Heeseung buta.
Dokter berkata matanya terluka parah akibat pecahan gelas semalam.
Hati Heeseung sakit mengetahui dia tidak bisa melihat lagi. Tidak hanya satu mata, namun keduanya. Kini matanya dibalut perban, menunggu diperiksa kembali oleh dokter. Sunoo menemaninya di rumah sakit. Iya, dia dirawat sementara.
Hari ini hari ke empat belas. Tidak ada perubahan yang positif. Kubus terus berkurang, menghilang entah kemana. Satu persatu mengalami hal berbahaya dan mengancam nyawa. Dua orang sudah meninggalkan dunia, satu orang kehilangan penglihatannya. Tersisa lima orang yang bertahan, lebih tepatnya menunggu giliran.
Hanya Sunoo yang belum mimisan ataupun muntah darah, Heeseung sudah tadi malam setelah matanya tertusuk kaca. Semua hantu langsung pergi saat Heeseung pingsan karena tak bisa menahan sakit di mata, Jay marah besar semalam.
"Ganta, lo tidur?"
Suara parau Heeseung mengejutkan Sunoo yang tengah melamun. "Enggak kok, Kak Hazen mau minum?"
"Gue mau minta tolong... nanti bilang ke Jayden, Jake, sama Ricky ya."
"Minta tolong...?"
"Tolong jangan kasih tau masalah ini ke orang tua gue, orang tua gue sibuk urus restoran, gue gak mau mereka kepikiran."
"Tapi kalau-"
"Please, gue gak mau orang tua gue merasa bersalah dan beranggapan kalau mereka gak bisa jaga gue. Gue bakal kasih tau mereka nanti, tolong ya, Ganta."
Sunoo bimbang, dia tidak enak menolak permintaan Heeseung, tapi orang tua Heeseung harus tahu soal ini. Namun satu hal mengganjal di pikirannya kalau dia memberi tahu orang tua Heeseung, mereka tidak akan diganggu juga kan?
Duh, jadi serba salah.
"Nanti gue bilang ke yang lain deh... tapi kalau Kak Jayden nolak jangan marah ya, kak. Tau sendiri Kak Jayden orangnya gimana," ucapnya setelah berpikir lama.
"Iya, nanti gue coba ngomong sama dia. Dia pasti ngerti alasannya, lo paham kan?"
"Yang gue pikirin baru kemungkinan, bisa aja dugaan gue salah. Hantu itu cuma gangguin kita, mungkin orang lain enggak? Kayak Kak Nicholas contohnya, Kak Sena sempet tanya soal kubus ke dia, tapi dia baik-baik aja."
"Ganta, dia itu punya kemampuan. Dia udah biasa ngatasin makhluk halus, jelas dia baik-baik aja."
"Kak, lo gak lupa kalau gue sama kayak dia, kan? Gue juga punya kemampuan, tapi gue jadi incaran. Gue udah berusaha semaksimal mungkin, tapi hantu itu lebih kuat dan berbalik nyerang gue sendiri. Kita ini kenapa? Kita salah apa?"
Entahlah, Heeseung tidak tahu kenapa mereka yang jadi sasaran. Mereka tidak pernah berhubungan dengan makhluk halus selama ini, namun semenjak kehadiran rubik itu, hantu datang berkali-kali─mengancam nyawa.
Tidak ada yang tahu darimana asal rubik tersebut. Tidak ada yang tahu siapa pemiliknya. Tidak ada yang tahu kemana rubik tersebut setiap harinya. Tidak ada yang tahu kenapa Ni-Ki menjadi orang pertama yang mengalami hal aneh akibat rubik tersebut. Semuanya sulit diterima dengan akal sehat, bisa gila kalau terus dipikirkan.
"Di rubik hari ini ada yang aneh?" Tanya Heeseung penasaran.
"Gak tau, rubiknya kan ada di kamar Kak Sena, yang suka kesana cuma Kak Jayden. Nanti gue tanya, atau mau sekarang?"
"Sekarang aja."
Sunoo mengangguk patuh. Mumpung baru isi kuota, dia hubungi Jay lewat aplikasi bernama apa.