Sore ini Jake berniat menginap di rumah sakit menggantikan Sunoo menjaga Heeseung. Heeseung boleh pulang besok atau lusa, daripada tidak ada kerjaan dikosan lebih baik dia luangkan waktu untuk menjaga sang teman.
Setelah kembali membawa satu tas gendong berisi laptop dan pakaian, Jake duduk di sofa merebahkan dirinya. Jay dan Ni-Ki sudah pulang dua jam yang lalu, karena itulah ruangan ini sepi. Heeseung tidur pulas, Jake tidak membangunkannya karena Heeseung perlu istirahat.
Sebentar lagi pukul enam sore, tidak ada yang ingin Jake lakukan selain tidur atau bermain laptop dan ponsel. Ke kantin? Tidak deh, takut ada kejadian seperti Sunoo.
Oh ya, saat tiba di rumah sakit pagi tadi, dia marah pada Jay yang sembarangan mengatakan kalau Ni-Ki keluar sekolah. Ni-Ki berada di tingkat akhir sekolah menengah pertama, kalau dia keluar menjelang waktu ujian bagaimana dia bisa lulus dengan baik? Jay itu terlalu gegabah. Jake tahu tujuan Jay baik yaitu ingin membawa Ni-Ki jauh-jauh dari sekolah itu, tapi tetap saja salah karena bertindak terlalu jauh. Seharusnya Jay melaporkan sekolah ke pihak berwajib, bukan langsung mengeluarkan.
Mau tak mau Ni-Ki harus home schooling bila masih ada kesempatan. Kalau tidak, terpaksa Ni-Ki berhenti sekolah sementara sampai tahun ajaran baru dimulai untuk mengulang kelas terakhirnya.
"Kalau gue yang dateng ke sekolahnya, gue langsung cari pengacara. Emangnya gue gak tau kalau Ricky dibully dan diperlakukan beda sama guru disana? Dasar sekolah gadungan."
Kesalnya, selama ini Ni-Ki diam saja. Anak itu menjadi pendiam dan tidak ramah setiap pulang sekolah, seharusnya dia sadar. Dasar anak itu, suka sekali memendam masalah.
"Dasar Ricky."
Laptop Jake menyala sepenuhnya. Dia memutuskan untuk menonton variety show boyband Korea ternama yaitu Enha. Yutubnya ia gulir dari atas mencari episode yang belum ia tonton. Oh, sepertinya episode memancing seru.
Episode favorit kalian yang mana nih?
Ia tekan video tersebut setelah mengecilkan volume laptopnya agar Heeseung tidak terganggu. Andai saja dia membawa earphone, pasti sudah dia pakai sejak tadi. Bila tidak memakai earphone rasanya kurang, seperti ada yang mengganjal.
Menit demi menit berlalu. Terhitung lima belas menit video terputar, Jake fokus menonton sambil sesekali tertawa. Lucu sekali maknae grup tersebut, mengambil gurita menggunakan tangan kosong lalu mengusapnya seperti anaknya sendiri.
Ketika Heeseung boleh pulang dari rumah sakit dan Sunoo sudah pulih, dia ajak mereka dan yang lain memancing bersama. Pasti menyenangkan walau jumlah mereka berkurang...
Tik... tik... tik...
Jam dinding berdetik, jarum terus bergerak, Jake setia di posisinya. Jake tidak sadar kalau Heeseung terbangun dari tidurnya. Si pemuda dengan lakban menutup mata mengambil posisi duduk dan berdiam diri agar kesadarannya kembali.
Heeseung mendengar tawa Jake dari arah kanan. Tanpa sadar senyumnya mengembang. Dia senang mendengarnya, itu tandanya Jake baik-baik saja. Andai saja bisa tertawa seperti itu bersama yang lain...
"Butuh sesuatu?" Tanya Jake menyadari Heeseung sudah bangun. Dia pindah posisi ke samping Heeseung lalu duduk di kursi yang tersedia.
Dengan lembut dia raih gelas di nakas, menyerahkannya ke Heeseung pelan-pelan seraya memerhatikan gerakan sang teman yang terbatas.
Jarang-jarang dia menunjukkan sisi lembutnya, karena di kosan Jake lebih dikenal sebagai sosok yang tidak jauh berbeda dengan Jungwon, mudah kesal. Terkadang sifatnya mirip Jay dan Sunghoon juga.
"Lo sakit ya?" Tanya Heeseung khawatir ketika tangannya tak sengaja bersentuhan dengan tangan Jake.
Tangannya panas.
"Gak kok, tadi habis pegang bagian bawah laptop," jawab Jake berbohong. Faktanya, dia memang sedang sakit, dia tidak enak badan sejak datang ke rumah sakit.
"Ohh, kirain lagi sakit. Kalau sakit pulang aja, gue gak apa-apa sendirian."
"Gue bakal disini sampai besok pagi, gue gak bisa biarin temen gue sendiri dan jadi korban lagi."
Such a good friend...
"Oh ya, gue mau tanya. Gue pingin tanya ini ke kalian semua, gue harap lo jujur."
Oh, ada apa gerangan? Mengapa jantung Jake mendadak berdegup dengan kencang?
"Lo... apa yang lo sembunyiin sesuatu dari kita?"
Pertanyaan pertama Heeseung terdengar mengejutkan, Jake diam membeku, dia melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apa ada orang lain yang mendengar atau tidak.
"Kenapa diem? Pertanyaan gue bener?"
Jake menatap Heeseung takut-takut, sedikit mencondongkan badan lalu berbisik, "iya, gue sembunyiin sesuatu dari kalian, sejak kemunculan dua puluh rubik itu."
"Apa yang lo sembunyiin?"
"Gue bergerak sendiri untuk cari tau, gue gak bilang ke siapapun karena gue takut ada pengkhianat atau pelakunya memang di antara kita. Gue terlihat penakut bukan cuma karena gue takut, itu pengecoh."
"Apa lo udah nemu hal yang mencurigakan atau nemu petunjuk?"
"Ada," jawab Jake langsung, Heeseung memang harus tahu apa saja yang ia temukan selama ini. "Ini soal Jayden dan Nicholas. Gue berhasil tahu apa yang mereka lakuin."
"Bukannya Nicholas kerja sama bareng Sena? Kenapa tiba-tiba jadi Jayden?" Tanya Heeseung bingung.
"Iya memang, awalnya Nicholas kerja sama bareng Sena, tapi sehari setelahnya Jayden dateng ke rumah Nicholas untuk kerja sama."
"Mereka ngapain?"
Jake bangkit untuk mengambil ponselnya di sofa tempat ia duduk sebelumnya, lalu kembali setelah membuka file rekaman suara.
"Mereka tau siapa yang kirim para hantu ke kosan pas lo diserang, tapi mereka masih ragu karena gak ada bukti yang kuat untuk pastiin dia pelakunya."
"Siapa?"
Jake ragu untuk mengatakannya, karena dia sendiri tidak yakin kalau temannya yang satu ini adalah orang yang mengirim para hantu ke kosan. Tidak mungkin dia, pasti orang lain.
"Jake, gue ngomong sama lo," ucap Heeseung mulai kesal karena tidak diberi jawaban juga.
"Kak Hazen, gue minta untuk jangan percaya dulu karena belum ada bukti, cukup diam dan jangan marah, ya."
"Iya, cepet kasih tau."
Lagi-lagi, Jake melirik ke kanan dan kiri, lalu berkata, "Pelakunya di antara Nathan dan Ricky, itu kata mereka."