Sejak malam tadi, Jay tak berhenti mengutarakan rasa sakit. Kepalanya seperti tertusuk sesuatu. Bermula saat dia hendak menyapu kamar Jungwon, namun saat melangkah masuk kepalanya mendadak sakit. Sunoo dan Ni-Ki sudah melakukan segala cara untuk mengurangi rasa sakitnya, tapi tidak berhasil.
Jungwon bilang ada sesuatu di kepala Jay. Katanya semacam ilmu hitam. Sunoo juga bisa merasakan, anehnya dia tidak bisa melihat dan tidak langsung menyadari. Seperti ada yang menutup mata batinnya.
Dibawa ke dokter pun tidak akan membuahkan hasil. Sakit di kepala Jay berhubungan dengan hal mistis. Diberi obat oleh dokter tidak berefek apa-apa.
Jay merasa marah namun tidak tahu harus melampiaskan pada siapa. Dia tidak bisa berpikir jernih. Tubuhnya terus bergerak sebagai pelampiasan rasa sakitnya. Kata lembut dan menenangkan dari Sunoo tidak berpengaruh. Kepalanya terasa ingin pecah.
Ni-Ki menggenggam ponselnya kuat-kuat. Dia tahu siapa pelakunya. Dia tahu Rika yang melakukannya. Ancaman Rika benar adanya. Ni-Ki tidak tega melihat Jay kesakitan dan tidak tidur semalaman, namun dia tidak mau memohon pada kakaknya. Dia tidak mau pulang ke rumah.
Ni-Ki harus apa?
"Kak Jayden... maaf," lirih Sunoo merasa tidak berguna sebagi orang yang memiliki kemampuan.
Hati Sunoo sakit melihat satu-persatu temannya tumbang. Sunoo takut penglihatannya kemarin terjadi. Dia takut Jay pergi menyusul yang lain. Sunoo ingin menangis karena tidak tahu harus berbuat apa agar rasa sakit di kepala Jay hilang. Otaknya buntu.
Meminta bantuan Nicholas maupun Ije belum tentu bisa. Satu-satunya cara adalah mendatangi si pelaku dan memintanya berhenti. Tapi... perasaan Sunoo tidak enak.
"Kak Ganta."
"Ya?"
"Gue mau minta ijin dan minta maaf."
Sunoo terlihat bingung. "Buat... apa? Lo gak punya salah sama gue. Kalau lo merasa bersalah karena gak bisa bantu apa-apa, gue gak permasalahin itu."
"Gue minta ijin untuk pulang dan gue minta maaf karena kakak gue kelewat batas."
"Gak. Gue gak kasih ijin," tolak Sunoo tidak setuju. "Kalau lo pulang, kakak lo makin menjadi-jadi sama lo."
"Tapi itu satu-satunya cara supaya Kak Jayden-"
"Gue tau, tapi bahaya, Ricky. Apa lo bisa menjamin dengan pulangnya lo ke rumah kakak lo bakal berhenti ganggu kehidupan gue dan Kak Jayden?"
"Gue bakal minta kakak gue untuk berhenti," jawab Ni-Ki memantapkan niatnya. Err... sebenarnya masih ragu sih.
"Ricky. Lo mikir gak sih perasaan Kak Hazen, Kak Jake, Kak Sena, sama Nathan? Lo pikir mereka ijinin lo untuk pulang? Kalau mereka masih hidup, mereka gak bakal biarin lo pulang."
"Ada cara lain?" Tanya Ni-Ki terkesan tidak ingin dibantah. "Gak ada kan? Gue harus pulang dan minta Kak Rika untuk berhenti. Gue gak mau temen-temen gue mati lagi, apalagi penyebabnya karena gue. Tolong ngerti, Kak Ganta."
Arwah Jake tiba-tiba datang dan menampakkan wujudnya saat ia tiada. Darah yang mengalir dan bau amis seketika tercium dan membuat mual. Sunoo sebagai orang yang memiliki kemampuan berusaha mati-matian untuk tidak kabur sampai Jake berbicara.
"Gue kecewa."
Dua kata yang terlontar dari mulut Jake membuat Ni-Ki terdiam.
"Kita berusaha tahan lo biar gak pulang tapi lo malah merelakan diri untuk pulang. Haha, usaha kita sia-sia, Ganta. Seharusnya kita biarin aja dia diambil kakaknya sejak dulu. Kenapa kita tahan dia? Percuma, kan?"
Walau nada bicara Jake sangat datar dan dingin, Ni-Ki dan Sunoo tahu Jake sangat marah.
"Nathan, Sena, dan Kak Hazen pergi keluar dengan rasa kecewa setelah lo bilang mau pulang. Mereka sakit hati, Ricky."
"Gue harus apa?! Lo semua pingin Kak Jayden terus-terusan sakit?! Gue gak peduli sama diri gue sendiri, gue gak mau orang lain celaka karena gue!"
"Ricky, kita bisa diskusiin ini baik-baik."
"Baik-baik? Lo pikir sempet diskusi?! Kak Rika bakal gerak cepat untuk bunuh kalian berdua! Ternyata omongan Dika ada benernya, seharusnya gue mati aja biar gak bawa sial di kehidupan orang lain."
"SANDYAKALA!"
Untuk pertama kalinya, Sunoo membentak orang lain karena emosinya tak dapat dibendung lagi. Dengan wajah memerah karena marah, Sunoo berusaha untuk mengatakan sesuatu. Tapi rasanya sulit karena dia tidak pernah semarah ini. Dia menahan diri agar perkataan menusuk tidak keluar dari mulutnya.
"Lo... jaga omongan lo," tegur Sunoo menahan amarahnya.
"Maaf, Kak Ganta. Gue harus pulang. Terserah lo mau kecewa sama gue atau engga. Lo gak perlu khawatir gue bakal kenapa-napa. Gue janji bakal balik kesini setelah gue berhasil berhentiin Kak Rika."
"Lo mau balik kesini?" Sunoo tertawa dengan mata berkaca-kaca. "Lo mau tau sesuatu? Kemarin gue dapet penglihatan pas tangan gue gak sengaja bersentuhan sama tangan lo. Omongan lo bener, lo bakal balik kesini, ke kosan ini. Tapi lo sendirian, Rick. Gue dan Kak Jayden gak ada di sisi lo lagi."
"Setelah saya perhatiin, ada yang gak beres sama Anda. Saya bisa ngerasain sesuatu," ucap Heeseung pada papa Ni-Ki di luar kosan.
"Kemarin datang kesini dan ketemu sama Ricky. Awalnya saya gak mau curiga karena saya pikir Anda sengaja bohong kalau Anda sudah mati demi kebaikan anak Anda. Tapi pada akhirnya saya setuju sama Kak Hazen," sambung Sunghoon.
Jungwon menyeringai lalu maju ke hadapan papa Ni-Ki. "Awalnya gue kira ayahnya Ricky hidup lagi. Tapi gak mungkin orang yang masih hidup punya aura kematian dan kakinya gak napak di tanah. Lo itu dateng untuk ganggu kehidupan temen-temen gue. Apa gue benar, hantu suruhan Kak Rika?"
Hehehe, selamat Anda kena
prank xixi. Papa Ni-Ki gak
hidup lagi, si Rika sengaja
suruh hantu nyamar jadi
papa Ni-Ki biar Ni-Ki tuh
lengah dan Rika bisa bawa
adeknya pulang.Tapi Rika lupa kalau Ni-Ki punya
temen-temen kayak Jungwon,
Heeseung, Sunghoon, dan
Jake :D