Target 110 komen untuk next update! Bakal aku up kalo udah memenuhi ♡
"A-apa?"
Yerim mendorong tubuh Jungkook untuk bangkit. Merapatkan belahan bathrobe nya yang nyaris terbuka, mengikat lagi talinya. Memberi Jungkook death glare.
"Kalau tidak berniat berjuang, tidak usah datang sekalian." Yerim tahu dirinya sedang tidak serius dengan ucapannya.
"Hey, hey." Jungkook segera menarik tangan Yerim yang hendak menyingkir dari hadapannya, memegang erat bahu wanita itu agar tetap pada posisi dan memandang tajam, "Kamu tahu bukan itu maksudku."
Yerim membuang wajah ketus. Yerim sejujurnya tahu bahwa Jungkook tidak bermaksud menyerah. Seluruh ungkapan pria itu di malam keduanya memulai konversasi serius, menjelaskan semua yang terjadi selama sepuluh tahun, buku-buku harian yang ditulis sepanjang sepuluh tahun, semua itu mengungkapkan betapa Jungkook berjuang untuk nya dan sangat jujur dengan setiap kata yang diungkapkan pada nya.
Wajah pria itu dipenuhi rasa bersalah yang menumpuk tak terhingga, Yerim tak tahu apa penyebabnya sehingga Jungkook tiba-tiba berkata begini. Apa saja yang sudah Sehun bicarakan pada Jungkook?
"Aku mau kamu. Cuma kamu dan Runa tujuanku. Tapi aku tidak bisa memaksa kalau kalian tidak bahagia bersamaku. Aku cuma mau memastikan kebahagiaan kamu dan Runa."
Yerim terdiam.
"Aku tidak pernah bermaksud menyerah dan aku tidak ingin menyerah." Jungkook menegaskan, melanjutkan sendu, "Keegoisan terbesarku adalah ingin memilikimu yang sudah kusakiti sedemikian rupa. Aku merasa tidak pantas mendapat cintamu, Yerim. Tetapi aku ingin memilikimu sepanjang hidupku."
Wajah Yerim sedikit melunak. Jungkook mempertemukan dahi mereka.
"Salah satu hal terpenting yang perlu kulakukan sebagai seseorang yang masih dan selalu mencintaimu adalah dengan memastikan bersama siapa kau bahagia." suara Jungkook tercekat kuat, tersenyum getir, "Tentu saja aku berharap orang itu adalah aku. Aku selalu berharap, aku bisa menjadi sumber kebahagiaanmu."
Jemari Jungkook bergerak naik menyentuh bibir Yerim, memberi tekanan lembut menyapu ranum sang wanita, berbisik serak,
"Aku ingin kamu bahagia bersamaku. Bukan dengan pria lain." pria itu terkekeh getir, "Tapi selama ini, aku justru menjadi sumber berbagai rasa sakit yang kau alami. Aku egois."
Tangannya meraih tangan Yerim, membawanya ke depan bibir seraya mengecup punggung tangan wanita itu lama dengan kedua mata memejam menyalurkan afeksi.
"Aku cemburu, Yerim." bisiknya merasa kalah, tak sanggup membayangkan jika ternyata Yerim lebih bahagia dengan orang lain. Menelan ludah yang menggumpal pahit, "Kamu dan pria itu terlihat serasi bersama. Dia selalu ada di sisimu dan Runa selama aku pergi, selama ini. Menggenggam fakta itu hatiku sangat terbakar. Meski begitu, aku harus menerima bahwa aku tidak pantas marah padamu bahkan padanya, sebab di antara kita semua, aku adalah satu-satunya pihak yang pergi. Pihak yang meninggalkanmu dan Runa."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
FanfictionPUBLISHED SINCE : 18 DECEMBER 2020 -DON'T DO PLAGIARISM!- ❝ Setiap sedang disuguhi harapan untuk belajar mencintai, harapan itu dipatahkan. Berulangkali, sampai pada malam di mana ia ditinggalkan bersama seorang bayi di dalam perutnya. Kim Yerim tah...