Gak jadi april nih upnya :>
Hari ketiga berjalan lancar. Sore ini Jay, Sunoo, dan Ni-Ki berkumpul untuk membahas apa yang harus mereka lakukan terhadap rubik yang tersisa. Rubik ketiga telah hilang, tersisa dua rubik lagi di kamar Sunghoon. Mereka tak bisa terus-terusan meminta bantuan kepada Nicholas, Ije, Theo, maupun Wren. Ini masalah mereka, merekalah yang harus menyelesaikannya.
Lalu, bagaimana dengan Jauzan, orang yang mirip dengan Jay itu? Dia mendapat hukuman penjara 4 tahun, itupun bisa dikurangi jika Jauzan mengeluarkan uangnya. Tinggal menunggu waktu saja untuk menjawabnya, fokus mereka harus ke masalah rubik.
Jay yang pertama kali bertindak. Sebagai yang tertua, dia tidak akan mengecewakan keenam sahabatnya. Dia harus berbuat sesuatu untuk menghentikannya, dia tidak akan membiarkan Sunoo dan Ni-Ki pergi, cukup mereka, jangan lagi.
Jika Rika datang untuk mencelakai mereka dan mengambil Ni-Ki, Jay akan maju menghadapinya.
"Mau coba bakar rubiknya?" Tanya Ni-Ki menawarkan. Sunoo menggeleng ribut, itu terlalu gegabah.
"Jangan, kita gak tau apa yang bakal terjadi kalau kita bakar rubiknya. Gue takut badan kita ikut kebakar karena alur kehidupan kita berhubungan sama rubik ini."
"Terus kita harus gimana lagi? Kita gak mungkin diem terus sampai rubiknya habis. Waktu kita hampir habis, Kak Ganta. Hari ini dan besok, gak ada waktu lagi."
Jay melihat jam. Ni-Ki benar, tidak ada waktu untuk berpikir lagi. Mereka harus memutuskan sebelum matahari terbenam. Apabila tidak ada jalan lain selain yang diusulkan Ni-Ki, maka mereka terpaksa melakukannya, membakar rubik yang tersisa agar Rika tak menganggu mereka lagi.
Waktu berjalan sangat cepat, Jay sampai tidak sadar masalah rubik akan berakhir sebentar lagi. Apakah mereka bertiga dapat bertahan? Atau justru tidak ada sama sekali?
"Kak Jayden, Ricky, gue mau ngomong sesuatu," kata Sunoo dengan mata berkaca-kaca. "Gue... gue seneng banget bisa ketemu kalian. Gue bersyukur dipertemukan sama orang baik kayak kalian. Kak Hazen, Kak Jayden, Kak Jake, Kak Sena, Nathan, dan Ricky, kalian sahabat terbaik gue. Makasih untuk semuanya, maaf karena belum bisa kasih yang terbaik buat kalian."
Sunoo sengaja mengucapkannya karena merasa tak yakin akan hidup dalam waktu lama. Selain itu, arwah Heeseung, Jake, Sunghoon, dan Jungwon tidak marah saat dia mengatakannya. Seharusnya mereka marah karena Sunoo terlihat putus asa, tetapi mereka tersenyum, tersenyum pedih seolah-olah tahu apa yang akan terjadi.
Jay dan Ni-Ki tidak bisa membalas, mereka ingin mengatakan hal yang sama namun sudah dikatakan lebih dulu oleh Sunoo. Mereka berdua memikirkan kemungkinan yang terjadi bila mereka tak mampu menyelesaikannya. Mereka juga memikirkan Nicholas, Ije, Theo, dan Wren. Apa mereka akan baik-baik saja karena membantu mereka?
Pukulan mendarat di meja, gebrakan keras dari Ni-Ki mengejutkan Jay dan Sunoo. Ni-Ki menundukkan kepala, kepalan tangan di atas meja menunjukkan kalau dia marah, frustasi, dan putus asa.
Karena dirinya, teman-temannya tiada. Karena dirinya, teman-temannya tak bisa menggapai mimpi mereka. Karena dirinya, nyawa orang lain jadi taruhannya. Ni-Ki marah pada dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa menghentikan sang kakak? Kenapa dia begitu lemah dan tertekan? Seharusnya dia mampu, dialah penyebab semuanya.
"Udah gue bilang berulang kali, jangan salahin diri lo sendiri, paham?" Ucap Jay merasa kesal. "Inget, semua ini ulah kakak lo, kakak lo yang berbuat, lo gak salah."
"Gue tau, tapi-"
Ting!
Ponsel Sunoo menunjukkan pesan baru. Sunoo tak berani mengambil ponselnya untuk membalas pesan tersebut karena ia sempat membacanya walau sekilas. Pengirim pesan adalah ibu Jinan, ibu dari teman dekatnya di sekolah.