Sialan, Rika sialan.
Ni-Ki tidak bisa keluar dari kamarnya, pintunya dikunci dan dihalangi sesuatu. Bahkan Rika kembali memasang kayu di jendela agar dia tidak bisa keluar.
Hari sudah malam, waktu untuk menyelamatkan Jay dan Sunoo tidak tersisa banyak. Dia harus melakukan sesuatu, tapi sulit untuk keluar kamar.
Selain itu, sesuatu dalam dirinya bergejolak. Apa iblis dalam dirinya bereaksi ketika ritual hendak dilaksanakan?
Tidak, tidak boleh. Tidak akan dia biarkan Rika berhasil.
Oh, tunggu sebentar. Ni-Ki mengingat sesuatu. Kalau tidak salah, ketika dia berumur sepuluh tahun, dia pernah menyembunyikan barang milik sang ayah di kamar ini.
Sebuah palu.
Dia pun bergegas memeriksa setiap ubin karena dia menyembunyikan palu tersebut di salah satu ubin lantai kamarnya. Di bawah ubin tersebut ada lubang yang dia gali, karena itulah palu tersebut bisa disembunyikan di sana.
Akibat sudah lama disembunyikan, Ni-Ki tidak ingat dimana dia menyembunyikannya. Kalau tidak salah, ubin tersebut sedikit retak... oh, itu dia!
Dia buka ubin tersebut, palu masih ada di dalam dalam kondisi berkarat. Tidak menggubris hal itu, dia ambil palunya lalu bergegas menuju jendela.
Sejenak dia terdiam, apakah Rika akan mendengar atau tidak? Menurutnya sih Rika tidak akan mendengar sebab ruang bawah tanah pasti kedap suara, mana mungkin tidak. Kalau tidak kelakuannya selama ini pasti diketahui oleh tetangga.
"Semoga gue bisa."
Prang!
Kaca dipecahkan. Lima kali pukulan cukup untuk memecahkan kaca. Kayunya? Ni-Ki tendang hingga patah.
Dia pun keluar lalu belari ke pintu belakang karena pintu belakang mudah didobrak. Benar saja, dalam sekali coba pintu langsung terbuka.
Yang pertama Ni-Ki rasakan adalah semilir angin dan hawa mencekam. Apa di dapurnya banyak hantu? Atau itu efek ritual hendak dimulai?
Ni-Ki memilih untuk pergi ke kamar Rika, mencari sesuatu yang siapa tahu bisa digunakan untuk menghentikannya. Kalau Ni-Ki datang tanpa persiapan atau informasi, itu sama saja bunuh diri. Tidak ada yang tahu bagaimana Rika nanti.
Kamar Rika begitu terang dan berantakan, banyak kertas dan kelopak bunga berserakan di lantai.
Sesuatu yang Ni-Ki pastikan bisa membantunya ada di atas meja, kertas berisi garis besar ritual dan persembahan kepada iblis.
"Ritual bakal dijalanin tepat jam 12 malam, iblis di dalam tubuh gue bakal semakin kuat kalau ritualnya berhasil, kecuali..."
Ni-Ki berhenti membaca, mulutnya seakan terkunci melihat kalimat berikutnya. Perasaannya campur aduk, dia dapat merasakan darahnya berdesir. Dia menelan salivanya, kedua tangannya yang terkepal terasa gemetar.
Apa tidak ada cara lain?
Bacaan selanjutnya membuat Ni-Ki terdiam lagi. Cukup lama dia memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya, pada akhirnya dia memilih untuk mengikuti apa yang ada di kertas.
Ritual bisa digagalkan dan musnah jika merusak acara. Serangan bisa berbalik ke pemimpin ritual jika seseorang menjadikan pemimpin ritual sebagai tumbal akhir.
Wadah iblis harus membuat sang iblis keluar secara paksa dari tubuhnya dan membuat sang iblis masuk ke dalam tubuh pemimpin ritual. Dengan begitu ritual selesai, tumbal sebelumnya akan selamat, tetapi tidak dengan pemimpin ritual dan wadah sang iblis.