Nicholas turun dari mobilnya, berlari kencang menuju rumah Theo dengan perasaan panik luar biasa. Dia bisa melihat Bisman, teman hantu Theo, melayang ke arahnya sambil menunjuk ke dalam. Bisma menangis, kedatangan Nicholas tak membuatnya tenang.
Teman hantu Theo tersebut melayang masuk ke dalam rumah, menjadi penunjuk tempat dimana Theo berada.
Nicholas tahu perilaku Bisma tak seperti orang panik pada umumnya. Ada hal lain yang disampaikan secara tersirat oleh pemuda itu. Hanya saja, Nicholas mencoba denial dan berpikir bahwa Theo baik-baik saja.
Mereka mengikuti jejak darah di lantai menuju keberadaan Theo. Darahnya mengarah ke halaman belakang rumah, tempat Theo biasa bersantai.
Tak sesuai harapan, namun sesuai realita, Nicholas merasa sesak di dada. Bisma menundukkan kepala, tak kuasa melihat keadaan teman baiknya.
Theo tewas, kondisinya menggenaskan. Bukan hanya mata yang menghilang, tubuhnya pun sama. Hanya kepalanya saja di sana, tergeletak di samping gergaji mesin yang menyala.
Kondisi kos sangat mencekam. Ni-Ki tiba-tiba terdiam kaku di sudut ruangan. Baik Jay maupun Sunoo tahu apa yang terjadi. Ni-Ki dirasuki.
Arwah keempat temannya tak bisa membantu, mereka seolah-olah ditahan oleh sesuatu yang tidak diketahui asalnya. Keempatnya hanya bisa berseru panik walau tahu Jay tak bisa mendengarnya. Sunoo mendengar mereka, tapi entah kenapa secara tiba-tiba dia tidak bisa melihat mereka.
Diamnya Ni-Ki sudah jelas pertanda buruk. Sesuatu akan terjadi hari ini. Apakah hari ini ada korban kelima?
"Ganta, lo inget kan apa yang terjadi pas Ricky kesurupan?" Tanya Jay sembari mengambil ponsel untuk meminta pertolongan.
Mengapa dia meminta pertolongan lewat ponsel padahal mereka bisa meminta tolong kepada tetangga? Mereka sudah melakukannya, namun mereka baru ingat kalau tetangga kosan mereka bekerja di luar kota. Jika ingin meminta tolong, mereka harus berjalan keluar menuju rumah kelima dari kosan mereka.
Diam-diam Sunoo membaca doa, Ni-Ki pun bereaksi. Dia berteriak marah, sorot matanya yang tajam menatap Sunoo, dia ingin menghabisinya.
Jay membelalakan mata saat Ni-Ki berlari menerjang Sunoo lalu mendorongnya ke dinding kemudian mencekiknya. Tenaganya kuat, Sunoo tak bisa melepaskan cekikan di lehernya.
Tidak tinggal diam, Jay mencoba melepas tangan Ni-Ki sekuat tenaga, namun dirinya terpental mundur menghantam meja.
Kaca meja pecah, tubuh Jay terasa sakit hingga menyebabkan dirinya sulit bangkit untuk menolong Sunoo. Kepalanya yang membentur lantai terasa berputar, ini tidak baik.
Sunoo terus membaca doa, berkomat-kamit mengabaikan Ni-Ki yang semakin marah padanya. Cekikan di lehernya semakin kuat, Sunoo pun tak mampu mengeluarkan suara untuk melanjutkan doanya, dia terpojokkan.
"S-sial," umpat Jay menyadari kalau ponselnya berada sangat jauh darinya.
Dia ingin bangun, tapi bergerak sedikit saja rasa sakit langsung menjalar ke seluruh tubuh. Jangan sampai tulang punggungnya patah, jangan sampai...
"Harusnya kamu rela mati, tidak perlu melawan," ucap hantu yang merasuki Ni-Ki.
Napas Sunoo memburu, dadanya semakin sesak. Dia tak bisa berbicara, dia mulai terbatuk karena pasokan udara mulai mencapai batasnya.
"Apa kamu menyesal berteman dengannya? Dia adalah benalu bagi kehidupanmu, kamu tidak perlu menolongnya."
Tidak, itu tidak benar. Bagi Sunoo, Ni-Ki bukanlah benalu. Ni-Ki adalah sahabat sekaligus keluarga baginya. Ni-Ki adalah adik kecilnya. Walau terkadang Ni-Ki dingin padanya, Ni-Ki tetaplah Ni-Ki.
Membaca pikiran Sunoo, hantu itu menyeringai. "Dasar anak kecil, kamu memang harus mati karena kamu akan menghalangi keluarga itu untuk mendapatkan apa yang selama ini mereka dapatkan."
BUGH!
Cekikan terlepas, Sunoo telungkup ke lantai seraya meraup udara sebanyak-banyaknya.
Jay oleng, tongkat baseballnya lepas dari genggaman setelah dia memukul Ni-Ki tepat di kepala. Dengan tertatih-tatih, dia raih tangan Sunoo untuk membantunya bangkit.
Mereka harus keluar dari sini.
"K-Kak Jayden, Ricky-"
"Untuk sekarang jangan pikirin Ricky, selamatin diri lo dulu," potong Jay seraya mengambil ponsel sebelum berjalan keluar dari kosan.
"Sekarang gue paham apa yang terjadi sama Ricky," lanjut Jay membuat Sunoo menoleh cepat kepadanya.
"Apa yang bikin lo paham?"
"Pertama, gue bakal jelasin opini pendukung," kata Jay seraya membuka pagar. "Selama ini Rika keras kepala, dia mau bawa Ricky pulang. Dia maksa Ricky padahal dulu si Rika ada sedikit rasa cemburu ke Ricky karena beranggapan kalau ayahnya lebih sayang sama Ricky.
"Tapi semakin lama rasa cemburu itu berubah jadi rasa obsesi. Rika gak mau adiknya dekat sama siapapun kecuali sama dia. Setelah gue pikirin, ternyata Rika gak sekedar obsesi. Dia mempertahankan apa yang mama dan papanya dapatkan. Apa lo gak kepikiran kenapa dia bisa kaya padahal dia gak kerja?"
Sunoo menggeleng.
"Semua itu karena tumbal, Ganta. Rika pengikut sekte sesat. Dia, mamanya, dan papanya adalah pemuja iblis."
Demi apapun, Sunoo tak pernah berpikir sejauh itu. Jadi selama ini Ni-Ki berada dalam lingkungan sesat?!
"Gue tau dari Wren setelah gue maksa dia untuk jelasin apa yang dia tau. Dia bilang, Ricky itu gak sepenuhnya korban karena Ricky termasuk penyebab kenapa kita kayak gini. Omongan Dika ada benernya, selama kita temenan sama Ricky, kita bakal kayak gini sampai nyawa kita diambil, Ganta."
Rasanya sulit mengeluarkan sepatah kata, Sunoo tak menyangka kalau yang mereka hadapi ternyata serumit dan seburuk itu.
"Terus gimana sama Ricky yang ada dua itu? Maksudnya gimana?" Tanya Sunoo.
"Kalau itu gue gak tau, gue belum dapet jawabannya. Cuma Rika yang bisa jawab, gue udah tanya ke yang lain tapi mereka gak tau," jawab Jay sambil memperhatikan sekitar.
Sejenak Jay diam, lalu berhenti menatap Sunoo lekat-lekat.
"L-lo kenapa?" Tanya Sunoo cemas.
"G-gue baru inget..." Jay berkata takut-takut. "Kemarin Theo chat gue, dia bilang ada satu hal yang salah dari asumsi Wren tentang Ricky, yaitu Ricky yang ada dua itu."
"Apa yang salah?"
"Ricky ada tiga, Ganta. Salah satunya sembunyi makanya gak kelihatan pas Ricky ngaca di rumahnya waktu itu..."
Hehehehe