"Dokter bilang Ricky keracunan makanan, mungkin dari jajanannya."
Jawaban Jay tak mengurangi rasa khawatir Heeseung. Apa katanya tadi? Keracunan? Kok bisa? Ni-Ki kan tidak suka jajan sembarangan karena mengidap mysophobia.
"Nathan sama Ganta di kosan?"
Jay mengangguk. "Iya, bareng sama Jake. Tenang aja, Sena bentar lagi pulang untuk temenin mereka bertiga."
"Dia dari?"
"Dari Alfajuli, beli susu higue buat si Nathan sama beli mie sadap buat lo."
Susu h*lo maksudnya awokawok
Mulut Heeseung membulat, mangut-mangut seraya memperhatikan wajah tenang Ni-Ki yang pucat. Malang sekali nasib anak itu, sudah kehujanan, keracunan pula.
"Tadi gue nemu rubik di tasnya, gak full. Cuma ada dua puluh kubusnya," ujar Jay mengambil rubik di atas nakas dan memberikannya kepada Heeseung.
"Gue baru tau Ricky suka main rubik," ujar Heeseung heran. "Ini pasti jatuh, makanya copot begini. Sisanya mana, Den?"
"Gak ada, cuma nemu segitu di tasnya," jawab Jay.
Heeseung terdiam. "Aneh, si Ricky kan anti barang rusak begini. Ada yang iseng nih."
"Coba telpon yang lain, mungkin mereka iseng taruh ini di tasnya Ricky," suruhnya kemudian.
"Sekarang?"
"Nanti pas sapi bertelur. Ya sekarang lah!"
"Lo mau jagain Ricky disini, bang?" Tanya Jay bersiap untuk pulang sambil mengambil kunci mobilnya.
"Iya, jangan lupa angkat bantal sama guling di atas."
"Oke, gue balik dulu. Kalau ada apa-apa telpon aja, gue lagi gak banyak tugas."
"Sip."
Ruangan menjadi lengang semenjak Jay pulang, karena Heeseung hanya sendiri, lebih tepatnya berdua dengan Ni-Ki yang belum bangun juga. Sekarang pukul sembilan malam, sudah tiga jam sejak kejadian kejang-kejang di warteg tadi sore.
Heeseung pikir Ni-Ki hanya iseng karena ingin mengikuti idolanya. Itu loh, yang namanya Nishimura Riki dari Enhypen, yang bagian merangkak di tanah. Tak tahunya dia benar-benar keracunan.
Untung dia bersama Jay, ya sudah langsung tancap gas ke rumah sakit terdekat. Ibu pemilik warteg itu sempat takut diintrogasi polisi, tapi tentu saja tidak karena Ni-Ki tidak memakan apapun disana.
Dia sudah mengabari wali kelas Ni-Ki, wali kelasnya bilang Ni-Ki hanya memakan bekalnya, itupun tahu dari teman-temannya. Masa iya racun itu... dari kosan?
Yang menyiapkan bekal untuk Ni-Ki adalah Nathan, tidak mungkin si kecil bermulut pedas itu melakukannya.
"Pasti ada yang iseng, pasti," gumam Heeseung yakin, walaupun ada secuil rasa ragu di dalam hatinya.
Isengnya berbahaya ya bund.
Dua puluh kubus dari rubik itu membuatnya kepikiran, dia sempat melihat di kubus-kubus itu ada nomor dari angka satu sampai dua puluh. Apa maksudnya?
"Eung..."
Lenguhan mengejutkan Heeseung, senyumnya merekah melihat Ni-Ki bangun. "Tunggu sebentar ya, gue panggil dokter dulu."
Cengkraman di lengan menahan pergerakannya, begitu kuat sampai Heeseung meringis. Dia pandang manik gelap itu penuh keheranan, tak mengerti apa maksudnya.
"Takut dokter ya?"
Ni-Ki menggeleng, tak melonggarkan cengkramannya. "Di-disini aja..." ucapnya nyaris tak terdengar, mungkin karena terhalang masker oksigen.
"Kenapa?" Tatapan Heeseung melunak, duduk kembali ke kursi.
"Takut... nanti dia dateng lagi."
"Dia? Siapa?"
"Dia... dia yang nenteng kepala manusia. Dia bilang, dia bakal bunuh kita... pas tidur."
Sandyakala Nikiricky Adiwangsa
─── ∙ ~✦~ ∙ ───
Ignacio Jayden Anggara
─── ∙ ~✦~ ∙ ───
Ananda Heeseung Bamantara Hazen Melliflous