11 - Dia Bukan Anak Gue!

36.1K 2K 170
                                    

Alikka mengerjap karena cipratan air yang berkali-kali mengenai wajahnya. Setelah membuka mata, ia melihat Azka dengan seragam rapi membawa gelas yang berisikan air.

"Lo gak mau sekolah?"

Alikka mengangguk kecil lalu bangkit, "Mau, sekarang siap-siap."

Namun dengan tiba-tiba Azka meraih jus nanas muda yang ada di meja dan menghimpitkan Alikka ke dinding dengan satu tangannya. Alikka mengiris pelan karena rasa sakit pada punggungnya.

"K-kenapa kak?"

"Buka mulut!"

Alikka melihat ke tangan Azka yang satunya lalu menggeleng keras, "Gak mau!"

"Buka!"

Alikka tetap menggeleng.

"Kenapa sih lo masih mau pertahanin anak haram itu sih?"

Alikka memejamkan matanya karena wajah Azka semakin dekat dengan wajahnya, "Karena dia anak aku," Ujarnya dengan suara kecil.

"Dia gak ada salah sama sekali, yang salah orang tuanya."

Azka terdiam. Namun laki-laki itu kembali menyodorkan jus nanas muda yang ada di tangannya.

"Buka!"

Alikka menggeleng lagi sambil menunduk.

"BUKA!"

"ENGGAK!"

Alikka tak selemah itu. Ia mengumpulkan tenaga untuk melawan orang di depannya.

"Kenapa sih kakak mau bunuh darah daging kakak sendiri?!"

"DIA BUKAN ANAK GUE!"

"DIA ANAK KAKAK! DIA DARAH DAGING KAKAK!"

Azka mengalihkan pandangannya ke arah lain. Laki-laki itu menarik kembali tangannya dari dinding.

"Kakak yang udah merenggut masa depan aku. Kakak yang udah nanem benih di rahim aku. Seenggaknya kalau kakak gak mau akuin dia, jangan bunuh dia. Dia gak salah." Alikka memelankan suaranya. Air matanya sudah lolos begitu saja.

"Setelah dia lahir kakak bakal bebas. Aku bakal rawat dia sendiri di rumah orang tua ku. Kakak bebas deket sama siapapun, pacaran sama siapapun. Bahkan sekarang pun aku gak ngelarang kakak buat pacaran sama Salsa kan?"

Azka masih terdiam. Kemudian laki-laki itu berjalan untuk meletakkan kembali segelas jus yang ia pegang di meja lalu kembali ke tempat semula.

Cup!

Azka mengecup pelan dahi istrinya.

"Gue berangkat duluan." Azka pergi meninggalkan Alikka yang terdiam membeku.

***

"Kak,"

Azka berdehem, "Kenapa?"

"Nanti pulang sekolah mampir dulu ya ke dalem rumah,"

Azka tersenyum lalu mengangguk.

"Soalnya mama mau ketemu sama kakak," Ujar Salsa.

Azka termenung beberapa detik lalu kembali mengangguk.

"Belajar yang rajin inget," Ujar Azka. Laki-laki itu sekarang berada di depan pintu kelas kekasihnya.

Salsa mengangguk lalu tersenyum.

Laki-laki itu mengacak pelan rambut kekasihnya, "Lumayan buat bekal kita di masa depan," Sambung Azka yang membuat pipi Salsa merona. Gadis itu menunduk untuk menyembunyikan pipinya.

Tepat saat Azka mengatakan kalimat itu, Alikka dan Alexa keluar kelas untuk pergi ke toilet. Tentu saja mereka berdua mendengar ucapan kakak kelasnya itu, bahkan sangat jelas mereka dengar. Manik mata Alikka berpapasan dengan mata Azka. Alikka memutuskan kontak matanya terlebih dahulu lalu berlari ke toilet yang berada di sebelah kelasnya.

"Eh Alikka!" Alexa pun ikut berlari mengejar sahabatnya.

Azka terdiam. Entah kenapa suasana hatinya tak mendukung dengan cuaca hari ini yang begitu cerah.

"Aku ke kelas duluan ya," Ujar Azka yang dijawab oleh anggukan Salsa.

***

"Kamu .. "

"Ada niat serius gak sama anak saya?"

Azka terdiam mematung tak tau harus menjawab apa sekarang. Sekarang ia sedang berada di dalam rumah Salsa, lebih tepatnya sekarang ia sedang berhadapan dengan ibu kekasihnya.

Azka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Canggung. Apa yang harus Azka jawab sekarang?

"Kalau tidak serius, mending kamu cari cewek lain aja."

Azka tak menyahuti ucapan ibunya Salsa.

"Salsa itu anak tunggal. Dia gak punya kakak ataupun adik. Oleh karena itu saya tanya kepada kamu, kamu serius gak sama anak saya?"

Salsa tidak membuka suara sama sekali.

Ibunda Salsa menghela nafas pelan, "Saya cari menantu yang serius untuk anak saya-"

"Saya serius sama anak tante." Ujar Azka dengan tegas.

***

Samar-samar Alikka mendengar suara pintu yang terbuka. Dia menoleh ke arah pintu dan mendapati suaminya pulang dengan raut wajah kelelahan.

"Habis dari mana?"

Azka menoleh, "Kepo,"

Alikka menghela nafas pelan, ia pantas menanyakan hal itu karena sekarang sudah pukul tujuh malam. Sedangkan suaminya pulang dengan memakai seragam sekolah yang tadi pagi.

"Sini makan malam," Ucapan Alikka menghentikan gerakan Azka yang akan pergi ke kamar.

"Aku masak nasi goreng," Sambungnya.

Azka membalikkan badannya dan berjalan menuju meja makan. Alikka langsung menyajikan dua piring nasi goreng, satu untuk dirinya, satu untuk Azka.

Alikka tersenyum lebar karena melihat Azka yang mulai mencoba nasi goreng buatannya, "Gimana enak gak?"

Gilak! Persis kayak buatan mama!

"Kak,"

"Kakak," Alikka melambaikan tangan di depan wajah suaminya.

Azka pun mulai tersadar dari lamunannya, "Gak enak! Keasinan!"

Perlahan senyum Alikka mulai luntur tetapi beberapa detik kemudian ia tersenyum kembali, "Yaudah besok aku coba bikin yang lebih enak,"

"Gak usah. Kalo masak dari tangan lo pasti jelek semua!" Laki-laki itu bangkit dari duduknya lalu pergi kamarnya.

Alikka menunduk sambil memainkan nasi goreng di hadapannya dengan sendok di tangannya. Sungguh dadanya sangat sesak sekarang. Matanya mulai berkaca-kaca, hingga akhirnya bendungan itu penuh dan terjun bebas mengalir di pipinya.

***

Maapkeun bikin kalian nunggu lama huhu

Seringggg bangett dapet wb hiks

Jangan lupa vote dan comment❤

Satu vote dari kalian sangat berarti buat aku💕

Thank you ^^

Mau bilang apa sama Azka?

Mau bilang apa sama Alikka?

Atau ada yang mau dibilang ke aku?

About The Future [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang