21 | Pillow Talk

2.3K 365 214
                                    

Bacanya jangan di skip-skip ya. Jangan lewatkan pokoknya, karena part ini sangat penting. Selamat membaca.

○○○

Kini, terbaring dengan posisi saling menghadap satu sama lain di atas ranjang, menanti deru napas berangsur tenang, Jungkook menggerakkan jemarinya menari di pelipis Yerim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini, terbaring dengan posisi saling menghadap satu sama lain di atas ranjang, menanti deru napas berangsur tenang, Jungkook menggerakkan jemarinya menari di pelipis Yerim. Meletakkan helaian rambut kecoklatan Yerim di belakang telinga. Betapa bersyukur ia bisa berada di posisi ini sekarang.

Yerim memandang dengan kurioritas, mempersiapkan diri untuk mendengarkan apa saja yang terjadi pada Jeon Jungkook selama ini.

Pria itu menatap tenang, tersenyum lembut hingga menyentuh hati Yerim sebelum bersuara dan membuka ceritanya,

"Malam itu, aku memberimu gaun pengantin." Tangan Jungkook masih bergerak membelai lembut, tersenyum teduh, "Aku sangat ingat bagaimana desain gaun yang kupilih. Tidak berlebihan, sederhana namun sangat mempesona dan memikat dalam sekali pandang. Seperti dirimu, Kim Yerim. Aku memilih kain yang paling halus, membayangkan agar kamu memakainya dengan nyaman di hari pernikahan kita."

Yerim yakin ini masih permulaan, mengenang kisah lama, namun air mata nya yang sebelumnya telah mengering, kini kembali tumpah mengalir seperti anak sungai dan jatuh di atas bantal.

Gaun itu masih ada padanya, Yerim simpan dengan baik di sebuah ruangan khusus yang menyimpan kenangan. Benda yang akan selalu mengingatkannya pada Jungkook. Dan ketika merengkuhnya, membuatnya seolah bisa merasakan Jeon Jungkook ada di sekitarnya, bersamanya.

"Aku melamarmu untuk menikah denganku, hidup bersamaku dan menjadi pasangan abadiku, my Luna." Jungkook tersenyum kecil, "Kamu ingat, bukan?"

Yerim mengangguk dengan berusaha menahan kuat isak tangis yang memaksa melesat.

"Malam itu, kita membayangkan pernikahan kita benar-benar akan terjadi setelah kamu melahirkan. Kita sama-sama menantikannya seolah tidak akan ada halangan di depan sana." Jemari Jungkook turun untuk mengusap air mata di pipi Yerim, "Kemudian, aku berangkat untuk membelikanmu Beef Steak di restoran yang biasa kita kunjungi. Kamu paling suka Beef Steak di sana. Mereka tidak melayani pesan-antar, jadinya aku harus ke sana. Perasaanku bahagia ketika pergi ke restoran itu, Yerim. Memikirkan segera pulang secepatnya untukmu, lalu kita makan bersama sambil merancang pernikahan kita."

"Tetapi pada perjalanan pulang, sebuah mobil mencegatku. Ternyata itu adalah Ayahku, yang telah mencari kita selama berbulan-bulan. Malam itu Ayah berhasil menemukanku. Aku melawannya, sekalipun dia membawa bodyguard terlatih, aku yakin aku bisa melawan mereka dan segera kembali pulang kepadamu." Napas Jungkook mendadak terasa kembang kempis, sarat akan sesak, "Namun yang membuatku bertekuk lutut tanpa bisa melakukan apapun untuk melawan adalah ketika Ayah menunjukkanku bukti foto dan video pintu apartemen kita, dan di sana telah dijaga empat bodyguard lain. Mereka semua pria berbadan besar, terlatih, membawa senjata diam-diam. Aku merinding ketakutan membayangkan mereka bisa masuk kapan saja ke dalam apartemen kita di mana hanya ada kau yang sedang mengandung sendirian. Dan itu adalah ancaman Ayahku."

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang