─ 27 ─

6.6K 2K 505
                                    

"Ricky makin jago fotografi, nih," puji papa Ni-Ki sambil mengusap surai sang anak penuh kelembutan.

Ni-Ki mengangguk senang karena foto hasil jepretannya dipuji, setelah sekian lama berlatih dalam bidang forografi baru kali ini hasilnya diluar ekspetasi, indah sekali.

"Habis ini kita foto bareng, tapi makan dulu. Mama udah siapin makanannya tuh," lanjut papa Ni-Ki menunjuk istrinya dengan dagu.

Ni-Ki mengangguk lagi. Dia berjalan riang menuju tikar tempat bekal tertata rapi. Rika menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya agar Ni-Ki duduk disana.

"Mau duduk deket papa aja," kata Ni-Ki nyengir lalu duduk tegak.

Rika mendengus tidak suka. Kenapa sih adiknya itu dekat sekali dengan papanya? Dia kan iri... selain itu dia juga ingin duduk di samping Ni-Ki.

"Kakak kamu nanti ngambek loh, Ricky... yuk sesekali duduk di samping kakakmu," tegur mama Ni-Ki.

"Gak mau," tolak Ni-Ki. "Firasat Ricky hari ini suruh Ricky deket sama papa terus, jadi sampai pulang nanti Ricky mau bareng papa."

"Gemesnya anak mama."

Rika membuang muka lalu mencibir mereka. Kapan sih melakukan itu? Dia sudah tidak tahan lagi, melihat kedekatan Ni-Ki dan papanya membuatnya cemburu.

"Rika, makan yang banyak biar berisi. Besok papa beliin jajanan kesukaan kamu."

"Iya..."

Ni-Ki bahagia sekali hari ini. Piknik bersama keluarga di hutan pinggir kota sudah lama dia impikan. Sungguh, rasa bahagianya sampai sulit diutarakan dengan kata-kata.

Sayangnya rasa bahagianya itu tidak berlangsung lama.

Pukul sebelas malam, Ni-Ki terbangun dari tidurnya. Dia kedinginan lalu merapatkan jaketnya, namun dia mengernyit karena papanya tidak ada di tenda. Apa papanya sedang ke toilet umum?

Ni-Ki kesana juga deh, dia lupa sikat gigi sebelum tidur.

Dengan langkah malas dia menuju toilet umum, letakanya agak jauh dari tenda karena hanya itu tempat yang tersisa untuk berkemah. Dekat jurang pula, untung tidak ada angin kencang.

"Mau sampai kapan kamu manjain dia?"

Langkahnya berhenti, dia menoleh ke arah jurang yang tertutup pohon rindang. Itu kan suara mamanya, sedang apa mamanya disitu?

Diam-diam dia menuju kesana lalu bersembunyi di balik pohon besar sambil mengintip tiga orang disana. Ayahnya, mamanya, dan kakaknya.

"Ricky itu berharga, tapi gak perlu manjain dia."

"Ricky anak papa, apa salahnya papa manjain dia?"

"Kenapa papa gak ngerti juga, sih? Kalau papa sayang sama dia jangan sampai berlebihan, nanti papa sakit hati sendiri," kata Rika.

"Ricky anak papa, Rika."

"Rika juga anak papa, kalau papa lupa."

"Kalian ini kenapa? Segitu gak maunya menganggap Ricky sebagai keluarga? Dia anak kita, ma! Dia adik kamu, Rika!"

"Ah, papa keras kepala. Susah dibilangin."

Mama Ni-Ki maju mendekati sang suami, menatap benci suaminya itu. "Kamu memang susah diberi tahu, buat apa kamu hidup kalau kamu gak ngerti juga?"

Mata Ni-Ki membulat melihat mamanya mendorong sang papa ke jurang tanpa rasa ragu sedikit pun. Rika pun sama, dia malah tertawa puas melihat papanya jatuh ke sana.

20 Cube | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang