06 - Dua Garis

30.7K 1.9K 52
                                    

Jantung Alikka berdebar sangat kencang. Sekarang ia sedang berada di toilet sekolahnya.

Negatif! negatif! negatif! negatif!

Tangannya telulur mengusap keringat dingin yang mulai bercucuran di pelipisnya.

Dua garis!

Mata Alikka memulai berkaca-kaca.

Enggak! Ini pasti salah!

Ia mencoba tespack yang satunya lagi.

Dua garis juga!

Alikka mulai terisak kecil dan menyenderkan dirinya pada dinding toilet.

Bisa aja tespacknya salah! Iya bisa aja salah!

Ia membuang semua pikiran negatifnya dan membasuh wajahnya lalu keluar kembali menemui Buk dokter.

"Gimana hasilnya nak?"

Alikka terdiam sambil menunduk.

Buk dokter tersenyum tipis lalu membawa Alikka ke dalam pelukannya, "Semangat ya nak. Jalani aja. Suruh ayahnya tanggung jawab."

Alikka terdiam.

"Jangan di gugurin ya. Anak itu gak ada salah."

Alikka mengangguk kecil dalam dekapan Buk dokter.

Buk dokter melepas dekapannya, "Perutnya masih sakit?"

Alikka mengangguk kecil. Memang perutnya masih terasa sedikit sakit.

"Yaudah kamu tiduran aja disini, ibu tinggal ya."

Akikka mengangguk lagi.

***

"Alikka lo gapapa kan?"

Alexa memutuskan menemui sahabatnya selepas pelajaran olahraga tadi. Hanya dia saja, Juna tak ikut karena ada tugas dari wali kelas yang khusus diberikan untuk dirinya.

Alikka menggeleng kecil lalu memejamkan matanya karena mengantuk. Entah datang dari mana, ia berharap Azka mau bertanggung jawab terhadap kandungannya. Mau bagaimana pun anak yang ia kandung juga membutuhkan seorang ayah.

Alexa menutup mulutnya kaget lalu dengan cepat merampas dua benda pipih yang berada di tangan Alikka.

"K-ka ... "

Alikka mengangguk kecil.

"S-sama siapa?"

"Kak Azka."

Alexa menggelengkan kepalanya tak percaya, "K-kenapa bisa?"

"Dijebak."

"Bisa aja tespacknya salah, Buk dokter udah ngecek?"

Alikka mengangguk.

Alexa terkejut lalu tangannya terulur mengusap lembut perut rata sahabatnya.

"Kapan nyuruh kak Azka tanggung jawab?"

Alikka mengendikan bahunya.

Alexa mengangguk walau tak di lihat oleh Alikka, "Jangan digugurin ya Ka,"

"Dia gak salah, orang tuanya yang salah." Sambungnya.

Alikka tak menanggapi ucapan sahabatnya lagi.

***

Anda:
Ketemuan di taman belakang.
read.

Alikka menghela nafas pelan. Sekarang ia sudah berada di taman belakang. Pelajaran di semua kelas pun telah usai.

About The Future [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang