa menyangkal dari segala sisi mana pun lagi.

Kehadiran Mama dengan gulungan rasa bersalah pada raut wajahnya, puluhan foto dalam buku tebal beludru biru yang menunjukkan secara nyata bahwa Mama dan Dokter Jeon mempunyai hubungan di masa lalu ketika Mama sedang hamil, pernyataan Dokter Jeon yang tidak mungkin sekadar karangan untuk menghiburnya, afeksi luar biasa yang disalurkan Dokter Jeon, jelas menjawab seluruh keterkejutan serta sebagian besar tanda tanya.

Perasaan terbesar yang kini mendominasi hatinya adalah perasaan senang bukan main mengetahui bahwa sosok Ayah kandungnya adalah pria seperti Dokter Jeon. Tidak, bukan seperti lagi. Tetapi memang Dokter Jeon ternyata adalah Ayah kandungnya.

Runa terisak hebat, bibirnya kelu.

"Ja-jadi, apa istri dan anak yang dimaksud Dokter Jeon saat itu adalah Mama dan Runa?" memori dalam kepala Runa memutar kenangan ketika ia dan Dokter Jeon menikmati sore bersama di sebuah Dessert Café.

Jungkook mengangguk-angguk tepat, masih merengkuh kelewat erat gadis kecil nya, "Benar. Benar, Sayang."

"Kenapa?" si kecil melepas pelukan. Suaranya tersendat, begitu lirih melesak sakit, "Kenapa tidak bilang sejak pertama kita bertemu di rumah sakit? Atau ketika kita pergi bersama saat itu ... P-papah?"

Runa sangat mendambakan bisa menyebut panggilan itu. Sebuah panggilan yang sangat dinantinya, sangat didambakan seumur hidupnya, kini tidak ada lagi alasan ia tidak bisa melakukannya, bukan? Akan tetapi, ketika menyebut kata itu detik ini, ternyata tidak semudah yang ia bayangkan.

Hal yang Runa dambakan, nyatanya sama besarnya dengan yang Jungkook harapkan. Betapa pria itu menginginkan mendengar panggilan hebat itu terlontar dari bibir sang putri untuknya. Dan ketika ia mendapatkannya, rasa bahagianya mengalir deras bersama aliran darah di sekujur tubuh.

"Maafkan Papa." Jungkook mengusap wajah mungil Runa dengan lembut, menghapus linangan air mata yang memenuhi pipi gembil itu, "Maaf, maaf, maaf, Sayang."

Runa memejam erat, membiarkan air mata nya tak berhenti lolos, ada nada kekecewaan dalam suara gemetarnya yang terlontar, "Kenapa Mama juga tidak mengatakan apa-apa tentang Dokter Jeon sejak di rumah sakit saat itu? Alasan Mama membawa Runa lari dari Dokter Jeon adalah karena Dokter Jeon Papa kandung Runa? Bukan sekadar karena orang asing?"

Yerim tak kuasa membalas tatapan Runa yang tengah memandangnya sakit menuntut jawaban yang memang berhak didapatkan si kecil.

"Apa kesalahan Papa sampai Papa merasa tidak pantas menemui Mama dan Runa lagi?" lanjutnya masih dengan mata bulat nya yang bergetar.

"Runa," Jungkook segera menggenggam kedua tangan Runa erat, "Papa akan menceritakan apa yang pantas Runa tahu. Apa Runa sudah siap mendengarkan cerita Papa?"

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang