25 - Pindahan Ke Rumah Baru

28.3K 1.9K 133
                                    

"Gak ada yang ketinggalan kan sayang?"

Alikka menggeleng, "Udah semua,"

"Sini aku aja yang bawa,"

Alikka berdecak, "Aku aja, kamu udah bawa koper belum lagi gendong dua tas,"

Azka tersenyum lalu merebut koper yang di pegang Alikka dengan lembut, "Istri aku gak boleh kecapean,"

Padahal hanya 5 kata tapi sukses membuat Alikka blushing dan jantungnya berdetak dengan sangat kencang.

Cup!

"Gak tahan banget kalo liat pipi kamu merah," Goda Azka. Laki-laki itu menaik turunkan alisnya dengan sengaja. Alikka menunduk menyembunyikan pipinya.

***

Alikka menatap rumah di depannya dengan mata berbinar, bibirnya menganga. "Woah besar banget!"

Azka tersenyum melihat hal itu. Laki-laki itu langsung menyeret koper dan menggendong tas yang ia bawa. "Ayo masuk,"

"Kalo aku bawa satu tas aja boleh gak?" Gadis itu merasa iba suaminya membawa banyak barang dengan keberatan. Alikka memasang puppy-eyes nya agar Azka mengizinkannya.

Azka tersenyum, "Jangan nanti kamu capek, ayo masuk." Gadis itu mengalah. Alikka langsung masuk menyusul Azka.

Sesampainya di dalam rumah, Azka langsung pergi ke kamar yang berada di lantai bawah, "Kita tidurnya di lantai bawah aja ya, anak-anak yang di lantai atas," Laki-laki itu meletakkan kedua kopernya dan kedua tas yang ia gendong.

Alis Alikka mengerut, "Anak-anak siapa?"

"Anak-anak kita lah,"

Pipi Alikka merona. Gadis itu membantu Azka merapikan beberapa baju yang ada di koper dan tas.

Setelah beberapa menit, mereka memutuskan untuk menonton televisi di ruang tengah.

Sekarang posisi Azka sedang rebahan di paha Alikka –sebenernya ke halang perut Alikka sih, tapi bayangin aja bisa wkwkw–. Tangan gadis itu tak pernah berhenti mengusap rambut suaminya.

"Besok kita beli baju adek ya," Sesekali Azka mengecup perut istri.

Azka bangkit dari tidurnya, merentangkan tangan. "Peluk ... "

Alikka terkekeh geli, "Kenapa sih?" Bukan bagaimana, cuma ya gadis itu hanya bingung saja tiba-tiba suaminya menjadi gemes gini.

"Aaaaa pelukk," Azka semakin merentangkan tangannya dengan memasang wajah puppy-eyes nya. Gadis itu memajukan tubuhnya lalu mendekap erat suaminya. Azka pun membalas pelukan istrinya.

Cup!

Azka mengecup dahi Alikka.

"Saranghaeyo," Gumam laki-laki itu. Suaranya memang sangat kecil tapi Alikka mendengarkannya. Alikka tersipu malu. Jadi baper sendiri kan.

***

"Eh rumah gue bukan daerah sini!" Alexa celingak-celinguk untuk mengetahui ini daerah mana.

"Emang bukan ke rumah lo," Dengan santainya Adit menyahut.

Alexa terbelalak, "Lah terus kemana? Lo mau culik gue ya?! Gue teriak nih!"

"Nanti aja gue culik langsung gue halalin,"

Bibir Alexa berkedut ingin senyum. Gadis itu segera mengubah mimik wajahnya.

Gak boleh baper!

Adit menoleh ke arah spion, laki-laki itu tersenyum kecil, "Lo masih suka sama gue ya?"

Alexa terbelalak, "Dih pede najis!"

Adit mengulum senyumnya.

Padahal udah ketauan dari pipinya.
Celetuknya dalam hati.

Gadis itu berdecak kesal, "Ini kemana anjir?!"

"Ke KUA mau?"

Alexa menggerutu dalam hati. Sungguh ini benar-benar meruntuhkan bentengnya, "Gak."

Diam-diam Adit tersenyum. Menggoda Alexa sekarang telah menjadi hobinya.

***

Gadis itu menekuk wajahnya kesal. Adit, mantannya itu hanya mengajaknya berkeliling di jalan saja. Sesekali mengobrol agar tak terlalu hening. Bukan bagaimana, kan kabar jantungnya jadi gak sehat kalau deket-deket Adit terus.

"Gak mau turun?"

Lamunan Alexa tersadar, gadis itu dengan cepat turun dari motor Adit, "Makasih," Ia membalikkan badannya dan melangkah memasuki rumah.

Adit segara menarik tangan Alexa, "Salim dulu dong sama calon suami,"

Alexa berdecak kesal dan berusaha menerik kembali tangannya tapi gagal karena tenaga Adit lebih kuat, "Kepedean najis! Suruh aja Salsa yang salim sana!" Gadis itu seketika menutup mulutnya rapat-rapat.

Ih kan ketauan kek cemburu jadinyaaaa

Adit mengulum senyumnya. Ia melepaskan tangan Alexa dan kembali menghidupkan motornya, "Besok gue jemput,"

Alexa melotot, "Gak. Gue berangkat sendiri aja." Alexa kembali melangkah memasuki rumah.

Adit tersenyum kecil. Setidaknya daritadi gadisnya itu aman tak ada yang mengganggu. Laki-laki itu terbelalak lalu berdecak kesal. Gadisnya?!

Kan udah mantan bego.

Adit mengulum senyumnya. Akankah menjadi gadisnya lagi?

***

Azka membawa istrinya ke dalam dekapannya, "Kenapa sayanggg, kok gelisah gitu?"

"Punggung aku sakit," Cicit Alikka. Tangan Azka terulur mengusap punggung istrinya uang terasa sakit. Mengusapnya dengan lembut.

"Masih sakit?" Alikka mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Tunggu bentar," Azka hendak bangkit namun Alikka menahan tangannya. Gadis itu menggeleng.

"Sebentar aja, aku ambil handuk kecil sama air hangat buat kompres punggung kamu."

Akhirnya Alexa mengizinkannya. Azka kembali dengan ember kecil yang berisi handuk dan air hangat. Laki-laki itu duduk di pinggir ranjang.

"Hadep situ dulu," Suruh Azka. Alikka menurut, ia mengubah posisinya membelakangi Azka.

Azka membuka setengah daster istrinya lalu laki-laki itu mengompres handuk yang sudah di rendam air hangat tadi. Dengan perlahan, Azka menaruh handuk itu pada punggung istrinya, tangannya menjadi penyangga agar handuk itu tidak jatuh. Ia melakukannya berulang kali selang beberapa menit. Tanpa sadar, mata Azka sedang setengah tertidur saat ini.

Tangannya sangat pegal. Tapi buat istri apa sih yang enggak.

Akhirnya Azka memilih membaringkan tubuhnya di samping Alikka. Tangannya masih setia menempelkan handuk yang ia pegang pada punggung istrinya.

***

jangan lupa vote dan comment 💕

aku istirahat sebentar ya, seperti biasa kena writer block hehe. bingung aja gitu ke depannya mau di gimanain cerita ini ╥﹏╥

gak lama-lama suer deh ♡

see u

About The Future [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang