13 - Terlalu Berharap Tinggi

32.9K 2.2K 79
                                    

Alikka terbangun dari tidurnya karena merasakan sesuatu yang melingkar di pinggangnya.

Seteleh ia membuka penuh matanya, gadis itu tersadar akan pemandangan di depannya. Dada bidang suaminya.

Alikka berusaha melonggarkan pelukannya. Namun tidak bisa. Pelukan itu malah semakin erat.

"K-kak,"

Azka berdehem. Memang laki-laki itu sudah terbangun lebih dahulu daripada istrinya.

"P-perut aku s-sesek,"

Sontak Azka melonggarkan pelukannya. Ia merutuki dirinya sendiri karena lupa akan Alikka yang sedang mengandung darah dagingnya sendiri.

"Maaf,"

Alikka tersenyum lalu mengangguk kecil. Gadis itu kembali memeluk suaminya.

"Ngapain meluk lagi?"

Bibir Alikka melengkung ke bawah, "Lagi pengen meluk aja,"

"Lepas."

Alikka menghela nafas pelan lalu melepas tangannya dari pinggang Azka. Gadis itu pergi keluar kamar untuk membuat sarapan.

Azka berdecak, "Gue kenapa sih!?" Ada terbesit rasa menyesal ketika Alikka benar-benar melepas pelukannya.

Mata Azka terbelalak. Ia mengumpat dalam hati.

Kemarin kan dia demam!

Dengan gerakan cepat laki-laki itu bangkit dari posisinya dan menyusul Alikka keluar.

Laki-laki itu langsung menggeserkan bahu Alikka agar menghadap ke arahnya. Tangan Azka pun segera mengecek dahi istrinya.

Lah masih anget.

Alikka berdecak sambil menyingkirkan tangan Azka, "Apaan sih!"

Azka sedikit kaget karena bentakan Alikka, "Enggak,"

Alikka melanjutkan kembali kegiatan memasaknya.

Sedangkan Azka bingung harus melakukan apa sekarang. Ia bingung dengan dirinya saat ini. Mengapa dia bisa peduli dengan Alikka?

Fiks sih ini gak bener sih.

Azka pun memilih duduk di kursi meja makan sembari menunggu sarapan yang di buat oleh istrinya.

Alikka sesekali melirik ke arah suaminya. Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Ish! Gak peka banget sih!

Azka yang melihat itu pun kebingungan, "Kenapa?"

"Gak!"

Azka mengangguk sebagai jawabannya.

Beberapa menit kemudian, masakan Alikka sudah selesai. Gadis itu hanya memasak tumis kangkung dan telur dadar asam manis.

Azka tersenyum lebar ketika mengetahui istrinya memasak sayur kesukaannya.

"Nih makan," Ujar Alikka dengan memasang wajah jutek.

Laki-laki itu menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal. Ia bingung harus mengatakan apa.

Azka pun memilih untuk mengisi perutnya. Baru sesuap yang masuk ke bibirnya tapi bisa membuat lidah dan cacingnya berjoget ria. Mungkin usus dan lambungnya juga ikut berjoget.

Matanya membulat sempurna, "Enak banget gila!"

Alikka mengulum senyumnya sambil menunduk.

Kalau gini gimana mau ngambek kan.

"Lo belajar dari mama?" Azka menanyakan hal itu saat mulutnya masih penuh dengan nasi dan lauk.

"Di telen dulu baru ngomong," Azka mengangguk.

"Engga, aku cuma iseng buat aja." Memang benar Alikka tidak menanyakan resepnya kepada Icha. Ia membuatnya karena memang itu salah satu sayur kesukaannya.

"Buat gue semua ya?" Azka tersenyum sangat lebar sambil memasang wajah memelasnya.

Sebenernya Alikka ingin menolak. Karena, bayi yang ia kandung juga menginginkan sayur itu.

Gadis itu mengangguk.

"Yes!" Azka sangat senang pagi ini. Benar-benar sayur yang dibuat oleh istrinya ini tak kalah jauh dari masakan restoran di luar sana. Laki-laki itu langsung menyantap makanan di depannya dengan lahap.

Senyum kecil terukir pada wajah Alikka ketika melihat suaminya benar-benar menyukai masakannya pagi ini.

Alikka mengusap pelan perutnya.

"Nanti sore aja kita makan sayur itu ya nak," Gumam Alikka dengan sangat kecil.

Azka tak sengaja melirik istrinya yang sedang mengusap perutnya. Ia juga mendengar gumaman Alikka.

Hatinya merasa iba seketika. Laki-laki itu melirik ke arah sayur kesukaannya. Cukup untuk satu suap lagi.

Azka mengambil sayur tersebut lalu disodorkan ke arah Alikka, "Aaa~"

Alis istrinya menaut, "Hah?"

"Si adek mau sayur kan? Aaa~"

Alikka mengulum senyumnya. Gadis itu membuka bibirnya lalu menerima suapan dari suaminya. Azka pun tersenyum lebar melihat hal itu.

"Kenapa gak pake baju?"

Azka menyengir, "Lupa,"

"Gapapa, aku malah lebih suka liat kamu gak pake baju,"

"Seksi aja gitu, jadi gemes!!" Seru Alikka sambil menunjukkan wajah gemasnya.

Azka meneguk salivanya karena perkataan istrinya.

***

Hap!

Azka mengerutkan dahinya saat melihat tangan Alikka melingkar penuh di pinggangnya.

"Mau peluk,"

Laki-laki itu menghela nafas kasar, "Gak."

Alikka berdecak, "Ih aku mau peluk!"

"Gue gak mau!"

Alikka mendumel dalam hati. Gadis itu menggesek-gesekkan hidungnya pada punggung suaminya.

"Lepas." Azka melepas paksa tangan istrinya namun tidak bisa.

"Tidur berdua ya?" Hal itu membuat Azka membalikkan badannya.

"Gak."

"Tidur berdua."

"Gak."

"Tidur berdua!"

"GAK!"

Jantung Alikka berpacu lebih cepat ditambah lagi sesak yang mulai muncul. Gadis itu melepas tangannya dari pinggang suaminya.

"Maaf,"

Alikka menunduk tak berani menatap wajah Azka. Ia memilih untuk pergi ke ruang tamu untuk tidur di sana.

Sedangkan Azka membalik badannya lalu pergi ke kamarnya untuk mengistirahatkan diri.

Alikka yang melihat hal itu pun hanya bisa terdiam.

Aku kira sikapmu tadi sudah menerima aku sebagai istrimu, ternyata bukan. Aku terlalu berharap tinggi, maaf.

***

Jangan lupa vote dan comment❤

Makin ga jelas ga sih? maaf v_v

About The Future [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang