35 - Hai Anan

24K 1.5K 78
                                    

"HUAAA MAMA! ALASKA NAKAL!!" Tangis Amara memenuhi ruangan ruang tamu siang ini. Anak kecil itu menangis karena Alaska merobek mainan Squishy nya menjadi kepingan-kepingan kecil yang mengenaskan.

Alaska Megantara Putra. Iya, Alaska adalah adik kandung Amara. Bocah itu berbeda satu tahun dengan kakaknya. Amara sekarang sudah berumur 5 tahun sedangkan Alaska berumur 4 tahun.

Alikka datang menghampiri Amara dan Alaska dengan menggendong anak perempuan di tangannya. Wanita itu menggelengkan kepalanya karena sudah biasa dengan pertengkaran anaknya itu.

"Kak Ara engeng, wlek!" Anak laki-laki yang berada di gendongan Alikka tertawa sembari menjulurkan lidahnya mengejek Amara. (cengeng)

Dia Raka. Raka Megantara Putra.

Amara mengusap kasar air matanya karena tersulut emosi. Bocah itu berdiri lalu mendekati Raka dengan cepat, Raka yang sudah tau akan di kejar pun berlari untuk menghindari kakaknya.

"Hahahaha wlek!" Anak laki-laki itu masih sempat mengejeknya lagi. Raka berlari dengan asal ke arah dapur, ke meja makan, bahkan Raka dengan jahil mengelilingi meja makan pun Amara tetap mengejarnya. Pada akhirnya Amara dapat menangkap Raka dan langsung menggelitikinya dengan cepat. Raka juga tak mau kalah, ia pun menggelitiki kakaknya juga. Ruang dapur pun di penuhi dengan tawa mereka berdua.

"Mama," Alikka menoleh ke arah suara. Dia Ratu Putri Megantara, kembarannya Raka. Raka lahir terlebih dahulu daripada Ratu. Sekarang Raka dan Ratu berumur 3 tahun.

Alikka tersenyum lalu menghampiri putri bungsunya, menggendong Ratu, "Kenapa sayang?"

"Yah ana?" (Ayah mana?)
Ratu memang sangat dekat dengan Azka, ayahnya. Begitu pula dengan Amara. Pernah suatu hari, Amara mendapatkan Ratu berada di pangkuan ayahnya sembari menonton televisi. Gadis itu langsung murka, dalam benaknya ia mengira Azka hanya sayang kepada Ratu, Ratu dan Ratu. Dengan sengaja Amara langsung mendorong Ratu dengan keras hingga terguling ke sofa kosong di sebelahnya, Amara langsung loncat ke pangkuan Azka dan memeluk Azka dengan erat.

Azka jelas terkejut melihat kelakuan anak sulungnya itu. Laki-laki itu langsung menurunkan Amara dari pangkuannya dan menghampiri Ratu yang sudah menangis karena ulah kakaknya.

"Ayah ada di ruang kantor, sayang. Mau cari ayah?" Seakan mengerti dengan pertanyaan ibunya, Ratu mengangguk dengan antusias, "Au," (Mau)

Alikka tersenyum kecil. Kakinya melangkah ke arah ruang kantor Azka di rumah ini. Ratu menggeliat dalam gendongan Alikka, ia pun langsung menurunkan anaknya. Ratu dengan iseng mengetuk pelan pintu di hadapannya.

Tok tok tok

Bocah itu langsung sembunyi menempel di dinding, ceritanya agar tidak di ketahui oleh Azka. Ratu cekikikan dan melambaikan tangannya menyuruh ibunya ikut bersembunyi juga. Alikka pun menurut sambil tertawa kecil.

Bocah umur 3 tahun udah bisa ngerjain bokapnya anjir

Ceklek

Kosong. Itu yang Azka lihat saat membuka pintu ruangannya. Namun sedetik kemudian ia bisa melihat anak dan istrinya menempel di dinding seperti cicak.

Oh Azka mengerti sekarang. Ternyata Ratu ingin mengajaknya bermain dengan bersembunyi.

Dengan berpura-pura Azka berkata, "Siapa ya kok gak ada orang,"

"Hihihi," Ratu cekikikan senang. Walaupun ia tertawa kecil dengan pelan namun Azka tetap bisa mendengarnya.

Azka kembali menutup pintu. Lima detik kemudian Ratu kembali dengan jahil mengetuk pintu tersebut. Azka sedari tadi sudah siap siaga di belakang pintu, setelah mendengar ketukan, laki-laki itu dengan cepat membuka kembali pintu ruangannya.

"BAAA!!" Azka meraih Ratu lalu menggelitiki perut bocah itu.

"Hahahaha dah yah top," (udah ayah stop)

Azka pun berhenti. Ia langsung mencium kedua pipi Ratu dengan gemas, "Jahil banget sih emm,"

"Hihihi,"

"HUAAAAA,"

Azka, Alikka dan Ratu kompak menoleh bersamaan. Mereka bertiga langsung pergi ke arah ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, mereka melihat Raka menangis dengan terisak lalu menunjukkan tangan kanannya kepada Alikka, "Kak Ara akal maaaaaa," (nakal)

Lantas Alikka menoleh kepada Amara yang tertunduk, "Raka duluan ma, dia cubit Ara disini," Adu Amara. Ia langsung menunjukkan bukti kepada ibunya.

"Raka minta maaf sama kak Ara, Ara minta maaf sama Raka," Itu bukan suara Alikka, melainkan suara kepala keluarga di rumah ini.
"Maaf kak Ara," Raka mengulurkan tangannya kepada sang kakak, Amara langsung menjabat tangan Raka, "Maaf juga ya Raka,"

***

"Adek liat sini dek," Amara mengarahkan kamera ponsel Alikka kepada Ratu.

"Pftt hahahahaha," Amara tertawa terjungkal-jungkal melihat ekspresi adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pftt hahahahaha," Amara tertawa terjungkal-jungkal melihat ekspresi adiknya.

Ratu menggerutu kesal, ia langsung bangkit dari sofa dan meraih mainan kesayangan kakaknya. Ratu mengangkat mainan itu tinggi-tinggi agar Amara melihatnya.

Amara terbelalak kaget, "Ratu jangaaaaaan,"

Buk!

Squishy itu terpental hingga menuju dapur. Ratu melempar mainan tersebut dengan sekuat tenaga.

"TIDAAAAAAAAAK!!" Amara langsung lari dengan cepat ke arah dapur.

Ratu tertawa kecil dan kembali duduk di sofa sambil menonton film kartun kesukaannya.

Tok tok tok

"AMARA MAIN YUK!"

Pendengaran Amara langsung menangkap suara itu. Senyumnya terbit seketika. Anak itu langsung lari dengan gembira menuju pintu depan, membuka pintu tersebut, "Hai Anan,"

***

maaf maaf maaf banget udah 2 minggu lebih aku gak update :(

aku baca-baca komen, ada yang bilang ini udah end, NOOO ini belum end ya <3

makasih yang masih setia nungguin aku selama ini ♡

see u

eh pada kepo gak nih Anan siapa?

About The Future [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang