─ 8 ─

12.3K 3.1K 1K
                                    

Nama Sena bisa untuk laki-laki juga, biasa dipake untuk nama depan. Di Indonesia artinya pesona dan karisma, di Australia artinya laki-laki yang selalu diberkati Tuhan dalam hidupnya.





Hari ke enam belas, di kosan mereka. Untuk yang kedua kalinya mereka kehilangan teman dengan penyebab yang sama, dibunuh makhluk tak kasat mata.

Semua rubik dipegang oleh Heeseung selaku yang tertua dan terpercaya. Dia akan menjaganya baik-baik sembari memikirkan bagaimana cara menghentikan masalahnya.

Jungwon dan Sunghoon, setelah ini siapa? Dirinya, Sunoo dan Jay belum pernah mimisan ataupun batuk darah. Masa iya setelah ini... Ni-Ki atau Jake?

"Apa perlu kita panggil orang pinter? Ustad? Dukun? Paranormal?"

"Sebaiknya begitu," jawab Sunoo lesu.

"Kalau hantunya makin ganas? Kita bisa mati dalam semalam," sinis Jake tak setuju.

"Lo pikir hewan? Ganas, ganas, hantunya dateng mampus lo," kata Jay kesal.

"Ribut terus, bagus," cibir Ni-Ki, dia kan takut ada keributan. Lihat saja Heeseung, orang itu sudah berjaga-jaga sambil memegang sapu.

"Teka-teki belum terjawab, kalian malah ribut. Kalian mau nyusul Sena sama Nathan?" Heeseung mengetuk-ngetuk gagang sapunya di meja. "Waktu kita semakin sedikit, ayo bantu mikir. Tolong lah, gue gak mau ada yang pergi lagi."

"Bukannya percuma? Peringatan kematian waktu itu gak main-main, susah dihindarin. Kita semua udah jadi targetnya, gak ada yang bisa bertahan."

"Jangan pesimis, Jayden. Usaha dulu, baru pasrah diri ke Tuhan."

Jake meremas kertas buku tulisnya, tidak fokus mengerjakan soal. Matematika adalah favoritnya, namun di situasi begini, ia jadi kesal dengan matematika walaupun bukan salahnya.

Heeseung yang terus mengingatkan, terus diabaikan oleh empunya. Jay seakan-akan tuli, atau memang tidak ingin mendengar apapun?

"Gini kak, walaupun kita jadi target, seenggaknya kita berusaha. Cari cara atau berbuat apa gitu? Kalau diem aja, itu sama aja bunuh diri," ujar Sunoo. "Kak Jayden, inget. Gak cuma lo yang takut, kita juga, kita semua. Dan... lo belum pernah mimisan, kan? Untuk saat ini, lo aman, asal gak ketemu hantunya."

"Belum pernah, lo bilang?" Jay menundukkan kepala. "Asal kalian tau, gue adalah orang kedua yang mimisan. Gue mimisan di perjalanan pulang dari rumah sakit pas Ricky dirawat. Karena hantu itu, gue hampir kecelakaan kalau gak ada orang yang klakson mobil dari belakang. Kalian cuma tau kalau gue gampang emosi, gampang takut, dan gampang curiga. Tapi nyatanya, gue orang yang paling gampang sakit selain Ganta..."
















































"Kak Jayden kenapa gak bilang kalau dia udah mimisan karena sosok itu?" Batin Ni-Ki bertanya-tanya. Bukannya apa-apa nih, otaknya berpikir kemana-mana.

Kenapa Jay tidak memberi tahu mereka? Kenapa saat sampai di kosan malam itu dia terlihat baik-baik saja? Kenapa dia tidak lemas ataupun pingsan? Apa dia sedang merencanakan sesuatu? Atau dia tahu sesuatu?

Bingung...

"Aneh, rubik datang entah darimana dan muncul di tas gue, rubik yang katanya punya aura aneh dan kematian. Sebenernya punya siapa sih? Kenapa harus di tas gue? Ada yang benci gue atau gimana?"

Karena memikirkan itu, Ni-Ki jadi curiga ke teman kosnya sendiri. Dua sudah tiada, tersisa lima orang lagi. Siapa lagi yang bisa meletakkan rubik itu di tasnya selain penghuni kosan? Hantu itu pun tidak mungkin datang sebelum ia keracunan. Kalaupun datang, Sunoo pasti menyadarinya, tapi sikapnya biasa saja.

Sunghoon sempat memberi tahu sesuatu padanya. Ia adalah kunci dari masalah rubik ini, tapi mengapa? Masa iya Sunghoon teringat suara berat Nishimura Riki saat menampilkan lagu let me in alias 20 cube. Ni-Ki kan mirip tuh sama dia.

"Pasti Kak Sena tau lebih banyak lagi, tapi sayang dia gak sempet jelasin banyak hal ke gue."

Siang ini begitu terik. Ia melepas jas hitamnya yang setia terpasang di badan sejak pemakaman Sunghoon pagi tadi.

Warga sekitar mulai curiga, dua orang meninggal dan merupakan penghuni kos yang sama. Bisa gawat kalau warga menuduh mereka sebagai pembunuh Jungwon dan Sunghoon. Dijelaskan pun akan sulit karena tidak ada bukti.

Argh, Ni-Ki kesal.

"Ricky!!!"

"Loh, kok kesini?! Ngapain?!"

Perempuan berumur tujuh tahun lebih tua dari Ni-Ki muncul di depan pagar. Dia kakak Ni-Ki, Rika namanya.

"Kamu ini ya, disuruh pulang gak mau! Mama lagi sakit tau, ayo pulang!" Perintah sang kakak menghampiri Ni-Ki lalu menarik tangannya paksa.

"Apaan sih! Lo gak bilang kalau mama sakit, lo cuma bilang kalau gue harus angkat kaki dari sini kalau gak mau kena sial. Lo bohong ya?!"

"Heh, sopan santunmu dimana? Kebiasaan, ck," decak Rika kesal karena Ni-Ki selalu bersikap semaunya. "Sekarang pulang. Kakak kasih waktu buat beresin baju kamu, habis itu pergi. Kalau gak mau, kamu harus pulang tanpa bawa apapun."

"Gue harus selesaiin masalah gue disini, gue gak bisa pulang!"

"Mama sakit, Ricky!"

"Gue gak peduli! Mending lo pergi!"

"K-kamu gak waras ya?! Mama sakit kamu gak mau pulang?!"

"Ricky, mending lo pulang dulu. Mama lo sakit, dan kakak lo jauh-jauh dateng kesini," ucap Sunoo keluar dari dalam. Dia takut suara ribut kakak beradik itu menganggu tetangga yang lain, apalagi masih suasana berduka.

"Lo gak usah ikut campur," sinis Rika. "Lo tau, adik gue bakal kena sial kalau tinggal disini."

"Kena sial? Gue baik-baik aja!" Protes Ni-Ki.

"Ricky, lo pulang dulu ya. Mama lo sakit, dia pasti butuh lo. Nanti kalau mama lo udah sembuh, lo balik kesini," ujar Sunoo membujuk Ni-Ki.

"Balik kesini?" Tanya Rika sarkas. "Ricky gak akan pernah balik kesini, lo pikir gue gak tau masalah apa yang kalian hadapi? Ganta, mending lo urusin deh temen-temen lo yang lain."

"Maaf sebelumnya. Gue tau Ricky itu adik lo, tapi bisa dibilangin baik-baik, kan? Lo gak jelasin dengan jelas, Ricky baru aja kehilangan temennya, wajar aja dia marah."

"Lo... jauh-jauh dari adik gue. Bilangin ke temen-temen lo yang lain, jauhin adik gue," perintah Rika mutlak. "Aura lo gak enak, lo bisa bahayain temen lo sendiri, kalau lo mau tau."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
20 Cube | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang