Alikka terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang muncul melalui jendela kamar Azka.
Tangannya meraba tempat di sampingnya. Kosong. Matanya terbuka sempurna.
Udah sekolah kali ya?
Gadis itu berpikir mungkin suaminya sudah berangkat ke sekolah. Azka tidak memutuskan untuk keluar dari sekolah, walaupun Icha dan Revan menyuruhnya keluar dan bekerja di perusahaan Revan. Tapi Azka tetaplah Azka. Ia tak mau. Sedangkan Alikka hanya bisa menerima keputusan suaminya.
Alikka bangkit lalu mengecek jam pada ponselnya. Benar saja Azka tak ada di rumah. Sekarang sudah pukul setengah sembilan. Gadis itu berjalan ke dapur untuk sarapan disana.
Sedangkan disisi lain, Azka sedang berada di kelasnya. Laki-laki itu duduk disamping Devano, teman sebangkunya.
Sekarang semua temannya sedang tak ada di dalam kelas karena jam kosong. Yang berada di kelas hanyalah dirinya, Devano dan Rangga, salah satu sahabat Azka.
"Ka, lo beneran gak ada ngebuntingin Alikkka kan?"
Rangga menggebrak meja Azka, "Buset! Main lo terlalu jauh bro!"
Azka berdecak kesal, "Gausah isi gebrak meja gitu Ngga," Sedangkan orang di depannya itu hanya menunjukkan deretan gigi putihnya saja.
"Abisnya lo gak ada cerita tentang itu ke gue," Ujar Rangga membela dirinya.
Devano menepuk pundak sahabatnya, "Lo beneran pake pengaman kan Ka?"
Azka menggeleng jujur, "Gue gak pake pengaman,"
Devano tersenyum miring, "Udah gue duga,"
"Sikap lo aneh akhir-akhir ini," Sambungnya.
Rangga menopang dagu menatap kedua sahabatnya dengan bibir yang melengkung ke bawah, "Apaan sih kok pada gak cerita sama gue!"
Devano menoleh lalu menyengir, "Hehe, lupa," Akhirnya, Devano menceritakan semua hutang ceritanya kepada Rangga.
Mata Rangga membulat setelah mendengar semua cerita dari Devano, "ALIKKA ADIK KELAS KITA?"
Plak!
"Bacot!"
Rangga meringis pelan sambil memegangi pipinya yang ditampar oleh Devano, "Iyeee maap,"
"Eh tapi bener Alikka yang sering dapet juara umum itu kan?"
"Iya bener," Azka membuka suara.
Rangga tampak berpikir, "Tapi akhir-akhir ini gue gak pernah liat Alikka lagi di sekolah,"
"Dia ngundurin diri." Jawab Azka.
"Terus dia bunting?" Tanya Devano.
Azka mengangguk.
Kedua mata Devano dan Rangga membulat sempurna, "Lo gak tanggung jawab?" Tanya Rangga.
"Tanggung jawab,"
Azka menjeda omongannya.
"Tapi gue nikah kontrak sama dia." Devano dan Rangga mengangguk paham.
"Setelah anak itu lahir, gue cerai sama dia." Sambungnya.
"Hak asuhnya gimana?"
"Jelas di dia dong!" Tegas Azka. Ia masih tak bisa menerima anak yang telah di kandung oleh Alikka.
Rangga merasa iba dengan adik kelasnya itu, "Lo gak kasian gitu?"
"Dih ngapain!"
Rahang Devano mengeras, "Ka dia istri lo! Dia lagi ngandung darah daging lo!"
Bugh!
Devano menghajar wajah Azka segara tiba-tiba. Darah segar terjun bebas dari bibir laki-laki itu.
"Lo kenapa gini sih Ka!?"
Azka tak tinggal diam. Ia juga membalas pukulan sahabatnya.
Bugh!
"Oke gue akuin ini salah gue ngasi obat perangsang ke lo karena ancaman balapan dari gue." Ujar Devano mengakui kesalahannya.
"Tapi gak gini ekspektasi gue anjing!"
Bugh!
"Gue kan udah kasi lo pengaman bangsat!"
Bugh!
Azka kalah. Laki-laki itu langsung tersungkur di lantai tak berdaya. Rangga memang sengaja tak memisahkan kedua sahabatnya. Malahan dirinya menutup pintu kelas agar tak ada yang mendengar perkelahian yang menarik itu. Azka dan Devano sama-sama salah. Begitu pikirnya. Dan memang begitu nyatanya.
Devano sudah berhenti memukul sahabatnya, "Ngga bawa dia ke UKS." Rangga mengangguk. Laki-laki itu langsung membopong Azka ke UKS.
***
"Shh,"
"Pelan-pelan doang anjing!" Azka meringis kesakitan karena Alikka teralu keras menekan pipinya.
Azka memutuskan untuk pulang saja daripada berada di UKS. Laki-laki itu hanya ingin menenangkan dirinya di apartmentnya.
"Eh maaf," Tangan Alikka terulur untuk mengusap pipi suaminya namun Azka menepisnya dengan kasar.
"Gak usah pegang-pegang!"
Alikka menunduk, "Maaf," Gadis itu memutuskan untuk mengobati luka Azka dengan lebih hati-hati.
Hening menyelimuti mereka berdua.
"Kakak kenapa sih sikapnya selalu berubah-ubah?" Mata Alikka tetap terfokus mengobati luka suaminya.
Karena tak ada jawaban dari Azka. Alikka membuka suara lagi.
"Sebentar romantis sebentar ngebentak lagi sebentar marah-marah," Jelas Alikka.
"Bacot!"
Alikka tersenyum, "Iya maaf,"
Azka tertegun karena senyum manis dari wajah istrinya. Ada apa dengan dirinya?
"Habis berantem sama siapa?"
"Orang,"
"Siapa?"
"Ya orang,"
Alikka tersenyum kecil, "Udah selesai deh," Seru Alikka.
Gadis itu kembali meletakkan obat P3K pada tempatnya. Ia meraih jaket dan dompetnya lalu pergi keluar kamar.
"Kemana?"
Langkah Alikka terhenti lalu berbalik, "Ke luar beli sate,"
"Adek yang pengen?"
Alikka mengangguk.
Azka menghampiri istrinya di depan pintu, "Gue aja yang beli,"
Alikka menggeleng, "Kakak masih harus-"
"Udah diem!" Azka benar-benar tak sengaja membentak Alikka. Gadis itu menunduk tak berani menatap wajah suaminya.
"M-maaf," Cicit Alikka sambil meremas pelan jaket yang ia pakai.
Azka membawa Alikka ke dalam dekapannya, "Maafin gue," Alikka mengangguk pelan.
"Gue aja yang beli, lo istirahat di kamar."
***
Jangan lupa vote dan comment yaks-!! <3
Kalo komennya rame, aku nextnya cepet :D
KAMU SEDANG MEMBACA
About The Future [End]
Fiksi Remaja"Kita nikah kontrak!" Tentang Masa Depan aku, kamu dan dia. Menceritakan tentang siswa Sekolah Menengah Akhir yang hamil diluar nikah karena ulah kakak kelasnya. Berawal dari mengajak berkenalan menjadi malapetaka. #1 -alikka [O4.O2.21] #1 -future [...