Hish, Ije kesal sekali, moodnya langsung turun drastis melihat Rika berada di depan kosan. Tadinya Ije mau mampir, eh si Rika datang dari arah lain.
Perempuan itu punya tujuan apa sih? Kerjaannya mengawasi orang terus, Ije yakin seratus persen Rika melakukan itu bukan karena kurang kerjaan, auranya saja buruk sekali.
Sebenarnya Ije tidak sendiri sih, ada teman sekelas Sunoo di belakangnya. Tadi Jinan datang lebih dulu darinya, tapi begitu melihat Rika dia suruh Jinan mundur karena gelagat Rika mencurigakan.
Untung saja Ije memakai masker, bau busuk dari aura Rika tidak tercium begitu parah seperti di taman kota kemarin.
"Kak, kakak kenal sama dia?" Tanya Jinan bisik-bisik.
"Jelmaan mak lampir dia tuh, hati-hati," balas Ije berbisik juga.
Rika menghentak-hentakkan kakinya tidak terima. "Masa orang cantik kayak gini dibilang jelmaan mak lampir? Kamu gak sopan."
"Sok imut, najis," kata si Ije.
Jinan menoyor kepala Ije dari belakang. "Kak, gak boleh gitu dong, kalau orangnya sakit hati nanti kakak kena karma gimana?"
"Aduh, neng, polos banget sih kamu. Dia itu emang jelmaan mak lampir, lo belum tau aja."
"Ah si kakak, kayak tau tentang mak lampir aja."
"Emang gue tau, gue aja bisa lihat."
"Hah?!"
Ije mundur sedikit ke belakang lalu berbisik, "coba deh perhatiin, mana ada cewek dengan aura seburuk dia, dia itu jelas pakai ilmu hitam. Hati-hati kalau ketemu dia, awas nanti jadi tumbal."
"Ish, jangan nakutin dong!"
Rika memutar bola matanya malas. Daripada berlama-lama bersama dua orang tidak jelas itu mending masuk ke kosan mencari sang adik. Mumpung pagarnya terbuka, dia masuk tanpa salam.
Sikapnya yang asal itu membuat tangan Ije bergerak menarik Rika keluar. Enak saja masuk sembarangan, dia dan Jinan yang datang lebih dulu saja belum masuk.
"Lo ngerti tata krama gak? Lo gak bisa asal masuk ke kosan orang, apalagi kosan cowok, kalau mau masuk salam dulu," tegur Ije.
"Suka-suka dong, emangnya siapa yang larang? Bukan penghuni kosan sini gak usah ganggu deh."
"Gue emang bukan penghuni kosan, tapi gue temen mereka. Gue tau niat lo buruk, sejak awal pertemuan lo dan gue, gue bisa lihat dari mata lo kalau lo bukan orang baik-baik."
"Kata siapa? Aku orang baik kok, kamu kali yang punya niat buruk."
Hiih, Rika bikin kesal saja, Ije kan malas meladeninya terus menerus, tapi kalau tidak seperti itu si Rika malah ngelunjak.
"Kak, masuk yuk," ajak Jinan berniat menahan Ije agar tidak membalas lagi.
"Diem dulu ya, anak manis. Dia itu harus dikerasin supaya tau diri. Hhh, udah lama gue gak ngebacot sama orang, jadi biarin gue ngomong sama dia. Sampai mulut berbusa gue ladenin."
"Pick me girl banget," sindir Rika pada Jinan. "Sikapnya dibuat-buat tuh, sengaja banget biar aku dimarahin. Kalau cari cowok pakai cara yang bener dong."
"Heh, mak lampir. Lo ngomong sama gue, jangan sama dia."
"Ih, tega banget. Padahal aku bener loh, kamu jauh-jauh deh, nanti kena pelet."
"Lo aja pakai susuk, ngapain gue percaya?"
Rika mulai kesal. "Dasar cowok gak jelas, ternyata bener temennya Ricky gila semua. Ngapain coba Ricky temenan sama lo? Emang gak seharusnya Ricky punya temen, temennya gak bener semua."