Ni-ki mengaduh sambil mengusap kepala. Rasanya pusing dan berdenyut. Cahaya matahari masuk ke ruangan lewat celah tirai yang tertutup. Suhu sedikit dingin seperti di pagi hari.
Eh, pagi hari?!
Kenapa sekarang sudah pagi?!
Tunggu, coba Ni-Ki ingat-ingat dulu. Dia diajak makan sama kakaknya. Lalu dia marah dan memutuskan untuk pergi ke kamar. Setelah itu dia mengantuk. Rasa kantuknya cukup berat.
Tangannya mencengkram selimut dengan kuat. Kakaknya itu benar-benar sudah gila. Ni-Ki gagal kabur. Argh, seharusnya kemarin dia sudah mendaftarkan kakaknya ke rumah sakit jiwa. Kalau begini terus bagaimana caranya dia kabur. Sulit sekali.
Dia melompat dari kasur menuju pintu. Pintunya terkunci. Dia coba mendobrak. Tapi tidak bisa, seperti ada yang menahan pintunya di luar sana. Setelahnya dia berlari ke jendela. Tirai dia buka lebar-lebar, namun dia tetap tidak bisa keluar sebab di luar jendela ada kayu yang dipaku. Sial, dia terkurung di kamarnya sendiri. Berteriak pun percuma, kamarnya kedap suara.
Ah! Ponsel! Masih ada ponsel yang bisa digunakan!
Dia berlari mencari ponselnya mulai dari kasur hingga sudut terkecil kamar. Ni-Ki marah, ponselnya tidak ada. Rika pasti telah mengambilnya saat ia tidak sadarkan diri kemarin. Astaga, lalu bagaimana nasibnya sekarang? Sedikit rasa menyesal datang, tapi dia tidak boleh putus asa, dia harus pergi dari sini secepatnya.
Tapi, bagaimana caranya ya?
Sunoo dan Jay menatap rumah Ni-Ki dari pagar depan. Mereka berdua memantau rumah tersebut memastikan apakah aman jika masuk tanpa izin atau tidak. Mereka tidak berdua, ada Theo dan juga Yefta. Jay yang mengajak Yefta. Katanya Yefta akan berjaga di luar bersamanya disaat Sunoo dan Theo masuk ke dalam.
Siapa Theo? Theo itu temannya Nicholas dan Ije. Karena Nicholas dan Ije tidak bisa datang karena harus pergi keluar kota untuk mengusir setan, laki-laki bernama lengkap Theo Adrian Ehan Yuda Nathanel lah yang turun tangan untuk membantu, tentunya setelah mendapat persetujuan dari Sunoo dan Jay. Sebenarnya ada satu orang lagi yang belum datang, teman Nicholas dan Ije juga. Tapi dia datang terlambat karena terjebak macet.
Sementara itu, Sunoo tidak bisa tenang karena aura rumah Ni-Ki sangat gelap dan suram. Banyak sekali sosok dengan wujud mengerikan berdiri di area rumah. Rasanya sesak sekali, sebanyak apa makhluk halus berenergi jahat di rumah ini?
"Apa cuma gue doang yang merinding?" Tanya Yefta buka suara.
"Wajar kalau lo merinding, disini banyak makhluk halus," jawab Theo. "Gue minta ke lo dan Jayden, jangan melamun! Gue dan Ganta bakal kesusahan."
"Galak banget," cibir Yefta.
Laki-laki bersurai ungu tersebut melirik Yefta sinis. Dikasih tahu malah begitu. Dia kan kesal. Yefta membalas lirikannya, dia juga kesal.
"Yang berantem gue jodohin sama si Rika," ancam Jay merasa keduanya akan baku hantam.
"Jahat banget sama gue, Den. Gue selalu hibur lo disaat lo susah dan itu balasan lo ke gue?" Balas Yefta dramatis.
"Berisik. Gue liat sesuatu di jendela itu."
Arah yang ditunjuk Jay jadi pusat perhatian mereka berempat. Ada jendela yang diberi kayu di bagian luar, dipaku pula. Sangat mencurigakan.
"Gue coba kesana sebentar, kalian jangan kemana-mana!"
Theo berjalan mengendap-ngendap kesana. Tidak lewat depan kok, dia masuk lewat samping yang bagusnya tidak diberi dinding. Dia masuk melalui rumah tetangga lalu melompati semak belukar disana menuju jendela tersebut.
Setelah tiba disana, dia mendekatkan wajah ke jendela untuk melihat ke dalam. Ada laki-laki bertubuh tinggi sedang mondar-mandir. Apa itu orang yang dimaksud Sunoo dan Jay?
Tok! Tok! Tok!
Tiga kali ketukan membuat laki-laki itu balik badan. Ekspresi lega terlihat jelas di wajah orang itu. Dia mendekat ke jendela seraya berbicara tapi tidak terdengar.
"Lo Ricky?" Tanya Theo tanpa suara.
Paham apa yang ditanya, Ni-Ki mengangguk. Dia memberi israyat kepada Theo untuk membantunya kabur lewat jendela.
"Tunggu sebentar."
Theo balik badan lalu melambaikan tangan pada Sunoo, Jay, dan Yefta. Tangan Theo memberi isyarat memotong. Oh, Theo butuh gergaji!
"Kayaknya di mobil gue ada gergaji," ucap Yefta.
"Cepet ambil," suruh Jay.
"Apa gak bahaya kalau pakai gergaji? Suaranya pasti kedengeran sampe dalem. Kalau Kak Rika tau makin susah Ricky buat kabur," cemas Sunoo. "Tapi lebih baik lakuin itu sekarang. Banyak makhluk halus jahat masuk ke dalam rumah. Kayaknya mereka mau kasih tau Kak Rika kalau kita ada disini."
Yefta mengangguk. Dia berlari ke mobilnya untuk mengambil gergaji yang dibutuhkan. Dalam waktu singkat dia berhasil membawa benda tersebut kemudian memberikannya kepada Theo.
Sunoo dan Jay memperhatikan dari jauh seraya terus berjaga. Ternyata tidak perlu susah payah masuk ke dalam, dari luar pun bisa.
"Bener-bener ya lo, Ricky. Udah dibilang jangan pulang malah pulang," omel Jay. "Hari ini hari kelima. Apa yang bakal terjadi nanti, ya? Eh? Lo kenapa pucat gitu?"
Sunoo semakin cemas. "Kita gak bisa lama-lama disini. Firasat gue gak enak."
Di sisi lain, Theo dan Yefta bekerja sama untuk mengeluarkan Ni-Ki. Theo bagian memotong kayu, Yefta bagian memegang dan menahan kayu. Yefta sudah mempersiapkan diri untuk memecahkan kaca bila jendela tidak bisa dibuka.
Sementara di dalam kamar, Ni-Ki gelisah bukan main karena jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Biasanya Rika bangun jam segini. Tapi kalau suara gergajinya terdengar sampai kamarnya bisa gawat.
"Ayo cepet..." gumam Ni-Ki karena Theo hampir berhasil.
"Itu suara apa, ya?"
Deg!
Oh tidak. Rika sudah bangun.
Rika mendengar suara aneh dan berisik dari kamar Ni-Ki. Sambil menguap, dia menggeser lemari dari pintu agar bisa masuk ke dalam. Dia ambil kunci kamar Ni-Ki yang tergantung di paku di samping pintu.
Sambil tersenyum untuk membangunkan sang adik, dia masuk dengan ceria. "Selamat pagi, Ricky! Eh?"
Senyum Rika memudar. Rasa senangnya terganti dengan rasa terkejut dan marah.
Jendela kamar Ni-Ki terbuka lebar. Kayu yang dia paku disana tidak lagi di tempatnya. Koper Ni-Ki juga tidak ada bersama pemiliknya. Suasana kamar kembali seperti sebelumnya yaitu seperti saat ia tinggal sendiri di rumah.
Sunoo, Jay, Theo, dan Yefta berhasil membawa Ni-Ki kabur tepat tiga detik setelah Rika masuk ke dalam.