01 | The Story Behind

4.6K 505 214
                                    

Disclaimer

This is a work of fiction and only for entertainment purpose. Names, characters, businesses, places, events, locales, and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner.

This book is not intended as a real and accurate depiction of the living characters that used.

●●●

Dipublikasi Desember 2020

__

"Ibu, aku hamil." suara lirih sesak itu akhirnya luruh. Kepalanya menunduk dalam dengan tangis yang merembes tanpa kendali.

Sang Ibu tercengang hebat. Kedua matanya membola dengan mulut setengah terbuka yang langsung dibungkam dengan tangan sendiri. Seketika seluruh memori tentang tumpukan dosa besar yang jika dihitung tak akan pernah habis sepanjang hidupnya mencekoki kepala.

Tangannya yang gemetar menyentuh pembatas kaca di depannya. Ingin meraih wajah gadis remaja yang tengah menangis pilu dibalik pembatas keduanya. Namun yang wanita itu lakukan hanya bisa mencoba meremat kaca datar tersebut hingga kedua telapak tangannya memutih alih-alih menangkup tangis tragis putrinya.

Pada detik berikutnya, tangis, gejolak amarah, kekecewaan yang menggumpal di dada, terluapkan dengan suaranya yang setengah berteriak,

"Bagaimana bisa? Mengapa kamu mengulangi kesalahan yang Ibu lakukan? Bukankah Ibu mendidikmu agar tidak tumbuh seperti ini, Kim Yerim?! Siapa pelakunya--"

"Ibu tidak pernah mendidikku! Apa Ibu lupa selama ini aku tinggal terpisah dari Ibu?"

"Kita tinggal terpisah demi kamu, Yerim! Walau begitu, setiap kita bertemu, Ibu selalu mengatakan padamu untuk menjaga pergaulanmu! Jauhi teman laki-laki mu sebelum kamu mengerti betapa buas pikiran mereka dan bagaimana kelicikan mereka bisa menjeratmu!"

Si gadis remaja tak kuasa menahan teriakannya, "Aku tahu! Tanpa pesan-pesan dari Ibu pun, aku sudah mendidik diriku sendiri agar tidak hidup seperti Ibu!"

Napas tersenggal, airmatanya semakin mengalir deras. Kalimatnya itu sukses membuat sang Ibu tercekat, menatap nanar. Melanjutkan, "Ini juga bukan keinginanku! Aku tidak pernah menginginkan ini. Aku menjaga diriku sendiri agar tidak seperti ini! Tapi aku dijebak!"

"Dijebak? Apa maksudmu?" Kedua alis sang Ibu menukik dalam.

"Sejak Ibu masuk penjara dan aku pindah ke Gurye, tidak ada satu pun yang menerimaku kecuali Bibi. Kakek bahkan enggan melihat wajahku. Kehidupan Ibu yang Kakek benci berimbas padaku! Di sekolah baruku, meskipun tidak ada yang tahu aku anak Ibu, aku hanya dianggap gadis kota bermasalah. Aku bahkan dituduh telah melakukan hal-hal mengerikan sebagai alasanku pindah. Semua hal buruk itu, aku yang mengalaminya! Tidak kah Ibu sadari, itu semua karena kehidupan Ibu? Seandainya Ibu berhenti menjadi aktris, seandainya Ibu tidak mencoba membunuh pria itu yang bahkan tidak pernah menganggapku anaknya, maka Ibu tidak akan dipenjara seperti ini dan aku tidak akan pindah ke Gurye untuk mengalami semua hal buruk ini! Aku tidak akan hamil jika kehidupan Ibu baik sejak awal!" gadis itu menekan kalimat terakhirnya dengan pekikan kencang.

Yerim tahu, dengan menyalahkan Ibunya tidak akan mengubah semua yang telah terjadi. Tetapi Yerim lelah dianggap sebagai sumber sial dan masalah.

Kim Hyorin menunduk dalam, membungkam bibir sendiri menahan isak tangis. Meratapi karir yang ia sesali. Kembali teringat kejadian satu tahun lalu, kejadian yang membuatnya terkurung di jeruji besi ini, ketika dia mencoba menusuk perut pria yang seharusnya menjadi Ayah dari satu-satunya anak gadisnya, namun pria itu tidak pernah mengakui Yerim sebagai anaknya sejak Hyorin mengaku hamil karena pria itu.

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang