Rika, kakak Ni-Ki, datang ke kosan untuk menjemput sang adik. Geram rasanya karena Ni-Ki tidak ada keinginan untuk pulang walau sebentar saja. Kesal sekali bila dipikirkan, adiknya itu kenapa susah sekali diberi tahu sih?
Pas sekali ketika dia datang Ni-Ki dan Jay hendak ke luar untuk makan. Reaksi mereka melihat Rika datang tidak bisa ditebak, yang pasti ada rasa tidak suka baik dari Jay maupun dari adik Rika sendiri yaitu Ni-Ki.
"Ricky, ayo pulang," ajak Rika memaksa.
"Kak, gue bukan anak kecil lagi, jangan paksa gue," balas Ni-Ki karena muak dipaksa terus menerus.
"Kamu gak ada rasa-"
"Kenapa?" Potong Jay sama muaknya. "Ada masalah kalau Ricky ada disini? Dia tinggal dikosan ini karena keputusannya sendiri, lo sebagai kakak harus hormatin keputusannya selagi Ricky gak merasa rugi."
Alasan Jay kesal karena dia tidak suka. Dia anak tunggal, memiliki teman kosan dengan umur lebih muda tentu saja membuatnya merasa seperti memiliki adik. Melihat Ni-Ki dipaksa seperti itu oleh kakak kandungnya membuat amarah Jay timbul.
"Jangan. ikut. campur." tekan Rika tidak suka dibantah.
"Gue ikut campur karena saat ini gue yang pegang kendali kosan ini, lo sebagai orang luar gak berhak atur-atur penghuni kosan kecuali emang ada masalah serius."
"Memang ada masalah serius, karena itu Ricky harus pulang!"
"Lo gak jelasin apa masalahnya, gue gak bakal ijinin Ricky pulang sebelum lo kasih alasannya."
Rika kesal sekali, Jay memang sulit dihadapi bila berdebat seperti tadi. Jay itu tidak jauh berbeda dengan Jungwon yang tidak berhenti bicara sebelum memenangkan perdebatan. Membawa adiknya pulang sulit sekali dilakukan, orang luar selalu saja ikut campur.
"Kak, lebih baik lo pulang. Kita lagi banyak masalah, lo jangan memperkeruh suasana," usir Ni-Ki. Dia tidak peduli dicap sebagai adik tidak sopan, kakaknya sendiri saja tidak punya sopan santun sama sekali.
"Kamu jangan jadi adik durhaka, Ricky!"
"Lo gak pernah ngertiin gue, kak. Lo semaunya sendiri, lo terlalu protektif ke gue, gue bukan anak kecil lagi!"
"Sejak tinggal dikosan ini sikapmu makin gak sopan ya... bener kata mama, temen-temen kamu bawa pengaruh buruk buat kamu."
"Jaga omongan lo!" Bentak Jay tidak terima, apa-apaan katanya tadi, pengaruh buruk? Enak saja, asal sekali bicaranya.
"Kenapa? Emang bener kalian bawa pengaruh buruk ke Ricky sampai dia gak mau pulang ke rumahnya sendiri," balas Rika merasa benar.
"Lo yang bawa pengaruh buruk buat gue!" Seru Ni-Ki menunjuk sang kakak. "Lo selalu aja ganggu kehidupan gue, gue gak pernah minta apapun dari lo, tapi lo sendiri yang kasih apapun buat gue. Lo berpikir kalau lo bisa tagih apa yang lo kasih di masa depan, tapi gue gak bakal kasih apapun buat lo, ngerti!?"
Rika terkesiap, tidak menyangka kalimat seperti itu ditujukan kepadanya dari adiknya sendiri. Haha, jadi adiknya benar-benar terpengaruh oleh teman-temannya ya...
"Kamu udah jadi anak durhaka, Ricky. Selama mama sakit kamu gak mau pulang, sekarang pun juga tetap sama." Rika mengepalkan tangan lalu menunjuk Jay. "Gara-gara lo, gara-gara lo Ricky jadi anak durhaka! Gara-gara lo Ricky gak inget keluarga!"
"Lo apaan sih?!" Ni-Ki menepis tangan sang kakak. "Pulang sekarang, jangan sampai security komplek dateng dan bawa lo secara paksa dari sini."
"Kamu juga harus pulang, Ricky..."
"Kenapa? Supaya lo bisa pisahin gue dari temen-temen gue?"
"MAMA MENINGGAL, RICKY! KAMU KENAPA GAK ADA RASA PEDULI SAMA KELUARGA SAMA SEKALI HAH?!"