Warning! Edisi galau berat!
Selamat membaca!
..."Apa kamu mau aku mencari Jeon Jungkook?"
Sekali, Sehun pernah melontarkan tawaran itu.
Dan Yerim menjawab,
"Tidak. Sehun oppa tidak perlu melakukannya."
"Kenapa? Jangan jawab 'karena ini masalahku. Oppa tidak perlu ikut campur'. Jika alasanmu itu, aku tidak akan menerima." ketus Sehun.
Yerim tersenyum, "Lebih dari itu." gadis itu menjeda. "Minho oppa sudah mencoba mencari, tapi dia tidak menemukan apa-apa. Jika aku bertindak lebih jauh, aku khawatir jika Tuan Jeon mengetahui pergerakanku, dan itu akan membahayakan Runa."
"Kan ada ak--"
"Meskipun Sehun oppa berada dipihakku dan Runa, tetap akan ada luka besar yang dapat tercipta jika aku mencari pria itu lebih banyak." Yerim menunduk, "Setelah aku memikirkan ini lagi, Runa benar-benar bisa terluka."
Sehun menggenggam tangan Yerim, "Jangan takut. Kelak, pada saat kau benar-benar menginginkannya, ada kemungkinan dia tidak akan pernah ada lagi. Kau akan menyesal."
Yerim tersenyum miris. Menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya panjang. Sarat akan rasa sakit yang tak berhenti menyerang ulu hati.
"Oppa ... Bahkan saat ini, setiap detik, setiap aku menarik napas, setiap aku mengedipkan mata, hati ku selalu menginginkannya." ucap gadis manis itu dengan senyuman getir.
Sehun sampai turut merasakan getirnya hanya dengan melihat mata berkaca-kaca Yerim.
Tak lama, Yerim melanjutkan,
"Dia pergi ketika rasa cintaku telah mengakar, bagaimana bisa aku melupakannya? Aku sangat menginginkannya di sisi ku dan Runa. Aku ingin pertanggung jawabannya sampai akhir. Tetapi di samping itu, pergerakanku juga sempit. Apa yang menjadi fokusku sekarang adalah kebahagiaan Runa, dan membebaskan hidup anak ini dari penderitaan. Aku harus memastikan bahwa Runa tidak akan direndahkan sama seperti yang kualami."
"Lalu bagaimana jika kamu benar-benar kehilangan pria itu?"
"Jika aku ditakdirkan dengannya, pada akhirnya aku pasti akan berpasangan dengannya, apapun yang terjadi." Yerim tersenyum kecut, "Sejujurnya aku bahkan tidak yakin jika konsep itu akan berpihak padaku dan Jungkook. Apakah kami bisa kembali bersama? Aku tidak tahu. Namun jika sekali saja Jungkook mencoba menemukan kami, itu adalah jalan kita bisa kembali bersama. Aku hanya bisa berharap, dia tidak melupakanku dan Runa, dan dia masih menginginkanku dan Runa dalam hidupnya."
"Kamu tidak marah padanya?"
"Sejujurnya, aku marah pada semua orang yang terlibat dalam hidupku selama aku di Gurye. Tempat itu ... sama sekali tidak memberiku ruang bernapas. Setiap melangkah di sana, rasanya seperti menginjak ranjau di setiap langkahku. Begitu banyak hal yang enggan kuingat terjadi di sana. Termasuk bagaimana ketika pertamakali aku melihat Jeon Jungkook. Jika aku tidak bertemu pria itu ... "
Yerim tidak sanggup melanjutkan.
Begitu banyak kemungkinan yang terjadi jika dia tidak bertemu Jungkook. Kemungkinan yang jauh berbeda dengan realita yang kini ia hadapi.
Tapi Yerim tidak ingin membayangkan semua itu terlalu jauh.
Sudah terlanjur. Sudah terjadi.
Pada kenyataannya, Jeon Jungkook adalah salah satu manusia yang dipertemukan dengannya di kehidupan ini. Masuk ke dalam hidupnya. Melukis kisah dalam perjalanan hidupnya.
"Aku sakit hati. Aku juga berpikir ... bagaimana jika pergi dariku dan anak kami adalah keinginan Jungkook yang sebenarnya? Jika hanya aku yang berusaha mencarinya seperti sekarang, ini akan terlalu menyedihkan untukku. Seharusnya jika dia benar-benar masih menginginkanku dan Runa, dia akan mencari kami sampai menemukan kami ... Tapi sampai sekarang? Aku tidak pernah bertemu wajahnya lagi. Bahkan tak pernah mendengar suaranya."
Sekali saja, Yerim berharap tiba-tiba pria itu menghubunginya melalui telepon. Meski hanya sekian detik, meski tak sampai tiga menit. Yerim ingin mendengar suara pria itu.
Sehun memeluk Yerim. "Cukup. Sudah. Cukup."
Dia membiarkan Yerim menangis di dadanya. Pembicaraan tentang ini harus dihentikan.
Yang terbaik yang harus dilakukan sekarang, memang untuk masa depan Runa.
Entah Jungkook akan datang atau tidak, Yerim harus membuktikan dia bisa berhasil.
Saat itu, di sela-sela isak tangis Yerim yang perlahan mereda, Sehun membisikkan sebuah kalimat yang sukses menenangkan hati Yerim dan menumbuhkan semangat semakin membara di dadanya,
"Kau tahu Yerim? Anak yang tumbuh tanpa orangtua, juga bisa sukses."
...
"Jeon Jungkook .. do you miss me like i miss you?"
Ketika hanyut dalam keheningan, hati Yerim akan menyuarakan kalimat itu.
Seringkali ketika menidurkan Runa di malam hari. Gangguan tidak bisa tidur, pertanyaan itu akan menghantuinya semalaman bersama pertanyaan-pertanyaan lain yang satupun tidak ada jawabannya.
Apa yang pria itu sedang lakukan?
Apakah pria itu juga memikirkannya dan Runa?
Apakah justru telah berusaha melupakannya dan Runa?
Dan yang paling tidak ingin Yerim pikirkan, namun justru yang paling mencekoki benak adalah,
Apakah pria itu mempunyai tambatan hati wanita lain di luar sana?
Apakah cinta yang Jeon Jungkook berikan selama sembilan bulan kebersamaan mereka itu murni ketulusan? Ataukah hanya perbuatan manis pertanggung jawaban dan kasihan?
Apa jawaban dari semua pertanyaan yang tidak ada jawabannya itu?
Meskipun Yerim tahu bahwa tidak ada satupun orang yang dapat menjawabnya saat itu kecuali Jungkook sendiri, Yerim tidak bisa berhenti menghilangkan semua itu dalam benaknya.
"I wish you were here. Hold me tight, in the middle of the night, with our baby princess, like what we're dreaming about for nine months ago in Jeju. I miss you so much, Jeon Jungkook." []
To be continue|
[A/N]
Meskipun part ini pendek, aku harap kalian dpt feel nya karena ini deep hehe. Part depan panjaangg.
Jangan lupa mampir di cerita baru aku
Dari genre nya mungkin agak beda dari cerita² ku yang lain, hahaha. Semoga suka!
Tetep ada angst nya. Kemungkinan kecilll bngt aku nulis tanpa angst 🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...